Polemik nasab pada dasarnya muncul dari muslim tradisionalis kelas menengah, setingkat pengurus cabang NU di daerah-daerah. Demikian pula masyarakat yang sepaham dengannya, kebanyakan berasal dari nahdliyyin kelas menengah . Kyai Imaduddin sendiri merupakan pengurus Cabang NU yang sebelumnya bahkan merupakan pendukung para habaib melalui FPI, sementara Fuad Plered konon merupakan mantan presiden muhibbin (pecinta) habaib Indonesia.Â
Berbeda dari masyarakat yang menolak keshahihan nasab Baalwi, kaum Baalwi dan para pendukungnya justeru mendapat dukungan kuat dari para elit muslim tradisionalis. Apalagi sebagian tokoh Baalwi bahkan menjadi salah satu elit NU yang sangat dihormati. Selain itu, sebagian di antara tokoh-tokoh penting NU ada yang memiliki kekerabatan dengan klan Baalwi.
Sejak awal polemik nasab, para elit NU sudah menegaskan bahwa keabsahan nasab Baalwi tidak perlu dipersoalkan lagi. Belakang salah seorang pimpinan NU secara emosional bahkan melabeli para penolak keshahihan nasab Baalwi sebagai kaum wahabi, Syi'ah hingga khawarij.
Selain dukungan elit, sebagian tokoh pesantren besar juga memberikan dukungan terhadap Habaib, sekalipun ada pula yang memilih tidak melibatkan diri dalam polemik nasab. Sikap dan pernyataan tokoh-tokoh terhormat seperti guru sekumpul dan beberapa tokoh pesantren besar dipahami oleh sebagian masyarakat berada pada pihak habaib. Â
Beberapa penceramah agama kondang juga menunjukkan hal yang sama. Gus Miftah, salah satu muballigh andalan nahdliyyin mengikuti jejak tokoh NU yang lain, yang dengan tegas memilih mengedepankan sikap lebih baik salah mencintai dari pada salah membenci.
4. Â Ketokohan Kalangan Baalwi
Sejak reformasi, banyak habaib yang menjadi tokoh populer, panutan dan idola bagi sebagian umat Islam di Indonesia. Habib Riziq, imam besar FPI memiliki banyak pengikut yang militan di berbagai daerah. Sebagaimana Habib Umar dari Yaman, Habib Syeh memiliki penggemar yang luar biasa banyak. Habib Bahar juga memiliki pengaruh kuat di komunitas tertentu, yang tentu saja tidak dapat diubah begitu saja atas alasan apapun.
Bahkan di beberapa wilayah tertentu sebagian habaib juga telah menjadi tokoh agama paling dominan bahkan lebih popular dibanding tokoh-tokoh agama pribumi. Di beberapa tempat seperti sebagian Jawa Timur bagian timur, beberapa kota di Jawa Tengah dan beberapa wilayah tertentu di Jakarta sudah cukup lama menjadikan habaib sebagai panutan dan bagian dari kehidupan keagamaan mereka.
Penampilan para Habaib yang rata-ratta berparas mediteranian begitu menarik di mata masyarakat dan membangkitkan rasa kagum, yang membuat masyarakat sulit percaya bahwa mereka bukan dzuriyyah nabi. Penampilan, kata-kata, daya tarik dan energi yang dipancarkan oleh para habaib di berbagai acara keagamaan jarang ditemukan bandingannya dari tokoh-tokoh agama dari kalangan pribumi.
Hal ini menjadikan keyakinan para pecinta (muhibbin) habaib tidak mudah berubah, meski banyak informasi tentang nasab Baalwi yang bertolak belakang dengan keyakinan mereka. Para muhibbin bukan saja tidak tertarik untuk mempertanyakan keshahihan nasab, melainkan juga siap membela para habaib dari para penentangnya. Â Â
5. Â Latar Belakang Pendidikan