Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banyak Edukasi Sampah tapi Tidak Berubah

11 September 2024   20:05 Diperbarui: 11 September 2024   20:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan pengalaman di lapangan, sampah yang sudah tercampur hanya bisa diolah maksimal 20 persen. Sejumlah penelitian menyatakan hanya 5-7 persen sampah bisa didaur ulang dari sampah yang sudah tercampur dari sumbernya. Maka sisa dari sampah yang tidak bisa didaur ulang itu harus dibuang ke TPA. Menjadi gunung sampah di TPA.

Selain berlomba membuat mesin pemilah sampah, di Indonesia juga berlomba membuat mesin untuk membakar sampah. Mulai dari membakar sampah dengan teknologi sederhana sampah membakar sampah untuk dijadikan energi listrik. Ini lagi-lagi supaya masyarakat tidak perlu memilah sampah di rumahnya. Masyarakat tetap boleh membuang sampah yang tercampur-campur organik dan anorganik. Toh nanti di tempat pengumpulan sampah akan dibakar habis.

Kenyataannya, mesin-mesin pembakar sampah itu tidak mampu membakar sampah yang begitu banyak. Apalagi sampah Indonesia basah. Lebih basah lagi kalau musim hujan. Jangankan mesin pembakar sampah sederhana, mesin pembakar sampah dengan teknologi canggih dan ratusan miliar saja tidak mampu membakar seluruh sampah dari masyarakat. Maka jangan heran kalau banyak teknologi pembakaran sampah dibangun dekat TPA. Itu untuk memudahkan membuang sampah yang sulit dibakar langsung ke TPA.0

Itulah alasan kenapa tetap banyak sampah di TPA meskipun sudah ada teknologi mesin persampahan. Mesin-mesin itu tidak mampu mengejar produksi sampah dari masyarakat setiap hari. Belum lagi kalau rusak, untuk biaya perbaikannya sangat mahal. Sehingga, banyak pihak yang awalnya mengandalkan mesin, ketika mesinnya rusak mereka tidak mampu memperbaiki dan buang sampah ke TPA lagi.

Yang perlu ditiru dari Jepang dalam pengelolaan sampah adalah sistemnya. Karena justru di negara produsen berbagai mesin berteknologi tinggi itu sampah dipilah dan dikelola secara manual. Sampah dipilah dengan tangan manusia, bukan dengan mesin. Dan sampah hasil pilihan didaur ulang, bukan dibakar.

Dampak Pembakaran Sampah

Pada 2009 Indonesia menjadi salah satu peserta dalam Konvensi Stocholm. Yaitu, suatu perjanjian internasional yang fokus pada pencegahan dan eleminasi polutan organik persisten (POPs). Polutan ini adalah zat kimia berbahaya yang dapat bertahan lama di lingkungan, terakumulasi dalam rantai makanan, dan menimbulkan risiko kesehatan manusia.

Para aktivis lingkungan menyimpulkan bahwa konvensi itu secara eksplisit melarang membakar dan mengubur sampah. Karena pembakaran dan penguburan sampah pasti menghasilkan POPs. Asap dari membakar sampah akan jadi aerosol (partikel padat) yang centang perenang di udara. Partikel itu bisa menempel di mana pun lalu masuk ke sistem pencernaan manusia atau pernafasan manusia.

Teknologi pembakaran sampah di Singapura memang canggih. Ada mekanisme untuk menahan asap hasil pembakaran sampah untuk dijadikan energi atau dimasukkan ke tanah. Namun, secanggih apapun mekanisme penahanan dan penangkapan asap pembakaran sampah itu, tetap saja akan ada aerosol yang lolos. Kalau tidak lolos ke udara, maka aerosol itu masuk ke tanah.

Aerosol sesedikit apapun tetap berdampak pada lingkungan dan manusia. Nah, jika dalam jumlah yang sedikit saja aerosol dari pembakaran sampah itu berbahaya, bagaimana dengan yang banyak dan tanpa ada teknologi apapun. Maka dari itu, UUPS sampai mengatur dengan tegas tentang praktik membakar sampah. Ada sanksi bagi siapa saja yang membakar sampah sembarangan.

Lebih lanjut, asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah jelas akan menyumbang makin buruknya pemanasan global. Aerosol dari pembakaran sampah akan melayang-layang di udara hingga dalam jumlah yang besar akan menghambat pantulan panas matahari yang masuk ke bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun