Sopir itu kemudian membuka ponselnya, menggeser ke kanan galerinya. Lalu ia menemukan foto itu dan disodorkan kepada Reza. "ini Pak."
Sontak Reza kaget melihat foto itu, "Adit?"
"Bapak..Bapak jangan bercanda Pak.. Adit ini sahabat saya, teman kantor saya," ucap Reza dengan mata berkaca-kaca.
"Saya serius Pak," sahut sopir itu cepat. Kali ini ia memberanikan diri untuk menatap Reza.
"Oke.. Oke.. saya harus buktikan dulu jika ini benar," kata Reza lagi.
"Baik Pak, sebelumnya saya minta maaf baru bisa jujur sekarang karena saya sangat merindukan anak istri saya, saya ingin segera keluar dari sini," ucap sopir itu.
***
Mobil Reza melaju dengan kencang menuju kantor. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Adit dan menanyakan kebenarannya. Saat ini di benak Reza bertanya-tanya, rasanya ia tidak ingin mempercayai kata-kata sopir truk itu. Lagi pula apa coba motivasi Adit membunuh Rani? Tanyanya dalam hati.
Setelah ia sampai kantor, dengan segera ia memarkirkan mobilnya. Dengan langkah buru-buru ia menuju ke ruangan Adit.
"Dit..." katanya tiba-tiba. Adit yang baru mengerjakan pekerjaan kantor, sontak kaget melihat kedatangan Reza.
"Eh Za, gimana? Udah selesai? Aku udah bilang kan, nggak usah lah kamu ngurusin masalah yang udah berlalu," kata Adit.
"Dit.. aku mau tanya sama kamu, apa bener kamu bayar sopir truk buat nabrak Rani?" Tanya Reza dengan tatapan serius.
"Aku?? Siapa yang bilang? Ada-ada aja kamu," sahut Adit cepat.