Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puang Asrul, Legenda Hidup Persampahan dari Tanah Bugis

7 April 2022   09:37 Diperbarui: 7 April 2022   09:54 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di acara itulah Puang Asrul menerangkan soal regulasi sampah. Sederhana, ringkas dan lugas. Kalimat makruh baginya untuk berbisnis sampah 'keluar berkali-kali. Mempertegas sikap itu pada semua yang hadir.

Puang Asrul sudah puluhan tahun menggeluti sampah dalam perjalanan bisnisnya. "Bisnis sampah bukan hal kecil," katanya.

Dia meninggalkan bisnis sampah agar orang berhenti berpikir bahwa upayanya menata pengelolaan sampah Indonesia adalah untuk kepentingan bisnisnya. Sebab, dia tahu betul siapa saja yang terlibat dalam upaya seperti itu. Berbicara tata kelola sampah tapi tujuan sebenarnya adalah memonopoli dan menguasai berbagai bisnis yang ada di dalam sampah.

Dari orang ini pengetahuan sampah saya menjadi bercabang ke mana-mana. Dari hanya sekadar sisa menjadi material daur ulang, lalu ada dugaan korupsi, bisnis, politik dan skandal-skandal di persampahan. 

Pada 2015 Puang Asrul mengusulkan sebuah sistem dengan konsep yang menerjemahkan regulasi persampahan. Sistem ini adalah poros sirkular ekonomi Indonesia. 

Jika orang hanya bicara sirkular ekonomi, pria berkumis itu melangkah lebih jauh lagi dengan memuat konsep porosnya. Sayangnya usulnya sempat "dicuri" pemerintah. Melaksanakan ide yang diusulkannya tanpa melibatkannya.

Keyakinan Puang Asrul bahwa ilmu dan ide akan kembali pada pemiliknya sangat kuat dan itu terbukti. Pada 2019 Puang Asrul dipanggil pemerintah, tepatnya Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terkait idenya poros sirkular ekonomi tersebut.

Kementerian tersebut kemudian mendukung penuh idenya membentuk PKPS di seluruh Indonesia. Terlepas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sudah menandatangani kesepakatan dengan Kemenkop UKM dalam rangka peningkatan pengelolaan sampah.

Hingga kini PKPS itu terus tumbuh dan berdiri bermula dari Kota Pahlawan - Surabaya, lalu meluas ke daerah lain di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua, Bali dan menyusul pulau lainnya. PKPS dibentuk secara berjenjang dan berjejaring untuk mengelola sampah "tulang dan dagingnya".

Dengan akses yang dimiliki Puang Asrul di kalangan kementerian, dia sama sekali tidak tergoda untuk menyegerakan terbentuknya PKPS secara nasional. Padahal sangat mudah baginya menjadikan PKPS sebagai jaringan koperasi nasional dengan pola top down.

Tapi, Puang Asrul tetap menyerahkan dinamika pembentukan rumah bersama pengelola sampah itu ke daerah dan personalnya masing-masing.Perkembangan PKPS yang sudah didukung penuh oleh Kemenkop UKM terbilang lambat. Berbeda dengan bank sampah yang didukung KLHK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun