Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaya Kok Bohong-bohongan?

22 Maret 2022   10:12 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:20 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Flexing, mengapa banyak terjadi

Kakak beradik bernama Rae Sremmurd, menciptakan lagu viral berjudul "No Flex Zone" , yang berarti area untuk orang-orang yang santai, bersikap seperti dirinya sendiri, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda. Zaman sekarang ini dalam media sosial istilah "Flexing" menjadi kata yang sering diucapkan, Dalam bahasa gaul atau slang words, kata 'flexing' merupakan kata yang memiliki arti untuk orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan. Orang yang 'flexing' dianggap suka berbohong memiliki banyak kekayaan dan pundi-pundi uang, meski realitanya tidak. Banyak yang berpendapat bahwa kata 'flexing' juga berarti orang yang palsu, memalsukan atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan .

Dewasa ini , semakin banyak orang kaya , yang mengaku kaya dan memamerkan kekayakaan di media sosial, bahkan disebutkan dengan istilah Sultan di daerah tertentu, menjawab ini jadi saya teringat sebuah aforisme "poverty screams but weakth whispers", hal ini menunjukan bahwa semakin orang itu kaya sebenarnya maka tidak akan "berisik" atau ramai membahas tentang keuanganya. Semakin kaya justru mereka semakin membutuhkan privasi. Lihat bagaimana orang-orang kaya di jagad ini seperti Elon Musk., Jeff Bezos, Bernard Arnault. Bill Gates.Larry Page.Mark Zuckerberg, Sergey Brin dan Steve Ballme justru semakin sederhana dan tidak menunjukan kemewahan. Jadi saya ingat Mentor saya pernah mengatakan bahwa "kalau kamu sudah kaya beneran, bahkan menggunakan kaos dalam saja orang tahu bahwa sebenarnya kaya".

Di Indonesia tahun 2017 ada pasangan suami istri menggunakan kekayaan untuk mendapatkan uang, memamerkan kekayaan untuk mendapatkan kepercayaan, bahkan menunjukan di "IG" plesiran ke Paris dan Luar negeri lainya, mengumpulkan uang jamaah umroh dan ternyata penipuan, akhirnya harus mendekam di penjara karena semua kemewahan itu adalah palsu. Istilah ini dinamakan "Flexing". Ada banyak laki-laki yang belum memiliki rumah namun telah memiliki mobil mewah dari pinjaman ke bank dengan harapan mendapatkan pasangan yang terhipnotis oleh kemewahan palsu. Ketika ada seorang perempuan tertarik dan akhirnya menikah dan bercerai ketika mengetahui bahwa kekayaanya adalah palsu.

Fenomena Flexing ini dalam The7Awareness masuk dalam penyakit manusia modern yang disebut "STS", Syndrom Toxic Success , hal ini menunjukan bahwa semakin modern sebuah peradaban bangsa atau negeri maka akan mudah manusia rapuh oleh berbagai tekanan, exisitensi media sosial yang tidak terduga membuat dunia palsu terasa menjadi nyata.

Dalam pandangan The7Awareness (2010: 14) terdapat lebih dari 7 karakter penyakit manusia modern diantaranya adalah (1).Up & Down (2). Polyphasia (3). Meaningless (4). Feeling Pastered (5). Self sighteness  (6). Hedonis Treadmill  (7). Spiritual emptiness. Manusia seringkali ditinggal oleh apa yang mereka ciptakan sendiri, mereka menciptakan handpone yang paling canggih namun justru mentalnya seperti anak bayi berbicara, mereka mengunakan mobil yang paling cepat dan mahal namun cara berpikirnya seperti becak, mereka menciptakan makanan siap saji yang paling cepat namun mentalnya seperti oncom. Semakin hari, manusia semakin tertinggal oleh apa yang mereka ciptakan sehingga akhirnya mudah mengalami kelelahan jiwa dan akhirnya membuat bayangan sendiri dalam kepalsuan. (Yusuf, 2013 : 15).

 

 Sebenarnya dunia palsu menjadi nyata telah dinikmati oleh dunia hiburan melalui film-film Hollywood dengan latar belakang Green Screen namun ketika hasilnya menjadi sangat  Dalam industri film Hollywood, Computer Generated Imagery (CGI) merupakan hal biasa yang digunakan untuk memberi efek visual berbeda dari biasanya. Dengan teknologi tersebut, para filmmaker bisa berkreasi seluas mungkin dan bahkan tak pernah terpikirkan dalam kenyataan.Biasanya, teknologi CGI biasa digunakan dalam film superhero yang memang banyak membutuhkan perangkat tersebut untuk menciptakan efek tertentu. Namun, dalam sejarah film Hollywood, teknologi CGI banyak juga digunakan pada film lain, terutama film dengan genre fantasi. Teknologi tersebut memberi efek menakjubkan yang tidak disangka-sangka. Adegan-adegan dalam film yang ditampilkan, ternyata lahir dari adegan yang dibantu oleh teknologi visual CGI.

Seperti Benedict Cumberbatch saat tampil sebagai naga Smaug dalam film The Hobbit sepenuhnya menggunakan CGI. Penampilannya dapat dilihat dari belakang layar film ini bahwa ia hanya menggunakan pakaian khusus dan selanjutkan akan tampil sebagai naga dengan teknologi CGI dan masih banyak yang lainya, tentu saja dunia perfilman bukan termasuk katagori "Flexing" ini hanya bagian dari seni yangberkembang dalam dunia huiburan dengan tujuan untuk memuaskan penonton ketika menyaksikan  filmnya.

Jika perfilman Hollywood dan Bollywood menggunakan layat belakang palsu sementara Flexing adalah kaya palsu dengan tujuan untuk menipu orang lain. Mereka senang memamerkan uangnya agar dengan tujuan agar followernya tertarik bergabung dalam bisnis yang dibinanya, mereka disebut :"affiliator", Fenomena Afiliator yang ditangkap seperti Indra Kenz dan Doni Salaman  menjadi contoh karena ternyata korbanya telah banyak dan terus berkembang. Salah satu korbanya bahkan ada yang memilih melakukan bunuh diri karena tertlalu banyak uang keluarga yang telah dikorbankan.  Dalam jurnal ini penulis ingin menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian tentang mengapa masyarakat Indonesia terutama kaum milineal mudah terpengaruh oleh dunia flexing?, kedua bagaimana ciri-ciri dari fenomena flexing tersebut.

Flexing bisa terjadi dari berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat biasa hingga artis papan atas. Seperti yang biasa dilihat di berbagai media, hampir semua kalangan artis menggunakan mobil mahal, tas branded atau pakaian dari desainer.Semakin mahal barang yang dimiliki menunjukkan status sosial yang tinggi. Apabila orang mampu membeli barang mewah makan dianggap orang kaya. Maka dari itu, semakin banyak penghasilan maka semakin tinggi status sosial.Kenyataannya, terlalu berlebihan menceritakan tentang uang, kehebatan dan prestasi ternyata berpengaruh pada relasi sosial. Penelitian yang dilakukan Garcia, Weaver, & Chen, (2018 :17) menemukan bahwa 66% orang cenderung memilih mobil mewah. Namun, kebanyakan orang memilih berteman dengan orang bermobil murah.

Perilaku flexing bisa dijelaskan dengan teori Individual Psychology milik Alfred Adler (Feist & Feist, 2010). Dalam teorinya, manusia termotivasi menjadi pribadi yang sukses karena pengaruh sosial. 

Artinya, motivasi muncul Ketika melihat sosok yang dianggap sukses.Adler meyakini bahwa semua orang memiliki keinginan dasar untuk menjadi bagian dalam kelompok. Bila seseorang belum merasa seperti itu, ia sedang mengalami inferior. Ada kecenderungan orang akan menunjukkan sedang menuju kesuksesan atau superior.(Bracht et al., 2021)

Teori Alfred Adler pun bisa dilihat di sekitar kita. Ada selebriti yang berusaha tampil mewah agar bisa diterima dalam sebuah kelompok. Ada seseorang yang membuat cerita seolah-olah dirinya "wah" padahal hal tersebut untuk menutupi rasa inferior. Perasaan inferioritas muncul karena ada pengalaman memalukan, ketidaksempurnaan dan perasaan kurang ketika berhadapan dengan orang lain. Jadi bisa dikatakan bahwa flexing adalah self defense mechanism. Pada tahun 2007 di Koran Kompas ada tulisan besar 1 halaman berjudul "Jika di barat ada The7Habit, di Timur ada The7Awareness" , dunia timur memiliki daya tahan lebih kuat  menghadapi tekanan  pada saat fokus kembali kepada titik kesadaran (Munawwar : 2007: 10).

Penelitian yang dilakukan oleh Budhy Munawwar Rachman ini menunjukan bahwa ketika seseorang telah menemukan jalan kesadaran walau banyak godaan dirinya akan bisa melewati dengan mudah . WS Rendra dalam puisnya menuliskan bahwa "Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrwala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata".

Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa akar dari persoalan "flexing" adalah sulitnya menemukan "Self Awareness", lebih tepat adalah "One Minute Awareness", seperti seseorang mengejar bayang-bayang sendiri, semakin dikejer semakin lari dan tidak akan pernah bisa diraih. Ketika banyaknya korban "flexing" menunjukan bahwa mereka para korban sendiri tidak menyadari pentingnya kesadaran diri sehingga mudah mengikuti perilaku teman yang menawarkan kaya dengan cara mendadak.

Siapa yang menolak jika kaya muda dan bisa pesta pora dan menghamburkan uang dengan mudah tanpa beban. Ilustrasi kemudahan mendapatkan uang tanpa kerja keras dan hanya duduk santai ini membuat akhirnya "kesadaran itu hilang", ketika kesadaran tidak dimiliki maka ibarat pohon tidak memiliki akar yang kuat sehingga mudah terjungkal oleh angin yang kencang. (Yusuf, N. Q. (2013).

Jadi keterbaruan dari penelitian ini adalah bahwa "kesadaran adalah kunci" yang membuat seseorang tidak mudah menjadi orang lain, ketika kesadaran masih melekat pada dirinya maka kecerdasan dan logika kritis masih terasa segar dalam pikiranya, tentu akan menolak dengan tepat ketika ada bisnis yang memberikan "janji syurga"  kepadanya dengan mudah tanpa masuk akal.

Ketika kesadaran itu tumpul maka otak seperti berhenti berpikir dan akan kehilangan semua kecerdarasan yang sebenarnya berfungsi agar manusia bisa membedakan manakah yang benar  dan manakah yang salah. Hilangnya kesadaran juga membuat seseorang akan mandul dalam hatinya , dirinya kesulitan menemukan "inner voice", sepertinya tidak ada ruang dialog antara dirinya dengan suara hatinya sendiri, mengambil istilah The7Awareness dalam No Box Leadership "Nurani hilang, yang ada hanya dzulmani" (Naqoy, N., & Rusilowati, U. (2021).  

Ada banyak korban kaya bohongan "Flexing" ketika sedang mengikuti afliator seperti tidak ada yang bisa memberikan masukan kepada dirinya, dari mulai keluarga, teman dekat bahkan relasi semuanya  hanya sebatas informasi. Hatinya telah terkunci rapat oleh rayuan dan angan-angan palsu sehinga akhirnya kehilangan "sense of ownership", jati diri yang tergadaikan oleh materi dan pada ujungnya hanya penyesalan dan kesedihan, ratusan milyar telah dikorbankan, uang yang harusnya bisa memajukan perekonomian bangsa dengan UMKM yang bergerak di desa masing-masing kemudian pindah kepada para pelaku "flexing", seperti sebuah ungkapan "Tertawa diatas penderitaan orang lain", itulah gambaran dari mereka yang mencoba menjadi kaya dengan bohong-bohongan.

Adapun tujuan dari tulisan ini adalah agar masyarakat memahami bahwa "flexing" bukan hanya kabar jauh dari mereka, namun bisa jadi mereka sudah menjadi target dari sebuah bisnis dengan pendekatan "flexing", sehingga masyarakat akhirnya memahami bahwa diantara kita hidup bisa jadi banyak orang kaya palsu (flexing) yang kaya di tampak dalam pencitraan namun hakikatnya sama sekali bohong.

Akhirnya Flexing kena batunya

Menurut Cambridge Dictionary, flexing adalah menunjukkan sesuatu yang Anda miliki atau raih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan. Sedangkan mengacu kamus Merriam-Webster, flexing adalah memamerkan sesuatu atau yang dimiliki secara mencolok. Contoh flexing adalah seorang influencer yang flexing tas buatan desainer atau kemewahan lainnya di media sosial. Asal muasal flexing sendiri seperti dirangkum dari laman Dictionary.com, asal mula munculnya arti kata flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk "menunjukkan keberanian" atau "pamer" sejak tahun 1990-an. Rapper Ice Cube secara khusus menggunakannya dalam lagunya tahun 1992 berjudul It Was a Good Day dengan liriknya Saw the police and they rolled right past me / No flexin', didn't even look in a n*gga's direction as I ran the intersection. Selain itu, asal kata "flex" atau flexing adalah melenturkan otot seseorang, yaitu untuk menunjukkan seberapa kuat fisik seseorang dan seberapa siap seseorang bertarung. Hal ini menjadi metafora arti flexing adalah mereka berpikir lebih baik dari yang lainnya.

Flexing adalah gaya hidup zaman now yang sekarang telah mendunia terutama negara yang sedang berkebang dan maju seperti China. Teman saya di Perancis  (Perwakilan Rumah Kesadaran Perancis) memberitahu bahwa pelanggan yang mengantri membeli tas mewah ternyata datang dari negera yang sedang berkembang dan maju , sementara negera yang sudah terbiasa maju seperti Eropa dan Amerika tidak lagi membutuhkan "flexing", kerana mereka fokus kepada kualitas dan rasa nyaman. Saya sendiri sedikit kaget dan hanya senyum-senyum sendiri ketika banyak acara yang menunjukan kemewahan bahkan saldo tabungan seseorang sebagai bentuk pengakuan bahwa dirinya memang kaya.

Bebarapa siaran langsung media sosial anak milineal yang kaya menunjukan semua kekayaan keluarganya, tiba-tiba masuk di kolom komentar dari Dirjen Pajak RI, semuanya menjadi sulit karenanya. Dalam dunia marketing juga "fkexing" sering digunakan untuk menarik pelanggan. Bahkan sekarang ini ada organisasi di dunia yang melatih perempuan untuk memiliki suami orang kaya dengan melakukan Flexing, ada devisi pelatihan bagi mereka yang menyasar calonya, dari mulai bagaimana foto dengan latar belakang mewah atau juga menggunakan tas atau sepatu yang memukau karena mahalnya, bahkan diajarkan bagaimana membalas wa yang menunjukan orang kaaya membalasnya. Ada yang berhasil menggaet artis atau atlet yang kaya walau pada akhirnya hanya kecewa.

Menarik ungkapan dari Alan Watts "There are a great many people accumulating what they think is vast wealth, but it's only money." - Alan Watts. Dalam pandanganya Ada banyak sekali orang yang mengumpulkan apa yang mereka anggap sebagai kekayaan yang melimpah, tetapi itu hanya uang. Sri Mulyani mengatakan dalam sebuah seminar bahwa "Di Amerika masyarakat akan bekerja untuk mengumpulkan asset dan mereka memaksa asset bekerja keras untuk dirinya, sementara di Indonesia orang bekerja keras untuk mengumpulkan uang", ketika uang menjadi tujuan akhir tentu saja manusia akan mudah menemukan jalan buntu dan akhirnya mengalami kerapuhan dalam jiwanya. 

Mengambil istilah Ahmad Mubarrok adalah "manusia kosong", manusia hampa yang kesulitan menemukan jalan hidupnya, akhirnya kemilau harta adalah tujuanya. Sepertinya nyata namun semakin mencintai harta namun semakin terjebak oleh kegelisahan hati, dirinya mengalami kebingungan karena keadaan batinya semakin menemukan jalan buntu. Mengambil istilah Psikolog  Rollo Mey adalah manusia dalam kerangkeng hartanya, ternyata hartanya bukan semakin membuat dirinya bahagia namun sebaliknya harta membuat dirinya mengalami derita. Inilah awal-awal terjadinya manusia modern yang mudah terjebak oleh symbol-simbol kemodernan itu sendiri, berikut adalah simbol-simbol yang dikejar oleh manusia modern : (1). Uang yang banyak (2). Rumah Mewah (3). Mobil Mahal (4). Kepopuleran (5). Dicintai oleh pengikut yang banyak (Mubarok, 2000: 132).

Dalam pandangan The7Awareness ada istilah esoterik sukses dan eksoterik sukses, ketika sukses masih berlevel eksoterik (kulit luar), maka akan mudah terjatuh dan tergeleincir oleh kekecewaan dan luka hati yang disebabkan harapan tidak sesuai dengan dirinya, eksoterik sukses adalah tampilan luar dan kemilauan seperti sukses sejati sebenarnya adalah palsu, sementara esoteric sukses adalah justru pada saat seseorang  ingin bisa berbagi kepada orang lain. Semakin sering membantu dan mempermudah orang lain menemukan jalan bahagia maka akan semakin mudah menemukan sukses sejati (Yusuf, N. Q,2008: 300)

Gangguan psikologis manusia modern berarti suatu kondisi di mana manusia pada saat ini dalam situasi yang sangat membahayakan. Menurut Mubarok,yang dimaksud gangguan psikologis manusia modern yaitu ketidakberdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan sehingga manusia modern seperti itu sebenarnya manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong. manusia resah setiap kali harus mengambil keputusan, manusia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan (Mubarok,2000: 6)

Salah satu ciri masyarakat modern adalah kehidupan yang makin semerawut dan kompleks. Perkembangan masyarakat yang makin modern akan mempengaruhi tata pola kehidupan, cara berpikir dan tingkah laku masyarakatnya (manusia) (Haye, 2005: 5). Penelitian yang dilakukan oleh Kielholz dan Poldinger menunjukkan bahwa 10% dari pasien yang berobat pada dokter adalah pasien depresi yang mengalami krisis keruhanian dan separuhnya dengan krisis ruhani terselubung. Penelitian lain yang dilakukan oleh Klinik Psikiatri Universitas Basle didapat angka 18%, penelitian di Bavaria didapat angka 17%. WHO memperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3% (Hawari, 1998: 56).

Sehubungan dengan hal tersebut Sartorius menaksir 100 juta penduduk dunia mengalami penyakit keruhanian. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa mendatang yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain: a. Usia harapan hidup semakin bertambah. b. Stresor psikososial semakin berat. c. Berbagai penyakit kronik semakin bertambah. d. Kehidupan beragama semakin ditinggalkan (masyarakat sekuler) (Hawari, 1998: 56). Menurut Mubarok dalam bukunya: Penyuluhan Agama Teori dan Kasus, Yang dimaksud dengan penyakit manusia modern dalam tulisan ini adalah gangguan psikologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam lingkungan peradaban modern (Mubarok, 2002: 158). Dengan demikian persoalan besar yang muncul di tengah-tengah umat manusia sekarang ini adalah krisis keruhanian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dominasi rasionalisme, empirisme, dan positivisme, ternyata membawa manusia kepada kehidupan modern di mana sekularisme menjadi mentalitas zaman dan karena itu spiritualisme menjadi suatu tema bagi kehidupan modern. Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya, sebagaimana disitir Syafiq A. Mughni menyayangkan lahirnya keadaan ini sebagai the plight of modern man, nestapa orang-orang modern .

Seiring dengan kondisi tersebut muncul konflik-konflik batin yang pada puncaknya menimbulkan gangguan jiwa, dan ciri-ciri gangguan jiwa yang diderita orang-orang modern menurut seorang psikoanalis yang membuka praktek di New York yaitu Rollo May adalah ketidakbahagiaan hidup dan ketidakmampuan membuat keputusan (May, 1996: 1).Salah satu jenis krisis manusia modern yang digambarkan May dan Hawari yang merupakan salah satu jenis gangguan jiwa dan merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah penyakit manusia modern. Menurut Hawari (1998: 206), para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern suatu masyarakat semakin besar pula stresor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah krisis keruhanian (Schneider et al., 2009)

Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat dalam cara berfikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi positif sekaligus berdampak negatif. Menurut Mubarok (2002: 166), "Karena derita manusia modern itu berasal dari kerangkeng yang membelenggunya, maka jalan keluar dari problem itu adalah dengan berusaha keluar dari kerangkeng itu. Kerangkeng yang membelenggu manusia modern sebenarnya hanya berupa nilai, atau tepatnya karena kekosongan nilai.

Dalam dunia psikologi, terdapat bidang khusus yang membahas problem tersebut, yaitu kesehatan mental (Mental hygiene). Secara umum kesehatan mental dapat diartikan sebagai suatu upaya terapi agar manusia terhindar dari gejala gangguan jiwa (neurosis) dan penyakit jiwa (psychose) (Daradjat,1982:11). Oleh karena kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi pada umumnya, maka diskursus tentang kesehatan mental tidak dapat dilepaskan dari pemikiran ketiga aliran besar dari psikologi, yaitu aliran Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud, aliran Behaviorisme oleh J.B Watson dan aliran Humanistik dipelopori oleh Abraham Maslow. Ketiga aliran ini banyak mempengaruhi pemikiran psikologi, sehingga semua kerangka pikir teori kesehatan mental sangat diwarnai oleh ketiga aliran tersebut.

Pandangan para ahli, dengan aliran-aliran yang dimunculkan itu, menampakkan perbedaan pendapat terhadap batasan kesehatan jiwa. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari pandangannya terhadap tingkah laku manusia itu sendiri. Aliran Psikoanalisa memandang tingkah laku manusia ditentukan oleh naluri asal yang disebut eros (naluri seks) dan tenatos (naluri merusak). Sedangkan menurut aliran Behaviorisme, tingkah laku manusia ditentukan oleh rangsangan yang menimbulkan pada organisme. Aliran Humanisme menjadikan kebebasan tingkah laku manusia sebagai ciri utama, tanpa itu manusia bukan lagi manusia. Penekanan kebebasan manusia itu dalam rangka perwujudan potensi-potensi yang ada pada dirinya sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya (Bastaman, 1997: 52).

Konteksnya dengan penyuluhan terhadap gangguan psikologis manusia modern, Mubarok mengungkapkan:

"Ketidakberdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan itu, menyebabkan sebagian besar "manusia modern" terperangkap dalam situasi yang menurut istilah Psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai "Manusia dalam Kerangkeng", satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern. Manusia modern seperti itu sebenarnya manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong. The Hollow Man. la resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan. Para sosiolog menyebutnya sebagai gejala keterasingan, alienasi, yang disebabkan oleh (a) perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, (b) hubungan hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang, (c) lembaga tradisional sudah berubah menjadi lembaga rasional, (d) masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen, dan (e) stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial" (Mubarok, 2002: 159).

Mubarok dalam buku lainnya: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern menyatakan: "Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang mengganggu kejiwaannya, oleh karena itu sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi problema tersebut. Upaya-upaya tersebut ada yang bersifat mistik yang irasional, ada juga yang bersifat rasional, konsepsional dan ilmiah. Pada masyarakat Barat modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban Barat yang sekular, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental.

Melihat fenomena Flexing maka bisa terjadi karena manusia tersebut sedang mengalami krisis jiwa modern sehingga menghalalkan berbagai cara untuk tujuan tertentu, baginya selama ada jalan cepat menuju sukses dan kaya walau dengan cara menipu dan berbohong  akan dijalankan, pandangan seperti ini akan mudah ditemukan di kalangan masyarakat modern seperti ini. Hanya saja satu persatu mereka yang melakukan flexing akhirnya beruntuhan satu persatu diluar dugaan dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun