Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sawitri

9 Agustus 2019   22:25 Diperbarui: 9 Agustus 2019   22:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rara Mendut dan Pranacitra. (foto: indonesiakaya.com)

Sawitri masih bersikukuh. Berkali-kali alasan ia utarakan untuk meyakinkan ayahnya. Entah bagaimana, Sawitri yang lugu itu kini berubah lebih berani berkata-kata, lebih dari biasanya. Sawitri lebih dewasa, layaknya gadis-gadis perpendidikan tinggi yang pernah KKN di desanya.

Akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Sejak itu, Sawitri harus menanggung resiko yang dipilihnya. Ia sering ditinggal suaminya yang berpindah-pindah tempat mengikuti rombongannya. Martoyo pulang kadang seminggu sekali, dua minggu sekali, bahkan sering sebulan sekali. Sementara buah cinta mereka semakin tumbuh di perut Sawitri. Semakin hari semakin membesar.

***

Martoyo mulai mengikuti rombongannya lagi setelah sepuluh hari menunggui Sawitri yang telah melahirkan. Mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki yang diberi nama Misran. Bayi mungil itu sangat membanggakan Sawitri, meski ibunya justru bertambah pekerjaan. Karena Martoyo tidak di rumah, praktis ibu si Sawitri yang mencuci popok, menjerangkan air, dan membopong cucunya manakala Sawitri bepergian.

Sebulan, dua bulan Martoyo tak kunjung pulang. Sawitri jadi cemas. Jangan-jangan apa yang dikatakan ayahnya benar. Martoyo beristri lagi!

Kecemasan Sawitri terobati ketika suatu pagi datang dua perempuan bersama anak-anak mereka. Kedua perempuan itu membawa kabar bahwa Martoyo sehat-sehat saja. Masih aktif di tobong. Masih pula sebagai rol dalam setiap pementasan. Mendengar itu, hatinya agak tenang.

Memang kedua perempuan itu telah dikenalnya. Mereka juga pemain ketoprak satu tobong dengan suaminya. Sawitri mengenal mereka sejak ketoprak itu pentas di desanya. Mereka sering menjadi pasangan Martoyo di atas panggung.

***

Ketiga perempuan bercengkerama hingga matahari di atas kepala. Akrab sekali mereka. Sementara dua anak laki-laki mereka bermain-main di belakang rumah bersama ayah Sawitri.

Seketika mereka berhenti bercengkerama saat seorang laki-laki berada di ambang pintu. Tak lain, dia adalah Martoyo. Suami Sawitri yang dirindukannya. Segera Sawitri memapasnya dengan mesra. Ingin dia memeluk suaminya andai saja tak ada dua perempuan di depannya.

"Bagaimana anak kita, Witri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun