Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Manifesto Sumpah Pemuda di Tangan Mahasiswa, Idealisme yang Tetap Membara

28 Oktober 2024   19:50 Diperbarui: 29 Oktober 2024   11:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, banyak mahasiswa yang merasa bahwa idealisme hanya omong kosong yang tidak memberikan manfaat praktis dalam hidup. Padahal, jika idealisme ini diintegrasikan dalam keseharian dan aktivitas di kampus, ia bisa menjadi pijakan yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Tantangan Idealisme di Era Digital

Mahasiswa saat ini hidup dalam era digital, di mana informasi tersebar begitu cepat dan hampir tidak ada batasan dalam bertukar ide. Sisi positifnya, mahasiswa dapat lebih mudah terhubung dengan komunitas yang memiliki tujuan dan visi yang sama, bahkan hingga lintas negara.

Internet membuka ruang bagi mereka untuk berjejaring, berdiskusi, dan mengasah kemampuan kritis dalam melihat permasalahan sosial. Di balik semua kemudahan ini, era digital juga membawa dampak negatif, salah satunya adalah rentannya mahasiswa terhadap narasi yang manipulatif.

Dalam media sosial, mahasiswa bisa terpapar berbagai informasi yang tidak selalu akurat, bahkan bisa menjadi sasaran politisasi yang memperkeruh idealisme mereka.

Sumpah Pemuda di tangan mahasiswa era digital menuntut pemahaman yang lebih kritis. Mereka perlu memfilter informasi yang didapat, membedakan antara fakta dan opini, serta mampu mengolah informasi dengan bijak agar tetap relevan dengan nilai-nilai yang diyakini.

Idealisme tidak boleh goyah hanya karena opini yang dominan di media sosial atau tren yang viral. Sebaliknya, mahasiswa harus mampu membentuk opini mereka sendiri dengan dasar yang kuat, berpikir independen, dan tetap setia pada kebenaran.

Menjaga Nyala Api, Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Sumpah Pemuda bukan hanya tentang satu kali deklarasi, ia adalah spirit yang harus selalu dihidupkan dan diinterpretasikan ulang dalam konteks yang berbeda. Mahasiswa adalah agen perubahan yang diharapkan mampu menjaga nyala api ini.

Dengan memegang teguh prinsip dan idealisme, mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka. Mahasiswa yang berpikir kritis, tidak mudah terpengaruh oleh tren sesaat, serta memiliki empati terhadap keadaan sosial bisa menjadi pemimpin yang membawa perubahan.

Dalam konteks ini, mahasiswa bisa memulai dari langkah-langkah sederhana, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan yang menumbuhkan kepekaan sosial. Mereka bisa memulai proyek-proyek kecil yang melibatkan masyarakat sekitar, mengikuti program pengabdian, atau sekadar menjadi relawan di lembaga sosial. Keterlibatan ini tidak hanya memperluas perspektif, tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan kepekaan sosial yang tinggi.

Selain itu, idealisme mahasiswa dapat diarahkan untuk membangun diskusi-diskusi produktif di lingkungan kampus. Forum-forum ini, baik yang bersifat formal maupun informal, menjadi ruang bagi mereka untuk menyuarakan pendapat, saling bertukar ide, dan mengkritisi berbagai kebijakan publik.

Melalui diskusi semacam ini, mahasiswa dapat melatih diri untuk berpikir kritis dan berani menyampaikan gagasan tanpa harus terjebak dalam polarisasi atau sikap yang emosional.

Menggali Kembali Makna Sumpah Pemuda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun