Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Kompos Sampah Domestik Solusi Tambang Timah Rp 271 Triliun

2 April 2024   06:55 Diperbarui: 2 April 2024   12:12 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto udara kondisi pertambangan timah di Bangka Belitung. (Sumber: Kompas.id/Pandu Wiyoga)

Kalau solusi ini tidak jadi bahan bancakan korupsi lagi, maka alam Bangka Belitung akan bisa diselamatkan. Karena, sekali lagi hanya produksi sampah yang bisa mengimbangi potensi kerusakan alam oleh penambangan.

Manfaat Kompos Sampah Domestik di Lahan Tambang

Tidak akan ada bahan yang semelimpah sampah organik domestik untuk dimanfaatkan merehabilitasi sisa tambang timah. Sebab, keberadaan selain sampah organik domestik hanya musiman. Misalnya sampah pertanian, itu hanya musiman dan tidak bisa ditemukan di setiap tempat.

Di samping itu kompos sampah domestik itu sangat besar manfaatnya untuk sisa lahan tambang. Sebab, kompos organik domestik itu bisa menyerap kadar asam yang tinggi akibat pencemaran aktivitas tambang timah. Selain itu, kompos organik domestik juga mampu mengikat logam berat di tanah. Sehingga mampu mengurangi risiko pencemaran pada manusia dan tanaman.

Karena dibuat dari segala sesuatu yang disisakan dari makanan manusia, maka kompos organik domestik juga bisa dengan cepat menginisiasi rehabilitasi lingkungan. Percepatan bisa terjadi dalam proses pengembalian ekosistem lingkungan yang hilang akibat pertambangan.

Perbaikan struktur tanah akan terjadi seiring dengan upaya yang optimal dalam upaya rehabilitasi lahan sisa tambang. Keseriusan itu ditunjukkan dengan keterlibatan semua pihak. Yakni agar saling mengawasi supaya kegiatan dan program rehabilitasi berjalan dengan baik.

Bukan hal yang tidak mungkin Bangka Belitung yang lahannya banyak rusak dan hancur bisa disembuhkan kembali dengan metode rehabilitasi yang baik. Yang terpenting upaya rehabilitasi itu menjadi itikad semua pihak yang terlibat. Agar jangan terjadi penyelewengan lagi. Sebab, hambatan terberat dari upaya perbaikan lingkungan bukan masalah teknis, melainkan non-teknisnya.

Hambatan non-teknis terberat adalah potensi korupsi. Lain kali kita akan bahas bagaimana CSR menjadi bahan korupsi tapi dianggap lumrah. (nra)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun