Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Penggunaan Mikroba Dekomposer dalam Mengolah Sampah Organik

10 Februari 2022   08:46 Diperbarui: 11 Februari 2022   02:10 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah organik bisa diolah sendiri, dipakai sendiri, atau dikirim ke pengolah sampah organik. Biasanya dijadikan pupuk organik.

Kegagalan Dekomposisi  Sampah Organik

Karena ingin cepat beres tanpa repot-repot mengedukasi mengelola sampah, pemerintah pusat dan sejumlah pemerintah daerah berinisiatif pada program insenerator dan PLTSa. 

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Sampah dibakar untuk hasilkan listrik. Ada yang sudah membangunnya, tapi tak maksimal juga mengurangi gunung sampah di TPA.

Teknologi insenerator dan PLTSa ini banyak diadopsi dari negara-negara Eropa. Tentu karena teknologi insenerator sampah jadi listrik cocok dengan komposisi sampah di sana.

Untuk Indonesia, teknologi ini kurang bahkan tidak cocok. Karena karakteristik sampah di Indonesia basah. Sampah organik di Indonesia cenderung basah. Karena kita suka makan makanan berkuah. Ditambah lagi jika musim hujan, sampah makin basah.

Sampah organik basah dengan kadar air tinggi sulit dibakar dengan insenerator. Harus menunggu dikeringkan 7-10 hari. Itu pun kapasitas insenerator membakar sampah juga tak seimbang dengan sampah yang datang.

Teknologi insenerator ini sebenarnya hadir gara-gara upaya mendekomposisi sampah organik dianggap gagal. Penyebabnya adalah komposter yang asal-asal dan mikroba yang dipakai tidak efektif.

Dua kunci dekomposisi pengolahan sampah organik adalah wadah dan mikrobanya. Misalnya wadahnya (komposternya) sudah benar, mikrobanya yang salah. Dan rata-rata yang terjadi demikian.

Di sejumlah daerah banyak komposter hasil pengadaan pemerintah atau lainnya mangkrak. Tidak terpakai. Jadi tempat sampah tercampur. Itu karena sampah organik yang dimasukkan, lalu diaplikasi mikroba di dalamnya ternyata tidak terdekomposisi.

Akibat mikroba dekomposer tidak bekerja dengan benar, komposter cepat penuh. Jika mikroba yang dipakai benar, sampah organik akan terdekomposisi dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun