Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Fantasi - Andira dan Sebuah Awal (Mulanya Takhayul Bulan Suro Kalender Jawa)

13 September 2017   20:46 Diperbarui: 2 Maret 2018   14:05 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Editan yang mengesankan, cukup sudah! Kalau kau ingin aku untuk berubah, biarkan aku yang berubah. Menjadi lebih buruk dari apa yang kau inginkan." Aku merobek foto menyedihkan itu dan membuangnya ke asbak rokok yang tersebar disana. Ini tidak lucu.

Malam berlarut dalam kegelapan bersamaan dengan keberangkatanku, tempat yang sama setiap malam menjadi tujuan. Tidak ada lagi orang yang membatasi kesenanganku. Aku habiskan semua uang dan tenaga untuk bersenang -- senang disini. Mobil sedan merah itu menjemputku, aku dan kelima teman clubing lainnya berkendara seperti biasanya menyusuri jalanan. Kami memutar musik keras -- keras di dalam mobil dan ngebut dijalanan malam yang lenggang. Hingga akhirnya Sara yang memegang kendali mobil pun membelokkan arah kendali secara tiba- tiba ke trotoar jalan dan menabrakkan mobilnya. Semuanya gelap seketika.

***

Aku terbaring di ranjang tempat tidur dengan tangan yang tersambung dengan selang infus. Aku terkaget dan melonjak seketika. Tanganku meraba sekeliling dan menengok kelingkungan sekitar. Ini. Keadaan ini. Sama seperti apa yang ada di foto itu. Aku tidak bisa meyakini apa yang barusan kulihat, aku berlari keluar kamar dan mendapati  Sara terbaring pula di kamar sebelah, dalam kondisi yang parah pula. Dia tersadar dan sedang mengotak atik handphone nya. Aku melangkah menghampiri Sara. "Bagaimana kita bisa berada disini, Sar?"

"Malam itu kita mengalami kecelakaan, tidakkah kau menyadarinya?" Jawabnya.

"Bagaimana bisa? Apa kau menabrak sesuatu?"

"Tidak, aku tidak menabrak apapun, tapi aku melihat sesuatu. Aneh sekali."

"Apa yang kau lihat, Sar?" Aku semakin penasaran.

"Aku melihat kau ada diluar mobil, tepat ditengah jalan raya. Itulah kenapa aku memutar stir-nya. Aku sangat yakin kalau itu kau, tapi sangat jelas aku melihatmu ada dibelakang bersama yang lain. Mungkin orang itu hanya mirip denganmu." Jawabnya terheran.

"Aku?" Peneror itu pasti ada hubungannya dengan semua ini. Aku melepas selang infus yang ada di tanganku dan meninggalkan rumah sakit itu. Aku memberhentikan taksi dan memintanya mengantarku kembali ke rumah kos. Aku mengacak -- acak asbak sampah itu lagi mencari sobekan foto dari si peneror. Aku menemukannya. Ya, keadaan yang sama dengan apa yang terjadi padaku hari ini. Apakah ini ramalan? Siapa si peneror?

Aku membuka tirai, melihat seorang polisi berdiri di halaman depan sedang menelepon. Apakah foto itu akan terjadi juga? Tidak, polisi itu kemari bukan untuk menangkap. Dia mencari seseorang. Aku dapat mengetahuinya dari caranya bicara ditelepon. Teror itu nyata. Peringatan -- peringatan itu benar adanya. Aku mulai mempercayai si peneror. Apakah maksudnya? Wanita itu? Dialah penerornya. Aku sangat yakin dengan hal itu. Aku menemukan kotak lainnya di meja belajarku, isinya tak lain adalah foto lagi. Itu fotoku disebuah ruang sidang. Foto lain di belakangnya bergambar aku mengenakan seragam tahanan bersama wanita -- wanita lainnya. Aku memperhatikan setiap foto yang ada, dan yang di paling bawah memperlihatka aku yang berlumuran darah tergeletak bersama seorang dokter disampingnya. Aku melempar semua foto itu, itu kah aku? Aku ketakutan setengah mati. Jika foto -- foto itu benar, sisa waktuku setelah ini pastilah tidak ada kesenangan lagi. Aku melempar semua barang di kotak itu, aku harus pergi menjauh dari tempat ini juga. Aku berlari dengan langkah terhuyung keluar kos dengan sedikit tangisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun