Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polemik Nasab Habaib Baalwi: Kebenaran Ilmiah Vs Otoritatif

29 Agustus 2024   07:05 Diperbarui: 29 Agustus 2024   07:06 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sedemikian pentingnya sebuah pengakuan membuat kaum habaib Baalwi cenderung bereaksi keras terhadap tokoh-tokoh yang terang-terangan mendukung kelompok pembatal nasab mereka. Gus Muwafiq, Machfudz MD dan apalagi Rhoma Irama dicerca habis-habisan karena terang-terangan mendukung pembatalan nasab Baalwi. Hal ini dikarenakan dukungan tokoh berpengaruh potensial menjadi sandaran kebenaran bagi masyarakat. 

Mengingat dasar klaim nasab Habaib baalwi hanyalah pengakuan dan bukan bukti ilmiah, maka para habaib Baalwi dan para pembelanya cenderung menghindar untuk menanggapi tesis kyai Imad, Menachem Ali maupun hasil tes DNA dengan mengajukan data-data pembanding. Minimnya bukti materiil yang mampu menyangkal membuat usaha menjawab tesis dengan data-data ilmiah oleh Rumail Abbas, Idrus Romli dan para pembela Habaib Baalwi begitu mudah dimentahkan oleh Kyai Imaduddin dan para pendukung pembatalan nasab. Apalagi menguatnya tuntutan pembuktian nasab melalui tes DNA membuat kaum Habaib Baalwi benar-benar mustahil menyangkal pembatalan nasab mereka dengan bukti ilmiah yang sepadan.

Para Habaib Baalwi dan pendukungnya lebih memilih sibuk menggalang dukungan dan pengakuan tokoh-tokoh berpengaruh di dalam dan luar negeri sebagai dasar pengakuan atas keshahihan nasab mereka. Sampai saat ini, klaim kaum Habaib Baalwi terhadap nasab kenabian mereka masih cukup kokoh karena masih banyak tokoh-tokoh NU, pesantren, penceramah agama dan publik figur yang memperlihatkan dukungan dan pengakuan atas klaim mereka.

Dari berbagai postingan Habaib dan para pendukungnya terlihat bahwa mereka juga banyak mendekati tokoh-tokoh penting di berbagai negara Timur Tengah. Di awal-awal polemik nasab, salah seorang pembela kaum Baalwi sempat memperlihatkan tulisan tangan yang menunjukkan dukungan pakar nasab dari Timur Tengah.  Meski tidak memberikan bukti apapun, pernyataan dan apresiasi tokoh-tokoh Timur Tengah mulai dari Mahdi Roja'i hingga syaikh Ali Jum'ah banyak diekspos sebagai bukti pengakuan atas klaim keshahihan nasab mereka,  .

Kalangan Habaib Baalwi dan pendukungnya juga banyak mengekspose keterlibatan mereka dalam forum-forum Asyraf dunia. Intensitas mereka mendatangi lembaga-lembaga sertifikasi nasab bukan mustahil juga dalam upaya mendapatkan pengakuan (itsbat) tertulis dari berbagai lembaga sertifikasi (naqabah) internasional atas nasab mereka. Hal ini sangat memungkinkan mengingat pengakuan seperti ini dapat menjadi bukti paling meyakinkan untuk melegitimasi keabsahan klaim mereka sebagai keturunan nabi, sekalipun belum jelas naqabah mana yang sudah memberikannya.

Penutup

Menyikapi polemik nasab sangat tergantung pola pikir mana yang dianut oleh masing-masing orang. Kebenaran ilmiah sudah pasti lebih masuk akal dan lebih terpercaya dibanding kebenaran otoritatif. Meski demikian, hal itu hanya berlaku bagi masyarakat yang mampu berfikir ilmiah dan menggunakan akal sehatnya secara mandiri.

Masalahnya, banyak masyarakat muslim di Indonesia yang belum mampu mencerna dan membedakan kebenaran ilmiah dan yang tidak ilmiah. Perkembangan berfikir manusia modern yang menurut Auguste Comte seharusnya sudah jauh melewati era mitis dan tradisional belum sepenuhnya terjadi di Indonesia. Kuatnya tradisi berikut nilai-nilai mitis yang merajai alam pikiran sebagian masyarakat menjadikan mereka begitu mudah terjajah secara intelektual dan spiritual akibat termakan framing dan penggiringan opini oleh mereka yang hanya bermodalkan penampilan dan kemampuan retorika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun