Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (capres-cawapres) harus memikirkan cara untuk menyelesaikan persoalan sampah Indonesia. Karena hingga kini belum ada solusi penyelesaian yang benar-benar mampu membereskan 70 juta ton sampah per tahun itu.Â
Di mana-mana darurat sampah masih mengemuka dan jadi arus utama isu lingkungan. Dan masih segar di ingatan kita tentang begitu banyaknya kebakaran tempat pembuangan/pemrosesan akhir (TPA) sampah beberapa waktu lalu.
Untuk itu capres-cawapres Indonesia mestinya serius menghadapi persoalan sampah nasional ini. Supaya ketika mereka memimpin Indonesia, persoalan sampah bisa diatasi. Bukan malah terus dijadikan proyek abadi yang dari waktu ke waktu terus dicari solusinya.Â
Solusi demi solusi yang akhirnya tidak juga menyelesaikan masalah persampahan nasional. Sehingga, Indonesia terus berpindah dan mencoba solusi-solusi lainnya dengan terus memboroskan anggaran.
Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, jika diperhatikan akan lebih banyak mesin dan alat pengolahan sampah yang mangkrak. Gara-gara regulasi pengelolaan sampah tidak dijalankan dengan benar.Â
Masyarakat hanya dijadikan objek dalam pengelolaan sampah. Produsen tidak dituntut tanggung jawabnya. Pemerintah jadi regulator sekaligus operator dalam pengelolaan sampah. Pegiat dan penggerak persampahan minim perhatian.
Semakin hari masalah sampah dan dampaknya akan semakin besar. Pertumbuhan penduduk, perbaikan akses dan infrastruktur transportasi, peningkatan ragam produk, pertumbuhan ekonomi akan menjadi gelombang yang akan mendatangkan banjir sampah di kota hingga pelosok desa. Dan sampah yang tidak dikelola dengan baik dan benar akan berdampak besar pada beban lingkungan.Â
Beban yang pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran udara, tanah, air, menjadi sumber penyakit, dan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global.
Pemimpin Indonesia mendatang harus serius mengurus sampah. Agar tidak hanya memindahkan masalah dari rumah-rumah warga (sumber timbulan sampah) ke TPA. Paradigma pengelolaan sampah harus lebih banyak yang dapat dimanfaatkan kembali. Bukan sebaliknya, sampah lebih banyak yang dibuang sia-sia di TPA.