Sedemikian pentingnya sebuah pengakuan membuat kaum habaib Ba'alawi cenderung bereaksi keras terhadap tokoh-tokoh yang terang-terangan mendukung kelompok pembatal nasab mereka. Gus Muwafiq, Machfudz MD dan apalagi Rhoma Irama dicerca habis-habisan karena terang-terangan mendukung pembatalan nasab Ba'alawi. Hal ini dikarenakan dukungan tokoh berpengaruh potensial menjadi sandaran kebenaran bagi masyarakat.Â
Mengingat dasar klaim nasab Habaib Ba'alawi hanyalah pengakuan dan bukan bukti ilmiah, maka para habaib Ba'alawi dan para pembelanya cenderung menghindar untuk menanggapi tesis kyai Imad, Menachem Ali maupun hasil tes DNA dengan mengajukan data-data pembanding. Minimnya bukti materiil yang mampu menyangkal membuat usaha menjawab tesis dengan data-data ilmiah oleh Rumail Abbas, Idrus Romli dan para pembela Habaib Ba'alawi begitu mudah dimentahkan oleh Kyai Imaduddin dan para pendukung pembatalan nasab. Apalagi menguatnya tuntutan pembuktian nasab melalui tes DNA membuat kaum Habaib Ba'alawi benar-benar mustahil menyangkal pembatalan nasab mereka dengan bukti ilmiah yang sepadan.
Para Habaib Ba'alawi dan pendukungnya lebih memilih sibuk menggalang dukungan dan pengakuan tokoh-tokoh berpengaruh di dalam dan luar negeri sebagai dasar pengakuan atas keshahihan nasab mereka. Sampai saat ini, klaim kaum Habaib Ba'alawi terhadap nasab kenabian mereka masih cukup kokoh karena masih banyak tokoh-tokoh NU, pesantren, penceramah agama dan publik figur yang memperlihatkan dukungan dan pengakuan atas klaim mereka.
Dari berbagai postingan Habaib dan para pendukungnya terlihat bahwa mereka juga banyak mendekati tokoh-tokoh penting di berbagai negara Timur Tengah. Di awal-awal polemik nasab, salah seorang pembela kaum Ba'alawi sempat memperlihatkan tulisan tangan yang menunjukkan dukungan pakar nasab dari Timur Tengah. Â Meski tidak memberikan bukti apapun, pernyataan dan apresiasi tokoh-tokoh Timur Tengah mulai dari Mahdi Roja'i hingga syaikh Ali Jum'ah banyak diekspos sebagai bukti pengakuan atas klaim keshahihan nasab mereka.
Kalangan Habaib Ba'alawi dan pendukungnya juga banyak mengekspose keterlibatan mereka dalam forum-forum Asyraf dunia. Intensitas mereka mendatangi lembaga-lembaga sertifikasi nasab bukan mustahil juga dalam upaya mendapatkan pengakuan (itsbat) tertulis dari berbagai lembaga sertifikasi (naqabah) internasional atas nasab mereka. Hal ini sangat memungkinkan mengingat pengakuan seperti ini dapat menjadi bukti paling meyakinkan untuk melegitimasi keabsahan klaim mereka sebagai keturunan nabi, sekalipun belum jelas naqabah mana yang sudah memberikannya.
Penutup
Menyikapi polemik nasab sangat tergantung pola pikir mana yang dianut oleh masing-masing orang. Kebenaran ilmiah sudah pasti lebih masuk akal dan lebih terpercaya dibanding kebenaran otoritatif. Meski demikian, hal itu hanya berlaku bagi masyarakat yang mampu berfikir ilmiah dan menggunakan akal sehatnya secara mandiri.
Masalahnya, banyak masyarakat muslim di Indonesia yang belum mampu mencerna dan membedakan kebenaran ilmiah dan yang tidak ilmiah. Perkembangan berfikir manusia modern yang menurut Auguste Comte seharusnya sudah jauh melewati era mitis dan tradisional belum sepenuhnya terjadi di Indonesia. Kuatnya tradisi berikut nilai-nilai mitis yang merajai alam pikiran sebagian masyarakat menjadikan mereka begitu mudah terjajah secara intelektual dan spiritual akibat termakan framing dan penggiringan opini oleh mereka yang hanya bermodalkan penampilan dan kemampuan retorika.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H