Yang pertama-tama muncul adalah Gojek pada 2018. Aplikasi ojek online (ojol) ini membuat program GoGreener. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk memesan ojol untuk mengangkut sampah daur ulangnya untuk dijadikan bahan bakar alternatif.
Sejak diluncurkan, program dalam aplikasi itu tidak familiar. Akhirnya, 2021 Gojek menutup program itu. Bersamaan dengan Gojek itu banyak aplikasi pengumpul sampah daur ulang bermunculan. Semuanya menawarkan penjemputan sampah daur ulang dan menawarkan sejumlah keuntungan.
Gojek sebagai raksasa aplikasi sudah cukup menjadi tolok ukur. Jika raksasa aplikasi saja gagal dalam program pengurangan sampah, bagaimana aplikasi lain yang baru dan kecil-kecil itu bisa bertahan?Â
Semua pada akhirnya akan mengikuti jejak Gojek menutup program pengumpulan sampah daur ulangnya. Hanya tinggal menunggu waktu saja.
Aplikasi Sampah: Bikin Mudah, Menjalankan Susah
Keberadaan aplikasi-aplikasi pengumpul sampah di Indonesia tampak hanya metafora saja. Seakan-akan bisa mengatasi masalah sampah. Padahal, jangankan mengatasi masalah sampah, mengurangi sampah saja masih belum kecuali sangat sedikit dari 70 juta ton sampah per tahun.
Namun, aplikasi-aplikasi itu memang tampak meyakinkan karena memang diisi dan dikelola oleh orang-orang kreatif. Mereka terdiri dari kreatif desain digital, kreatif promosi, kreatif marketing, dan banyak tenaga kreatif lain di dalamnya. Jadi tak heran jika tampilan dan promosinya sangat menarik.Â
Secara riil aplikasi-aplikasi itu memang tampil canggih dan keren. Bagi segmen tertentu, tampilan canggih dan keren itu sangat memikat. Dan supaya makin memikat, ditambah lagi tawaran keuntungan-keuntungan bagi para penggunanya.
Masalahnya, mengurangi sampah dan mengumpulkan sampah daur ulang itu tidak cukup dengan kecanggihan dan tampilan keren aplikasi. Tidak cukup juga dengan iming-iming keuntungan yang akan diberikan pada pengguna aplikasi.
Andai mengatasi masalah sampah bisa selesai dengan kecanggihan teknologi, pasti tidak akan ada mesin dan alat canggih pengolah sampah mangkrak. Dan jika masalah sampah bisa diatasi dengan tawaran untung ekonomis, pasti para pengepul atau perongsok yang ada sejak zaman dulu itu sudah bisa bereskan masalah sampah Indonesia.
Aplikasi-aplikasi pengumpul sampah daur ulang itu pada dasarnya hanyalah satu dari aspek-aspek pengelolaan sampah. Aplikasi persampahan adalah bagian dari aspek teknologi dan aspek bisnis pengelolaan sampah. Dia tidak bisa berjalan sendiri, karena aspek lainnya juga berjalan simultan.Â