Mohon tunggu...
Narayani Lakshmi Chandra
Narayani Lakshmi Chandra Mohon Tunggu... Guru - Jatuh tidak menyebabkanmu mati..bangun..berkarya!

A dreamer

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Aku, Kanker Payudara, dan Kehamilanku

11 Juli 2021   18:20 Diperbarui: 13 Oktober 2021   13:47 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tiba di stage kedua, aku marah. Marah pada keadaan. Marah pada diriku. Bahkan marah pada Tuhan. "Tuhan kenapa saya? Anak-anak saya masih kecil-kecil. Kalau saya kalah oleh penyakit ini lalu bagaimana dengan mereka?" 

Kemarahan demi kemarahan yang tak ada habisnya. Kesal mengapa aku tak pandai menjaga tubuhku. Aku menjalani hari-hari dengan emosi yang tidak stabil sama sekali. 

Sedikit salah bicara bisa menjadi airmata bagiku. Aku tidak ingin makan, tidak ingin apa-apa. Hanya berbaring, menonton televisi, makan apapun yang disuruh oleh orangtuaku tanpa ada semangat sama sekali. 

Lalu di setiap doaku aku mulai menawar pada Tuhan. Stage Bargaining mulai kulewati. "Tuhan, bisakah penyakit ini ditukar saja?", "Bisakah hidup orang lain yang bahagia dan sehat diizinkan untuk diberikan kepadaku saja?". 

Penawaran-penawaran tidak masuk akal mulai bermain-main di kepala. Sampai aku lelah sendiri dengan halusinasi. Dan mulai depresi.

AKHIRNYA, AKU HARUS MENERIMA.

Dan setelah lama lelah batin dan fisik dengan penyangkalan demi penyangkalan, amarah, menawar-nawar hingga depresi sendiri, aku memutuskan akan menerima semua dengan ikhlas. 

Karena tak ada gunanya juga terlalu lama berkutat dengan hal-hal yang merusak jiwa. Sel-sel dalam tubuhku sudah mulai rusak, jangan sampai kesehatan mentalku juga terganggu. Justru akan lebih kasihan lagi anak-anakku. 

Melihat Ibunya setiap hari depresi, marah-marah tanpa sebab, terpaksa menerima keadaan yang mereka tidak mengerti, dan tak pernah diajak diskusi. 

Mental health mereka yang tentunya akan terganggu pula selain aku dan mungkin suamiku. Aku memutuskan, semakin aku menerima keadaan, maka aku akan semakin kuat berjuang. 

Aku harus berjuang, demi anak-anakku dan bayi dalam kandunganku. Tiga kali kemoterapi tidak menggoyahkannya sama sekali. Bayiku tetap kuat, tetap aktif bergerak kesana kemari. He is a true warrior. Dan akupun harus bisa jadi pejuang yang tangguh untuknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun