"Dokter selalu ijin suami?"
"Tentu Ibu. Kewajiban sebagai seorang istri. Ke mana pun harus seijin suaminya."
***
Hari berikutnya aku sengaja menemani Bu Rahma, pasien kamar 10, untuk sekedar menghibur dan mengobrol. Aneh, getaran-getaran itu muncul lagi saat aku memegang tangannya.
"Mungkin anak ibu sekarang sudah sedewasa dengan dokter."
Kata ibu ini setelah menceritakan bahwa dia pernah punya anak, namun sebelum anaknya lahir, ayah dari anak itu meninggal karena kecelakaan. Begitu anaknya lahir, anak itu diadopsi oleh seseorang di kota asalku.
Getaran di dada ini semakin kuat saat dia bercerita tentang anak perempuannya itu diadopsi orang. Untuk menutupi getaran itu aku pun menanyakan kepada pasienku sekenanya.
Pasien kamar 10 ini seusia ibuku. Cantik seperti ibuku meski usia mereka lebih setengah abad. Dia mengatakan bila hampir 30 tahun dia menyimpan rapat-rapat rahasianya. Tak seorang pun tahu bila dia pernah punya anak. Bahkan suaminya yang sekarang pun tidak tahu.
"Kenapa Ibu bercerita kepada saya Bu?"
"Ibu juga tidak tahu. Mungkin karena wajah dokter mengingatkan Ibu kepada wajah almarhum suami Ibu. Ayah dari anak Ibu itu, dok."
"Benarkah Ibu?"