Maluku. Dengarkan Aku.
Aku tak peduli seberapa jauh takdir memisahkan kita.
Aku tak peduli sekuat apa angin berhembus menggoyah dan ingin mencabut rindu kita.
Yang ku tahu. Cinta kita telah tertulis pada latar bumantara.
Biarkan saja dedaunan berguguran.
Karang-karang diterjang.
Dan ombak menggulingkan secercah kehidupan.
Aku tetaplah Aku. Yang selalu merindukanmu, rindu pala mu, rindu cengkeh mu, dan rindu sagu mu. Sampai ajal tiba. Atau bahkan terciptanya dunia ketiga.
Oh...Maluku.
Aku ialah orang yang sama.
Yang mencintaimu seperti ku agungkan kehebatan Ibu.
Oh...Maluku.
Terimalah terima kasih dariku.
Karena tanahmu sudah menampung gesitnya keringat ayah yang menyuburkan kehidupanku.
Cinta kita memang jauh.
Namun namamu adalah objek utama dalam sajak puisiku.
Dalam setiap doa.
Aku ingin Tuhan menyuburkan rahimmu. Agar bisa melahirkan tanah subur dan asri.Â
Yang memberikan kehidupan abadi untuk anak dan cucu nanti.
Oh...Maluku, Aku rindu.
Dalam nestapa ku haturkan doa penuh sadrah.
Semoga kau baik-baik saja.
Semoga tak ada lagi kemunafikan dalam perutmu seperti dahulu kala.
Maluku...sampai jumpa di mimpiku.
Nasri SoulisaÂ
Lapangan Merdeka Kota Ambon, 7 Agustus 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H