Mohon tunggu...
Nasrani Nofati Waruwu
Nasrani Nofati Waruwu Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa

badmiton sepak bola musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Etika Sopan Santun Remaja dalam Berkomunikasi di Era Masyarakat Digital

29 Maret 2024   22:24 Diperbarui: 29 Maret 2024   22:31 4464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada era modern ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama media sosial, telah membawa perubahan signifikan dalam cara remaja berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, kemajuan ini juga menimbulkan tantangan baru dalam hal etika sopan santun remaja dalam berkomunikasi di era masyarakat digital. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi beberapa tantangan yang dihadapi remaja dalam mempertahankan etika sopan santun dalam komunikasi mereka di dunia digital. 

1.hilangnya rasa empati dan penghormatan terhadap orang lain dalam komunikasi online. 

Di balik layar, remaja dapat merasa lebih berani dan terlepas dari konsekuensi langsung dari perkataan atau tindakan mereka. Hal ini dapat menyebabkan perilaku yang kasar, tidak hormat, atau bahkan pelecehan terhadap orang lain. Dalam dunia maya, seringkali sulit untuk mengukur dampak sebenarnya dari kata-kata atau tindakan kita pada orang lain, dan remaja perlu belajar untuk selalu mempertimbangkan efek dari apa yang mereka sampaikan secara online.

2. kemudahan menyebarkan informasi

 melalui media sosial dapat memicu penyebaran hoaks, ujaran kebencian. Remaja, dengan rasa ingin tahu dan semangatnya, rentan terjerumus dalam perilaku ini tanpa menyadari dampak negatifnya. Hal ini dapat merusak moral dan mental individu maupun kelompok.

3. Budaya "Singkat dan Cepat"

Media sosial dan aplikasi pesan instan mendorong budaya komunikasi yang singkat dan cepat. Hal ini dapat memicu penggunaan bahasa yang tidak baku, kasar, dan bahkan tidak sopan. Remaja terbiasa dengan singkatan, emoji, dan bahasa gaul yang tidak selalu dipahami oleh orang lain.

4. Kurangnya Filter dan Kontrol Diri

Kecepatan dan kemudahan akses informasi di dunia digital membuat remaja terlena dan terbiasa untuk menyebarkan informasi tanpa filter. Hal ini dapat berakibat pada penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya. Kurangnya kontrol diri dalam berkomentar dan bereaksi di media sosial juga dapat memicu perundungan online.

5. Hilangnya Interaksi Tatap Muka

Kecanduan gadget dan media sosial membuat remaja lebih memilih berkomunikasi secara virtual daripada bertatap muka langsung. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan mengikis rasa empati. Remaja kehilangan kesempatan untuk belajar sopan santun dan etika berkomunikasi secara langsung.

6.Penggunaan Bahasa dan Gaya Komunikasi yang Tidak Layak

 Salah satu tantangan utama adalah penggunaan bahasa dan gaya komunikasi yang tidak sopan atau tidak pantas. Media sosial sering menjadi tempat remaja untuk berkomunikasi, dan seringkali mereka menggunakan bahasa kasar, menghina, atau merendahkan orang lain. Hal ini merusak suasana komunikasi yang sehat dan dapat menyebabkan konflik dan pertengkaran. Remaja perlu disadarkan akan pentingnya menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati orang lain dalam berkomunikasi di dunia digital.

7.Ketidakpedulian terhadap Privasi dan Keamanan

 Tantangan lainnya adalah ketidakpedulian terhadap privasi dan keamanan dalam berkomunikasi di media sosial. Remaja seringkali membagikan informasi pribadi yang sensitif tanpa memperhatikan konsekuensinya. Mereka juga mungkin tidak menyadari risiko yang terkait dengan interaksi Online, seperti penipuan, pelecehan, atau pencurian identitas. Penting bagi remaja untuk memahami pentingnya menjaga privasi dan keamanan diri dalam komunikasi digital, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri.

8.Pengaruh Negatif dari Kebudayaan Digital

 Budaya digital yang semakin dominan juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap etika sopan santun remaja. Kultur cepat dan instan dalam media sosial dapat menghasilkan komunikasi yang dangkal dan tanpa pertimbangan. Remaja mungkin menjadi terlalu fokus pada mencari perhatian atau popularitas di media sosial, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang lain. 

Mereka juga rentan terhadap tekanan sosial dan norma virtual yang tidak sehat. Penting untuk mengajarkan remaja untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab dan mempertahankan etika sopan santun dalam setiap tindakan dan interaksi online.

Tantangan lainnya adalah penyebaran informasi yang tidak dapat dipercaya dan seringkali berbahaya di media sosial. Remaja sering terjebak dalam jaringan informasi yang tidak diverifikasi dengan baik dan terpengaruh oleh berita palsu atau hoaks. Hal ini dapat mengakibatkan penyebaran informasi yang salah atau merugikan, serta meningkatkan risiko konflik dan ketegangan antara individu dan kelompok. Remaja perlu dilengkapi dengan keterampilan kritis dalam memahami dan mengevaluasi informasi yang mereka temui di dunia digital.

Selanjutnya, pengaruh dari tekanan sosial dan norma-norma virtual juga menjadi tantangan dalam menjaga etika sopan santun. Media sosial sering kali menekankan pada citra diri dan penampilan, yang dapat memicu perasaan rendah diri atau kecemasan pada remaja. Mereka mungkin merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan tren dan norma yang ada di media sosial, bahkan jika itu melibatkan perilaku yang tidak sopan atau tidak etis. Remaja perlu memahami pentingnya mempertahankan integritas pribadi dan melawan tekanan sosial yang tidak sehat.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, pendidikan dan kesadaran menjadi kunci untuk membantu remaja mengembangkan etika sopan santun yang baik dalam komunikasi digital. Sekolah dan keluarga perlu berperan dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya menghargai orang lain, bertanggung jawab atas tindakan online, dan menyaring informasi yang mereka terima. Remaja juga perlu diajarkan keterampilan komunikasi yang efektif dan empati, sehingga mereka dapat berinteraksi secara positif dan membangun hubungan yang sehat dalam dunia digital.

Era digital menghadirkan paradigma baru dalam berkomunikasi, membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan etika yang signifikan. Kemudahan akses informasi dan komunikasi melalui platform digital, seperti media sosial dan aplikasi perpesanan instan, membawa perubahan signifikan dalam cara manusia berinteraksi.

Namun, perubahan ini juga membawa konsekuensi. Budaya "singkat dan cepat" dalam komunikasi digital dapat menggeser nilai-nilai kesopanan dan ketepatan berbahasa. Kurangnya filter dan kontrol diri dalam menyebarkan informasi dapat memicu proliferasi konten negatif, seperti berita bohong, ujaran kebencian. Hilangnya interaksi tatap muka akibat ketergantungan pada gadget dan media sosial dapat menghambat pengembangan kemampuan komunikasi interpersonal dan rasa empati.

Membangun Etika Berkomunikasi di Era Digital Meskipun terdapat tantangan, era digital juga membuka peluang untuk membangun budaya komunikasi yang lebih baik. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan:

1. Pendidikan dan Penguatan Nilai Moral: Orang tua, sekolah, dan masyarakat perlu memberikan edukasi tentang pentingnya etika dan sopan santun dalam berkomunikasi di era digital. Nilai-nilai moral seperti saling menghormati, berempati, dan bertanggung jawab perlu ditanamkan sejak dini.

2.Pengembangan Literasi Digital: Remaja perlu dibekali dengan literasi digital yang mumpuni untuk dapat memilah informasi yang akurat, bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi, dan kritis terhadap konten negatif.

3.Menjadi Role Model yang Baik: Orang dewasa dan figur publik harus menjadi contoh yang baik dalam berperilaku dan berkomunikasi di dunia digital. Penggunaan bahasa yang santun dan sopan, serta kontrol diri dalam bereaksi terhadap informasi dan konten negatif perlu diteladankan.

4.Penegakan Aturan dan Kerja sama Multi pihak: Penegakan regulasi yang mengatur konten digital dan cybercrime untuk menciptakan ruang digital yang kondusif. Kerja sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan industri teknologi dalam mengembangkan program edukasi, teknologi, dan regulasi yang mendukung etika berkomunikasi di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun