Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Saran Urus Sampah di Malioboro untuk Pemkot Yogya

22 Desember 2021   07:00 Diperbarui: 24 Desember 2021   12:10 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah Pemkot Yogyakarta menyediakan tempat sampah dengan tanda dan logo seperti disebut di atas adalah langkah yang baik. Namun, langkah itu menjadi percuma dan tidak ada gunanya karena tidak ada edukasi dan sosialisasi yang masif pada semua yang ada di Malioboro sebagai calon penimbul sampah.

Karena minimnya edukasi dan sosialisasi, maka keberadaan infrastruktur yang sudah lengkap sekalipun akan percuma. Perilaku masyarakat kita belum ber-mindset memilah sampah, melainkan membuang sampah pada tempatnya. Jadi, tidak buang sampah sembarangan saja sudah bagus.

Maka sebaiknya Pemkot Yogyakarta menyiapkan rencana edukasi dan sosialisasi pada semua orang dan pihak yang ada di Malioboro. Karena mereka semua adalah calon penimbul sampah. Baik itu orang yang berjualan macam-macam makanan, minuman, atau aksesoris dan oleh-oleh lainnya.

Bentuk Pengelola Sampah Kawasan

Untuk bisa melaksanakan edukasi dan sosialisasi secara masif maka Pemkot Yogyakarta harus melibatkan masyarakat. Dengan cara membentuk pengelola sampah kawasan semacam bank sampah atau TPS 3R, tapi bank sampah dan TPS 3R yang sesuai regulasi. Yaitu, bank sampah atau TPS 3R yang berfungsi dan bertugas sebagai perekayasa sosial, mengubah perilaku semua yang ada di Malioboro dalam memperlakukan sampah.

Pemulung di kawasan Malioboro bisa diberdayakan melalui dibentuknya pengelola sampah kawasan. (Dokumentasi pribadi)
Pemulung di kawasan Malioboro bisa diberdayakan melalui dibentuknya pengelola sampah kawasan. (Dokumentasi pribadi)

Personel bank sampah dan TPS 3R inilah yang akan menjadi garda terdepan edukasi dan sosialisasi pengelolaan sampah di Malioboro. Edukasi dilakukan pada para penjual di Malioboro agar mengelola sampah di tempatnya. 

Dan supaya penjual mau mengingatkan pembelinya untuk "menaruh" sampah sesuai tanda dan logo tempat sampah yang tersedia. Penjual di Malioboro akhirnya ikut serta dalam proses sosialisasi pengelolaan sampah oleh pengunjung.

Bank sampah atau TPS 3R tidak cukup hanya dengan mengedukasi penjual, karena pembeli atau pengunjung kadang masih abai meski sudah diingatkan. Maka, bank sampah atau TPS 3R Malioboro harus standby di sekitar tempat-tempat sampah. Tujuannya, mengarahkan pengunjung agar melihat dulu logo atau tanda tempat sampah sebelum "menaruh" sampahnya.

Edukasi perlu dilakukan secara berkala, misalnya setiap satu atau dua bulan sekali. Jika para penjual tidak bisa dikumpulkan untuk ikut kegiatan edukasi (karena tidak bisa meninggalkan dagangannya), mereka bisa dibuatkan sistem edukasi tertulis. Serahkan edukasi tertulis itu para penjual.

Sementara sosialisasi pemilahan sampah pada pengunjung Malioboro tidak boleh berhenti. Harus berjalan terus sepanjang Yogyakarta dan Malioboro masih dikunjungi orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun