Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banyak Edukasi Sampah tapi Tidak Berubah

11 September 2024   20:05 Diperbarui: 12 September 2024   11:37 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi pengelolaan sampah online pada sejuta siswa di Jakarta. (Dokumentasi pribadi)

Kesalahan satu orang akan menyebabkan kerugian bagi banyak orang. Satu orang salah memilah sampah atau salah jadwal sampah, maka sekampung akan menanggung kesalahan itu dengan tidak diangkutnya seluruh sampah. Hal itu sebagai bentuk hukuman sosial. Agar antarwarga bisa saling memberi tahu, saling mengingatkan, dan mengawasi.

Sampah yang diangkut selanjutnya bukan untuk dibuang ke TPA. Sampah itu dibawa ke lembaga pengolahan sampah yang ada di setiap distrik juga. Sampah anorganik akan dipilah detil lagi secara manual untuk didaur ulang. Terakhir, lembaga pengelola sampah di Jepang memilah sampah hingga 18 item untuk didaur ulang.

Untuk sampah organik juga dibawa ke instalasi pengolahan sampah untuk didaur ulang jadi pupuk organik. Tidak ada yang terbuang dan hampir 100 persen sampah didaur ulang. Semua pemilahan sampah dilakukan secara manual di sumber sampah (rumah-rumah warga) dan di tempat pemilahan sampah detil untuk selanjutnya dikirim ke pabrik daur ulang.

Di Indonesia sebaliknya. Orang berlomba-lomba membuat mesin pemilah sampah. Supaya masyarakat di rumah-rumah tidak repot memilah sampah. Dengan begitu, kebiasaan tidak memilah sampah tidak perlu dihilangkan. Toh di tempat pengumpulan sampah nanti ada mesin pemilah sampah.

Faktanya, mesin pemilah sampah dalam bentuk apapun tidak bisa maksimal memilah sampah. Sudah pasti, sampah yang tercampur dari sumbernya tidak akan maksimal terpilah. Apalagi dengan jenis dan karakteristik sampah di Indonesia yang banyak mengandung air dari sisa makanan (sampah organik). 

Berdasarkan pengalaman di lapangan, sampah yang sudah tercampur hanya bisa diolah maksimal 20 persen. Sejumlah penelitian menyatakan hanya 5-7 persen sampah bisa didaur ulang dari sampah yang sudah tercampur dari sumbernya. Maka sisa dari sampah yang tidak bisa didaur ulang itu harus dibuang ke TPA. Menjadi gunung sampah di TPA.

Selain berlomba membuat mesin pemilah sampah, di Indonesia juga berlomba membuat mesin untuk membakar sampah. Mulai dari membakar sampah dengan teknologi sederhana sampah membakar sampah untuk dijadikan energi listrik. Ini lagi-lagi supaya masyarakat tidak perlu memilah sampah di rumahnya. Masyarakat tetap boleh membuang sampah yang tercampur-campur organik dan anorganik. Toh nanti di tempat pengumpulan sampah akan dibakar habis.

Kenyataannya, mesin-mesin pembakar sampah itu tidak mampu membakar sampah yang begitu banyak. Apalagi sampah Indonesia basah. Lebih basah lagi kalau musim hujan. Jangankan mesin pembakar sampah sederhana, mesin pembakar sampah dengan teknologi canggih dan ratusan miliar saja tidak mampu membakar seluruh sampah dari masyarakat. Maka jangan heran kalau banyak teknologi pembakaran sampah dibangun dekat TPA. Itu untuk memudahkan membuang sampah yang sulit dibakar langsung ke TPA.

Itulah alasan kenapa tetap banyak sampah di TPA meskipun sudah ada teknologi mesin persampahan. Mesin-mesin itu tidak mampu mengejar produksi sampah dari masyarakat setiap hari. Belum lagi kalau rusak, untuk biaya perbaikannya sangat mahal. Sehingga, banyak pihak yang awalnya mengandalkan mesin, ketika mesinnya rusak mereka tidak mampu memperbaiki dan buang sampah ke TPA lagi.

Yang perlu ditiru dari Jepang dalam pengelolaan sampah adalah sistemnya. Karena justru di negara produsen berbagai mesin berteknologi tinggi itu sampah dipilah dan dikelola secara manual. Sampah dipilah dengan tangan manusia, bukan dengan mesin. Dan sampah hasil pilihan didaur ulang, bukan dibakar.

Dampak Pembakaran Sampah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun