"Mbak Mini itu baik sekali lho Mas. Aku tadi diajak ke toko emas dan dibelikan ini," jawab Minah sambil menunjuk kedua antingnya.
"Apa kamu cerita tentang keinginanmu?"
"Tidak juga. Hanya ngobrol tentang suka duka sebagai istri. Namun sampai juga kepada keinginanku sebagai seorang istri. Habis Mas Parmin tidak meluluskan keinginanku. Kita sudah lama berumahtangga lho Mas. Tapi mana bukti Mas Parmin menyenangkan istri?"
"Bukannya aku tidak mau, Nah. Tapi kamu sendiri tahu, perhiasan itu mahal. Mana gajiku cukup?"
"Ya sudah. Jangan salahkan aku kalau aku juga bekerja untuk keinginanku. Jadi kali lain Mas Parmin tak perlu menanyakan lagi apabila aku memakai perhiasan."
Daripada serba salah, Parmin pun memilih diam dan segera berlalu keluar.
***
Obrolan di ruang kerja Mbak Rus, masih berlanjut. Rupanya Parmin semakin terhanyut oleh cerita-cerita Mbak Rus. Semakin akrab, bahkan Parmin sering mengeluarkan ledekan-ledekan bernada gurauan kepada Mbak Rus tanpa takut-takut.Â
Suara tawa mereka terkadang terdengar dari luar, membuat para pramusaji di kantin kasak-kusuk. Bahkan karyawan lain pun ada yang mengetahui. Hingga tersebar berita tentang kedekatan Parmin dan Mbak Rus.
"Kalau begitu, Mbak Rus sangat kedinginan ya kalau tidur?"
"Begitulah Mas. Maklum Mas, sebagai istri yang normal wajar to ingin selalu mendapatkan perhatian dan kehangatan suami?"