Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melly Goeslaw di Antara "G-Melenial" dan Ambon

23 Oktober 2017   15:09 Diperbarui: 23 Oktober 2017   15:18 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(IG Melly Goeslaw)Sambut Melly Goeslaw Oleh Panitia Lokal, Dengan Menyarungkan Syal Khas Maluku

Tulisan merupakan inspirasi dari jutaan sel medsos mulai dari Facebook, IG, Twitter, dsj yang melalang buana di wallku hingga pagi ini. Kesan yang tertulis pada tiap-tiap lariknya sangat sungguh memesona.

Berbagai angel dalam setiap tulisannya menyadarkanku bahwa kehidupan digital, foto mefoto bahkan selfie tak ada aturannya. Terpenting adalah makna.

Seperti yang dilakukan oleh para pemenang lomba #hastag Konser Amal Kemanusian di bawah ini:

Pemenang Lomba Hastag Konser Amal, Screenshot
Pemenang Lomba Hastag Konser Amal, Screenshot
Jika dilihat, mereka baru anak-anak. Usia mereka tak tahulah apa itu Konser Amal. Yang mereka tau, ada si Artis, Artisnya bernama Melly Goeslaw, ikutan lomba dan menjadi the champion.

Namun, jika telusuri lebih dalam, ternyata edukasi dalam entertaiment itu perlu dilakukan. Maklum, kita tidak buta mata kan? Bahwa inilah fenomena generasi milenia. Mereka adalah penyalur informasi yang aktif. Ketika informasi itu baik. Maka akan menjadi sebuah nilai positif bagi perkembangan hidup mereka.

Lewat tangan mereka, gadget menjadi sempurna, mereka sangat percaya diri dalam  memfollow up sesuatu, hingga kadang banjir like dan komentar yang tersangkut di kolom status mereka. Dengan jemari mereka, bahasa menjadi dinamis, bahasa menurut mereka yang penting asal dimengerti, cepat ditulis. Itu saja.

Sehingga kita bisa menemukan berbagai kosakata baru yang lahir tiap detiknya dari gaya mereka berkomunikasi. Ruang tak lagi tertutup jendela otoriter kaum tua. Mereka mengubahnya  dengan cair. Yang bukan berjiwa imut akan terkekeh dengan kealaian kata-kata mereka.

IG Pemenang Lomba Hastag Konser Amal
IG Pemenang Lomba Hastag Konser Amal
Mereka boleh asal selfie. Tapi coba perhatikan baik-baik. Tanpa mereka, tak ada sebuah sudut baru dalam dunia digital. Dunia sudah tak lagi selebar daun kelor. Dunia bagai lipatan buku, sekejap saja orang lain di belahan bumi Timur Barat, Selatan Utara terkontak dengan mudah. Tanpa perlu modal besar.  Informasi ditembak dari media mereka.

Tak cuman itu, pesona sang Artis sangat memukau. Pemuka agama pun memberikan sebuah apresiasi terbaik. Mereka adalah penasehat ruhani. Nasehat mereka sangat dibutuhkan dalam menetralisir sikap manusia yang kadang hilang keseimbangan. Bisa dilihat pada gambar ini:

Fb. Arsal Risal Tuasikal
Fb. Arsal Risal Tuasikal
Dukungan juga datang dari pihak pemerintah. Tak bosan-bosan syiar-syiar kebaikan menjadi hentakan kepribadian para penguasa. Menjadi penguasa dengan visi penebar kebajikan adalah momentum untuk menginvestasikan amal. Karena menjadi penguasa adalah amanah.

Doc. Audiens Dengan Gubernur Maluku oleh Panitia
Doc. Audiens Dengan Gubernur Maluku oleh Panitia
Nilai merupakan pandangan orang lain kepada kita. Apabila kita lakukan baik, maka baiklah perlakukan orang kepada kita. Apa yang ditanam dengan baik, akan menuai hasil yang baik.

Itulah hakikat berbuat kebajikan. Caca Melly sebutan orang Ambon su biking labe bae par katong, dalam konferensi pers juga ada kutipan yang disampaikan oleh perempuan berdarah Maluku," Ambon punya kesan tersendiri baginya. Masyarakatnya ramah dan penuh perhatian.

Perempuan yang lahir tahun 1970-an silam mengaku, tak banyak yang bisa diperbuat olehnya untuk bisa membantu orang lain. Mungkin dengan suaranyalah, menjadi lahan amal terbaik baginya untuk hal itu.

Akunya, soal kemanusiaan bukan soal golongan, rasa atau agama. Tapi, soal nilai bersama. Nilai itu harus digotong bersama serta dibawa hidup mati kelak. Seperti yang diberitakan oleh RRI Ambon berikut ini:

Screenshot link RRI Ambon
Screenshot link RRI Ambon
Dan saya merasakan optimisme itu dari masyarakat Ambon yang heterogen ini. 

Dari semua kata yang telah dituliskan. Ternyata hanya satu hal yang menjadi penyambung rasa, apa itu? SALING PERCAYA TANPA KASTA.

Itulah nilai universal tertinggi. Nilai yang hilang ketika agama tak menjadi sandaran hidup. Ketika persaudaraan dicabik-cabik.   Terima kasih Ambon Manise tetap menunggu siapa lagi untuk datang menanam kebajikan. Terima kasih caca Melly yang telah menanam benih rasa cinta kemanusiaan dalam dada manusia di kota ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun