Mohon tunggu...
Nasukha Moris
Nasukha Moris Mohon Tunggu... Administrasi - العلم نور
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Assalamu'alaikum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Syarah dan I'rab Hadist Innamal A'malu Binniyat 2

15 Oktober 2022   10:20 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:25 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SYARAH DAN I'RAB HADIST INNAMAL A'MALU BINNIAT

 (ما نوي)

Maksudnya balasan atas apa yang di niatkan.

Huruf maa (ما) sebagai isim maushul, jumlah fi'liyah nawaa sebagai silat maushufnya, failnya ditakdirkan pada dhamir mustatir huwa, maksudnya balasan sesuatu yang ia niatkan.

Huruf maa (ما) juga isim nakirah yang maushufah, atau balasan niatnya, huruf maa juga menjadi masdar.

Pembatasan pada kalimat:

(وإنما لكل امرئ ما نوى)

Itu kebalikan dari pembatasan pada kalimat sebelumnya yaitu:

(إنما الأعمال بالنيات)

Al-hasyr (pembatasan) pada kalimat ini adalah pembatasan khobar di dalam mubtada'. Jadi khobar di batasi dengan lafadz "innama" yang lain. Pembatasan disini menunjuk pada lafadz "kullu" setelah lafadz "innama" dan mendahulukan khobar, seperti yang di utarakan oleh Imam Al-Mudabahi.

Kalimat ini membahas permasalahan yang berbeda dengan kalimat pertama (إنما الأعمال بالنيات) karena kalimat pertama menjelaskan bahwa suatu perbuatan harus disertai dengan niat. Adapun kalimat kedua (وإنما لكل امرئ ما نوى) mempunyai arti bahwa seseorang tidak mendapatkan dari perbuatannya kecuali apa yang diniatkannya

Karena itu di ucapkan bahwa maksud pembatasan itu adalah pembatasan mubtada' di dalam khobar sedangkan yang kedua adalah sebaliknya seperti keterangan yang telah lewat.

Sesungguhnya yang dimaksud dari kalimat itu adalah kunci tentang sahnya niat dan kunci tentang perolehan pahala sebab niat itu. Atau kalimat kedua menunjukkan arti bahwa suatu pekerjaan harus disertai niat tertentu atau ta'yinul amal bi niyat, seperti orang yang mengqadha salat, (ia tidak cukup hanya berniat melakukan qadha salat, akan tetapi harus disertai niat mengqadha salat yang akan dilaksanan atau ta'yin, apakah salat Ashar atau Dzuhur), kalau tidak di tentukan maka sholat itu menjadi shalat sunah dan tidak mencukupi shalat fardhunya, karena dia sama sekali tidak berniat dan sama sekali tidak menentukan di dalam niatnya.

Kemudian di dalam hadist itu di temukan dua jenis penjelasan konteks kalimat, pertama jenis global atau umum yang disebutkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam secara detil, kedua jenis terperinci (atau sebab khusus adanya hadist ini), karena sebagai tambahan penjelasan dan sebagai dalil yang jadi landasan asal cerita dari hadits innamal a’malu bin niyyat ini (asbabul wurud), yaitu apa yang di riwayatkan (walaupun sebagian ulama hadist ada yang berkata "kami tidak menemukan sanadnya yang shahih")

ان رجلا امرأة تسمى أم قيس فحطبها فامتنعت حتى تهاجر فلما هجرت الي المدينة لاجلها

”Sesungguhnya ada seorang lelaki dari Mekah melamar seorang perempuan yang dikenal dengan nama "Ummu Qais" perempuan tersebut menolak dan memberi syarat, untuk menikahinya lelaki tersebut harus berhijrah terlebih dahulu ke Madinah, dia pun akhirnya berhijrah karena ingin menikahinya.”  

(Manahijul Imdad 1/10)

***

(فمن كانت هجرته الى الله و رسوله)

Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya.

Maksudnya tujuan dan niat hijrahnya kesini (kepada Allah dan rasul-Nya).

Kalimat yang selanjutnya akan di hubungkan dengan kalimat هجرته jika lafadz كانت diperkirakan sebagai كان تام (yaitu "kana" yang hanya di cukupi ma'mul marfu saja, tidak membutuhkan ma'mul mansub sebagai khobarnya), dan kalimat selanjutnya akan di hubungkan dengan محذوف (kalimat yang di hapus) yang menjadi khobar, jika lafdz كانت diperkirakan sebagai كانت ناقصة (yaitu "kana" yang tidak hanya di cukupi ma'mul marfu' saja tetapi juga membutuhkan ma'mul mansubnya) seperti yang di katakan oleh Imam Asshaubari.

Maka makna yang pertama (jika kana diperkirakan sebagai kana tam) adalah:

فمن وجدت هجرته الى الله و رسوله

Barang siapa yang menemukan hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya

Dan makna yang kedua (jika kana diperkirakan sebagai kana naqish) adalah:

فمن كانت هجرته واقعة الي الله و رسوله

Barang siapa yang hijranya kepada Allah dan Rasul-Nya

Atau

 فمن كانت انتقاله الي الله و رسوله

Barang siapa yang pindahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Syeh Almanawi dalam kitab Al-Kabir yang mensyarah kitab Aljami'u Shohir berkata: Asal hijrah adalah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Tetapi sering sekali digunakan dalam arti orang dan keadaan secara maknawi.

Arti itu jika dikaitkan dengan hak Allah subhanahu wata'ala, maka adakalanya menunjukan makna Attasybih Albaligh yaitu perumpamaan atau analogi yang kuat (disebut baligh karena pengertiannya kuat dan luas),

اي كانه هاجر اليه

Maksudnya seolah-olah dia berhijrah kepada-Nya.

Adakalanya menunjukan Al-Isyti'arah tamsiliyah (Peribahasa dalam pembahasan bahasa dan sastra Arab dikenal dengan istilah isti’arah tamtsiliyah. Isti’arah tamtsiliyah merupakan penggunaan kalimat yang tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya). Atau di dalam kalimat "ilallahi warasulihi" membuang mudhof:

اي محل رضاه وثوابه وامره ورحمته

Maksudnya hijrah ke tempat ridho, pahala, perintah dan kasih sayang-Nya.

Atau dikatakan bahwa pindah ke sesuatu adalah pindah ke tempat di mana dia menemukannya, dan menemukan bahwa setiap orang memiliki apa yang cocok untuknya. Demikian pula, tempat mendapatkan itu lebih umum daripada tempat-tempat yang tidak berwujud (maknawi), dan derajat yang tinggi, dan tempat-tempat yang memungkinkan di gambarkan. Demikian juga, Anda melihat mereka bergerak secara berurutan dari satu derajat ke derajat yang lain dan dari satu kedudukan ke satu kedudukan yang lain.

Maka yang dimaksud berpindah kepada Allah dan berpindah kepada tempat yang mendekatkan kepada-Nya adalah bersifat maknawi yaitu makna yang pantas diberikan dengannya.

(Kalimat yang menunjukan makna Attasybih Albaligh dan Al-Isyti'arah tamsiliyah itu banyak di dalam Al-Qur'an, Syeh Ikhsan menyebutkan diantaranya):

Tidakkah kamu melihat apa yang dikatakan orang-orang dari kalimat:

السير الى الله

"Berjalan menuju Allah"

atau semacamnya"? Atau dikatakan bahwa penyebutan Allah itu untuk kemuliaan dan keberkahan, dan yang memberi perumpamaan seperti itu tidaklah terhormat.

Bagaimana pendapatmu apa yang mereka ingat tentang Firman Allah subhanahu wata'ala :

فان لله خمسه وللرسول

"Maka sesungguhnya seperlima untuk Allah dan Rasul"

Atau karena tunduk pada persatuan  yang telah mereka ikrarkan seperti dalam Firman-Nya :

ان الذين يبيعونك

"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad)"

Beserta pemahaman bahwa bertransaksi dengan kekasih Allah sama dengan bertransaksi dengan Allah, maka kekuasaan kekasih adalah kekuasaan Allah, membaiatnya sama dengan membaiat Allah, hijrah kepadanya sama dengan hijrah kepada Allah. Contoh perumpamaan seperti itu banyak dalam pembicaraan agama:

فاينما تولوا فثم وجه الله

"Ke mana pun kamu menghadap ketika menunaikan salat, di sanalah wajah Allah"

Kesimpulannya, yang saya (Syeh Ikhsan) maksud dari kata hijrah disini adalah berpindah secara mutlak dan lewat dari sesuatu ke sesuatu yang lain baik tersurat maupun tersirat.

(Manahijul Imdad 1/10)

***

(فهجرته الى الله و رسوله)

Maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya.

Maksudnya pahala dan balasan.

Isim syarat disini bukanlah jawaban (jaza) karena keduanya jika berkumpul dalam satu lafadz maka maknanya akan berbeda. Itu cukup dalam menetapkan perubahan jaza, syarat, mubtada dan khobar, seperti pendapat Imam Ibnu Hajar.

(ومن كانت هجرته لدنيا)

Dalam satu riwayat memakai kalimat الى دنيا

Lafadz دنيا dengan membaca dhomah huruf dal dan meng qashr dengan tanpa tanwin faedahnya untuk label muannats (perempuan) dan sebagai isim alam.

Tapi ada juga yang membaca kasroh huruf dal dan membaca tanwin.

Dinamakan دنيا (kata الدنيا di ambil dari kata دنى yang berarti dekat) karena dekatnya yang mendahului kehidupan akhirat (kehidupan yang jauh dan akan datang).

Huruf lam dalam lafadz "li dunya" itu sebagai ilat atau penjelasan, atau dengan arti "ila".

Arti Dunya adalah semua makhluk, arti ini lebih jelas daripada mengatakan bahwa dunya berarti bumi
dan apa yang ada di atasnya, angin dan udara karena makna seperti itu akan mengeluarkan langit dan penghuninya.

Dunia juga di ucapkan untuk mengacu pada emas dan perak, dan pada apa yang di nikmati seperti emas, perak, wanita atau pakaian, dan (pengertian) ini adalah hal terakhir yang dimaksudkan seperti yang di ucapkan oleh Imam Al-Jurdani.

(يصبها)

Menurut Imam Al-Qostalani "Kalimat ini ada pada posisi jar karena menjadi sifat dari kalimat "li dunya" tapi menurut Syeh Ali Syabromalisi menjadi khal yang di perkirakan. Jadi tujuan dan mendapatkannya di perkirakan.

Mendapatkan dunia itu di samakan ketika memanjangkan harapan kepadanya untuk mencapai target bagian dengan mengumpulkan kecepatan kedatangan dan pencapaian tujuan.

(Manahijul Imdad 1/11)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun