Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Manifesto Sumpah Pemuda di Tangan Mahasiswa, Idealisme yang Tetap Membara

28 Oktober 2024   19:50 Diperbarui: 29 Oktober 2024   11:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya yang terus membentuk identitas nasional kita hari ini, salah satunya melalui Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928. Kala itu, para pemuda dari berbagai suku dan agama memutuskan untuk bersatu demi tujuan besar, yakni kemerdekaan dan persatuan.

Mereka merumuskan Sumpah Pemuda sebagai manifesto bersama yang hingga kini terus bergaung dan menjadi simbol semangat muda yang ingin mengubah nasib bangsa. Kini, tugas untuk menjaga idealisme dan nilai Sumpah Pemuda berpindah tangan ke generasi muda saat ini terutama mahasiswa.

Mereka memiliki akses yang luas ke berbagai ide, teknologi, dan sarana pendidikan, membuka peluang untuk berperan lebih besar dan lebih aktif dalam perubahan sosial dan pembangunan bangsa. Di sisi lain, tantangan juga tidak sedikit.

Hidup di era modern memberikan mahasiswa berbagai tekanan dari persaingan akademis yang ketat hingga kebutuhan untuk mempersiapkan masa depan di tengah ketidakpastian ekonomi dan sosial. Kondisi ini kadang memudarkan semangat idealisme yang diharapkan muncul dalam diri mahasiswa.

Meski begitu, Sumpah Pemuda tetap menjadi api yang tidak pernah padam, menuntun mereka untuk berkontribusi lebih dan bergerak maju demi cita-cita bangsa yang lebih baik.

Menghidupkan Semangat Sumpah Pemuda dalam Kehidupan Kampus

Kampus, sebagai tempat mahasiswa berkembang dan belajar, juga berperan besar dalam menjaga semangat Sumpah Pemuda ini. Berbeda dengan para pemuda tahun 1928 yang bersatu untuk melawan penjajah, mahasiswa sekarang berhadapan dengan musuh yang lebih kompleks.

Permasalahan yang mereka hadapi bukan lagi kolonialisme, tetapi lebih pada ancaman kesenjangan sosial, ketidakadilan, hingga polarisasi akibat hoaks dan disinformasi.

Di kampus, mahasiswa sering kali diperhadapkan dengan berbagai isu yang tidak hanya berhubungan dengan akademik, tetapi juga permasalahan sosial di sekitarnya. Aktivisme di kalangan mahasiswa menjadi salah satu cara untuk menjaga api Sumpah Pemuda tetap menyala.

Mahasiswa yang aktif dalam organisasi, komunitas, atau bahkan sekadar berkumpul untuk membahas isu sosial adalah cerminan bahwa mereka peduli dan ingin berbuat lebih bagi bangsa.

Di sisi lain, idealisme ini sering kali mendapatkan ujian. Mahasiswa yang ingin bergerak maju dengan gagasan dan semangat perubahan kadang terjebak dalam siklus kampus yang pragmatis, tugas akademik yang padat, tuntutan IPK tinggi, hingga desakan untuk segera siap bekerja setelah lulus.

Bahkan, banyak mahasiswa yang merasa bahwa idealisme hanya omong kosong yang tidak memberikan manfaat praktis dalam hidup. Padahal, jika idealisme ini diintegrasikan dalam keseharian dan aktivitas di kampus, ia bisa menjadi pijakan yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Tantangan Idealisme di Era Digital

Mahasiswa saat ini hidup dalam era digital, di mana informasi tersebar begitu cepat dan hampir tidak ada batasan dalam bertukar ide. Sisi positifnya, mahasiswa dapat lebih mudah terhubung dengan komunitas yang memiliki tujuan dan visi yang sama, bahkan hingga lintas negara.

Internet membuka ruang bagi mereka untuk berjejaring, berdiskusi, dan mengasah kemampuan kritis dalam melihat permasalahan sosial. Di balik semua kemudahan ini, era digital juga membawa dampak negatif, salah satunya adalah rentannya mahasiswa terhadap narasi yang manipulatif.

Dalam media sosial, mahasiswa bisa terpapar berbagai informasi yang tidak selalu akurat, bahkan bisa menjadi sasaran politisasi yang memperkeruh idealisme mereka.

Sumpah Pemuda di tangan mahasiswa era digital menuntut pemahaman yang lebih kritis. Mereka perlu memfilter informasi yang didapat, membedakan antara fakta dan opini, serta mampu mengolah informasi dengan bijak agar tetap relevan dengan nilai-nilai yang diyakini.

Idealisme tidak boleh goyah hanya karena opini yang dominan di media sosial atau tren yang viral. Sebaliknya, mahasiswa harus mampu membentuk opini mereka sendiri dengan dasar yang kuat, berpikir independen, dan tetap setia pada kebenaran.

Menjaga Nyala Api, Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Sumpah Pemuda bukan hanya tentang satu kali deklarasi, ia adalah spirit yang harus selalu dihidupkan dan diinterpretasikan ulang dalam konteks yang berbeda. Mahasiswa adalah agen perubahan yang diharapkan mampu menjaga nyala api ini.

Dengan memegang teguh prinsip dan idealisme, mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka. Mahasiswa yang berpikir kritis, tidak mudah terpengaruh oleh tren sesaat, serta memiliki empati terhadap keadaan sosial bisa menjadi pemimpin yang membawa perubahan.

Dalam konteks ini, mahasiswa bisa memulai dari langkah-langkah sederhana, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan yang menumbuhkan kepekaan sosial. Mereka bisa memulai proyek-proyek kecil yang melibatkan masyarakat sekitar, mengikuti program pengabdian, atau sekadar menjadi relawan di lembaga sosial. Keterlibatan ini tidak hanya memperluas perspektif, tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan kepekaan sosial yang tinggi.

Selain itu, idealisme mahasiswa dapat diarahkan untuk membangun diskusi-diskusi produktif di lingkungan kampus. Forum-forum ini, baik yang bersifat formal maupun informal, menjadi ruang bagi mereka untuk menyuarakan pendapat, saling bertukar ide, dan mengkritisi berbagai kebijakan publik.

Melalui diskusi semacam ini, mahasiswa dapat melatih diri untuk berpikir kritis dan berani menyampaikan gagasan tanpa harus terjebak dalam polarisasi atau sikap yang emosional.

Menggali Kembali Makna Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda mungkin tampak sederhana, hanya terdiri dari tiga butir yang seakan hanya menekankan persatuan dan kesatuan. Namun, jika digali lebih dalam, Sumpah Pemuda mengandung makna yang sangat dalam tentang cinta tanah air, identitas, dan rasa tanggung jawab sebagai bagian dari bangsa. Dalam konteks modern, mahasiswa perlu menggali kembali makna ini dan melihatnya sebagai panduan dalam bertindak.

Memahami Sumpah Pemuda berarti mengakui bahwa sebagai mahasiswa, mereka adalah bagian dari masyarakat yang lebih besar. Mereka memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi juga masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Ini bisa dimulai dengan merawat budaya gotong royong di kampus, berkolaborasi dengan berbagai elemen kampus, dan mendukung gerakan-gerakan positif yang ada. Menghidupkan semangat Sumpah Pemuda berarti menjadikan nilai-nilai kebangsaan sebagai prinsip hidup sehari-hari, bukan sekadar slogan.

Mengarungi Tantangan Global dengan Idealisme yang Tetap Membara

Manifesto Sumpah Pemuda di tangan mahasiswa bukan sekadar retorika. Ia adalah semangat nyata yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tetap mempertahankan idealisme, mahasiswa mampu menumbuhkan jiwa kepemimpinan, membangun sikap kritis, dan menjaga komitmen untuk membuat Indonesia lebih baik.

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, idealisme ini tidak boleh pudar. Karena hanya dengan idealisme yang kokoh, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia ke arah yang lebih maju.

Sebagai generasi penerus, mahasiswa adalah harapan bangsa. Tugas mereka bukan hanya untuk mengejar karier atau kesuksesan pribadi, tetapi juga untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para pemuda tahun 1928.

Melalui idealisme yang tetap membara, mahasiswa dapat menjadikan Sumpah Pemuda sebagai pijakan untuk bergerak maju, menciptakan perubahan yang nyata, dan mewujudkan Indonesia yang lebih baik, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi-generasi berikutnya.

Selamat Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 - 28 Oktober 2024!

Pena Narr, Belajar Mencoret...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun