Mohon tunggu...
Sunandar
Sunandar Mohon Tunggu... Petani - Hanya Petani yang menulis

Saya petani, lahir dari pasangan petani. belajar mengabdi dengan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anggrek Indonesia Kini dan Nanti

14 Desember 2024   09:18 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:24 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggrek Hitam Kalimantan (dok.pribadi) 

Sebagai negara yang dilewati garis Khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung berkembangnya keanekaragaman hayati. Bahkan beberapa literatur menyebutkan kalau negara kita memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Sebuah kekayaan alam yang tiada ternilai. Kekayaan flora kita salah satunya adalah tanaman anggrek. Di Indonesia terdapat sekitar 5000 spesies. Namun benarkah jumlah itu masih ada dan mampu bertahan kedepan?

  Pertengahan tahun 2021 lalu, ketika masih wajib memakai masker dan harus tinggal di rumah saya menonton acara di salah satu stasiun televisi swasta yang cukup menarik. Disana menampilkan 10 tanaman mahal yang bisa dikoleksi dan dirawat ketika stay at home. Saya ikuti acara sampai selesai karena penasaran dengan narasi dari pengisi suara,'tanaman ini harga mencapai ratusan juta'. Dari urutan pertama sampai ke 9, tanaman yang disebutkan rerata dari spesies luar. Baru urutan terakhir yang oleh narator disampaikan bahwa tanaman ini spesies asli Indonesia. Yakni, anggrek hitam Kalimantan. Karena saya penggemar anggrek, semakin tertarik mengikuti sampai akhir. Namun, di akhir tayangan tersebut ternyata tanaman anggrek yang dimaksud salah atau bukan sesuai identitas tanaman tersebut.

Anggrek hitam yang ditampilkan dalam video adalah jenis Cymbdium dari Amerika namun narator menyebutkan kalau spesies ini dari Kalimantan. Padahal, anggrek hitam Kalimantan (Coelygene pandurata, ada di mata uang Rp.20.000) sebenarnya tidak hitam tetapi didominasi warna hijau. Ciri khasnya adalah di lidah atau labellum bunga anggrek ini berwarna  hitam . Seperti gambar berikut:

Dari kejadian ini, saya berpikir kalau angrek hanya terkenal di nama saja. Aslinya masih banyak orang yang acuh. Anda sendiri selain bunga diatas sudah pernah lihat atau tahu tanaman anggrek? Saya rasa 'pasti' pernah.

Tanaman anggrek adalah salah satu tanaman hias yang masuk sub sektor florikultura. Tanaman ini dikenal epifit atau menempel pada batang pohon kayu tanpa merugikan pohon yang ditumbuhinya. Hal ini dikarenakan tanaman anggrek hanya mengambil makanan dari sisa kulit ari atau kulit yang mati dari pohon yang ditumpanginya.

Jenis/ Genus anggrek yang popular adalah Dendrobium, Grammatophyllum, Paphiopedillum, Phalaenopsis, Vanda, Cattleya, Bulbophyllum, Cymbdium, Oncidium dan Coelogyne. Mereka ada yang hidup menempel, ada juga yang hidup ditanah. Namun sebenarnya, jenis anggrek bukan hanya itu.

Menurut O'Byrne (1994) terdapat sekitar 17.000-35.000 spesies anggrek di seluruh dunia dengan 750-850 marga. Oleh karenanya, anggrek adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki spesies terbesar karena keragaman family dan spesiesnya. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 5.000 spesies di Indonesia dan sekitar 3.000 spesies berasal dari Indonesia Timur.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tentu jumlah ini bisa berkurang ataupun bertambah berdasarkan kajian dan penelitian terbaru. Jika berdasar data diatas yaitu tahun 1994, maka dekade 2000an keatas tentu belum masuk data dan membuat jumlah spesies anggrek bertambah. Misal jenis anggrek spesies baru era 2000 an keatas adalah Dendrobium nagataksaka, dendrobium dedeksantosoi, Vanda metusalae, Vanda frankiena, Aerides obyrneana, Bulbophyllum wiratnoi, Bulbophyllum bruneiense dan jenis lain yang biasanya di beri nama penemu, asal daerah atau untuk penghargaan tokoh tertentu yang dianggap berjasa di tanaman anggrek. Anggrek spesies baru tentu akan semakin banyak ditemukan karena geografis hutan kita memang bukit dan gunung yang sangat mendukung kehidupan anggrek juga teknologi dan daya ingin tahu manusia yang semakin tinggi.

Lebih jauh, tanaman anggrek mampu tumbuh dari daerah panas seperti gurun dan dekat permukaan laut sampai dataran tinggi yang memiliki suhu minus. Meski mayoritas hidup secara epifit, namun di lapang banyak jenis anggrek yang mampu hidup dengan media tanah, sekam, arang, sabut kelapa dan cacahan pakis. Bahkan ada jenis anggrek yang hidup tanpa media yaitu jenis anggrek vanda.  

Di geografi negara kita, anggrek mampu tumbuh dari ujung Pulau Sabang sampai Pulau Papua. Juga dari ujung pulau Sangihe sampai Pulau Timor. Dari daratan pinggir pantai Sumatra sampai Pegunungan Papua. Semua pulau hampir memiliki anggrek endemik. Maka tidak berlebihan kalau jumlah spesies anggrek kita ada seperlima jumlah anggrek di dunia.

Potensi

Sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia sangat menggoda dalam dunia perdagangan. Maka, beragam produk akan membanjiri pasar. Tentu, kita bersama berharap produk dalam negeri mampu berdikari termasuk tanaman anggrek dalam negeri.

Contoh sederhana, ketika memasuki hotel atau bandara hampir bisa dipastikan ada tanaman anggrek yang menghias meja atau sudut tertentu. Tanaman ini berfungsi sebagai tanaman penyejuk mata dan ruangan. Ketika lelah dan penat dari perjalanan, siapapun akan terasa rileks apabila memandang tanaman anggrek yang menjuntai indah. Inilah manfaat tanaman anggrek dari sudut estetika.

Diranah publik dan kenegaraan, juga hampir setiap rapat kenegaraan maupun konferensi pers kepala atau pejabat negara akan ditemui tanaman anggrek di sudut tertentu. Hal ini menandakan bahwa tanaman anggrek juga berfungsi sebagai diplomasi politik yang menyejukan.

Selain itu tanaman anggrek juga dapat dikonsumsi seperti jenis vanili (vanilla planifolia). anggrek juga dapat digunakan untuk bahan parfum, rasa dan aroma pada makanan, kosmetik maupun pelengkap upacara keagamaan. Artinya, tanaman anggrek selain sebagai tanaman hias yang berfungsi menghias lingkungan tertentu juga memilki segudang kebermanfaatan lain yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi nilai ekonomi dan nilai tambah lain.

Tantangan

Habitat asli tanaman anggrek di hutan. Mereka tidak disiram rutin juga tidak dipupuk atau pestisida. Mereka hidup berdampingan dengan tanaman lain dalam ekosistem hutan. Tentu sudah terlintas apa permasalahannya bukan? Deforestry dan semakin berkurangnya luas hutan dinegara kita tentu berdampak pada habitat dan kelangsungan tanaman anggrek. Anggrek asli dari hutan tentu akan banyak tergusur. Apalagi memang pengetahuan masyarakat berkaitan dengan anggrek juga masih terbatas. Banyak yang tidak tahu mana tanaman anggrek dan bukan, karena memang jenis dan bentuk beragam.

Misal jenis anggrek tebu raksasa (Grammatophyllum speciosum) yang hidup menempel di kayu yang tinggi. Ketika pembukaan hutan untuk lahan komersil, tentu tanaman anggrek tebu akan bergeser dan dibuang atau dibakar guna melindungi tanaman utama yang ditumpangi. Selain itu, anggrek tebu juga dianggap gulma (tumbuhan penggangu) di perkebunan sawit. Seperti di daerah Jambi dan Sumatra Selatan yang beberapa kali dilakukan pemangkasan tanaman anggrek tebu karena dianggap mengganggu tumbuh kembang pohon sawit.

Hal serupa juga terjadi pada beberapa jenis anggrek vanda yang endemik di Sumatra seperti Vanda helvola dan Vanda foetida. Kedua anggrek ini sering hidup menempel di batang pohon kopi. Oleh petani dan warga lokal, tanaman anggrek dianggap gulma yang menggangu tumbuh kembang kopi. Akibatnya, mau tidak mau anggrek akan dibuang atau dibakar.

Perubahan dan alih fungsi hutan menjadi areal pertanian juga sangat mengancam habitat tanaman anggrek.hal ini sering terjadi di aeral leren atau kaki gunung yang terkenal sejuk dan subur untuk bertani sayur dan buah. Pembukaan lahan tersebut, mau tidak mau memang harus menggeser tanaman anggrek dari habitatnya. Jika pohon dan hutan semakin berkurang tentu perubahan iklim tidak terhindarkan..

Perubahan iklim dan pemanasan global juga mempengaruhi habitat dan perkembangan anggrek. Beberapa jenis anggrek dataran tinggi yang memang menyukai udara lembab dan sejuk mengalami kesulitan tumbuh dan berbunga. Misal jenis Dendrobium tobaense dan Dendrobium jacobsonii. Kedua jenis ini sekarang mulai langka ditemukan karena keduanya menyukai tempat yang relatif dingin.

Selain itu, tantangan anggrek spesies dalam negeri adalah FOMO dan kebiasaan masyarakat kita yang masih lebih bangga akan produk dari luar negeri juga menjangkit di tanaman hias. Anggrek dari luar, spesies dan hibrid memang sangat menggoda. Jenis bunga, jumlah kuntum,corak warna dan ketahanan dalam perawatan menjadikan produk dari luar membanjiri pasaran anggrek. Branding dan iklan anggrek dari luar yang lebih menggebu membuat konsumen akan lebih tertarik membelinya.

Kebijakan pemerintah yang belum konsisten dan tidak terkoneksi antar instansi dalam menjaga keberlangsungan ekosistem anggrek juga patut kita cerna bersama. Kebijakan perlindungan ekosistem alam juga ekosistem perdagangan. Peran karantina tanaman dalam hal ini mutlak diperkuat, juga regulasi lain yang mempermudah mobilisasi tanaman anggrek antar pulau dan provinsi. Melalui mobilisasi yang sederhana, logistik anggrek tentu akan lebih mudah sampai dan dalam kondisi prima.

Peran Berbagai Pihak

Berbagai peran dalam konservasi dan pelestarian anggrek spesies sudah banyak dilakukan. Misal pemerintah menyadari bahwa tanaman anggrek adalah simbol kedaulatan bangsa maka salah satu jenis anggrek dijadikan ikon bangsa yaitu anggrek bulan putih (Phalaenopsis amabilis) yang dikenal dengan puspa pesona. Hal ini, karena tanaman anggrek bulan hampir ditemui di setiap pulau besar di Indonesia dan menjadi pesona flora Indonesia bersama bunga melati (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa dan Rafflesia arnoldii sebagai puspa langka. Hal ini sesuai Keputusan Presiden Nomor 4 tahun 1993.

Anggrek Bulan (dok.pribadi) 
Anggrek Bulan (dok.pribadi) 

Pesona anggrek bulan tetap dipertahankan dan dikenalkan pemerintah. Tanaman tersebut  diabadikan dalam gambar pecahan mata uang yang bisa kita temui di pecahan Rp.100.000 emisi terbaru. Hal ini menandakan bahwa pemerintah berusaha melindungi salah satu keragaman hayati dalam negeri sebaik mungkin agar dikenal seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah juga mengeluarkan regulasi lain untuk melindungi tanaman anggrek. Regulasi itu termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, Peraturan Menteri Llingkungan Hidup dan Kehutanana Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 dan Permen LHK NO.P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Selain itu, tanaman anggrek juga dilindungi CITES (The Convention on International Trade Species of Wild Fauna and Flora). 

Guna mendukung upaya tersebut, pemerintah membangun laboratorium dan melakukan kajian maupun penelitian khusus anggrek seperti di Kebun Raya LIPI, riset dan konservasi tanaman di BRIN dan Balai Penelitian Tanaman Hias di Kementerian Pertanian. Upaya lain lintas kementerian dan sektor seperti penguatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) juga karantina tanaman di berbagai tempat agar tanaman anggrek tidak diperjualbelikan secara asal dan tidak memperhatikan keseimbangan alam. 

Upaya nyata juga sudah banyak dilakukan pihak lain. Berbagai kampus dan komunitas pencinta anggrek berdiri dan mengedukasi masyarakat melalui pameran, seminar, pelatihan dan upaya konservasi langsung di alam. Pencinta Anggrek Indonesia (PAI) sebagai wadah penggemar anggrek juga hampir berdiri di berbagai provinsi dan kota. Juga, penggemar lintas organisasi dan inter kampus atau alumni universitas dan fakultas pertanian.

Di tingkat penghobi, beragam cara juga dilakukan untuk mendukung dan melestarikan spesies anggrek Indonesia. Banyak bermunculan laboratorium dan nursery (pembenihan) tanaman khusus anggrek seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Malang dan daerah lain di Indonesia. Juga kebun atau kampung anggrek untuk wisata dan belajar anggrek.

 Artinya semua pihak sudah berupaya sesuai tupoksi masing-masih, tinggal menyelaraskan kebijakan supaya saling terintegrasi. Tidak kalah penting, upaya preventif pada masyarakat langsung agar semakin banyak yang terlibat. Karena ada anggrek yang dilindungi namun banyak juga anggrek yang boleh diperjual-belikan atau komersil seperti tanaman hias lain.

Mari Dilakukan Bersama

Secara kajian ilmiah, satu pohon besar mampu menyuplai oksigen untuk dua orang. tanaman kecil jika digabung dan dirawat tentu juga menghasilkan oksigen yang cukup untuk sekitar. Termasuk tanaman anggrek.

Hal sederhana bisa kita mulai. Dari diri kita sendiri dan sekarang. Dari kecil untuk kelangsungan keanekearagaman hayati Indonesia kini dan yang akan datang. 

Pertama, mari mulai merawat dan mengkoleksi tanaman anggrek spesies asli Indonesia. Mulailah dari hasil budidaya. Budidaya melalui kultur jaringan yang banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pilih dan pelajari jenis tanaman anggrek yang akan dikoleksi lalu pilih nursery atau penjual tanaman anggrek yang kredibel.

Tidak perlu ragu akan harganya mahal. Biasanya jenis spesies endemik Indonesia dijual dengan harga terjangkau. Pengalaman sebagai penghobi tanaman anggrek, spesies rawatan biasanya dijual seharga Rp.10.000-50.000 untuk bibit dan Rp.150.000-250.000 untuk usia dewasa mendekati siap bunga.

Melalui belanja pada penjual tanaman terdekat, kita membantu petani tanaman hias dalam negeri untuk bertahan dan tetap melestarikan tanaman hias. Pola ini tentu akan berdampak pada perputaran roda ekonomi di masyarakat. Tentu, mengurangi inflasi yang membantu negara melalui APBN tetap stabil.

Rawat dan pajang anggrek di teras rumah. Sampaikan kepada khalayak bahwa anggrek indah dan asyik dirawat. Jika halaman terbatas, tempel saja pada pepohonan sekitar. Tanaman anggrek memang aslinya hidup menempel pohon. Jangan lupa diberi nama anggrek tersebut agar yang melihatnya nanti juga tahu nama sebelumk upload di story akun sosial media.

Kedua, biarkan anggrek tetap lestari di alam. Datanglah ke hutan, gunung atau sungai yang banyak pepohonan. Abadikan foto tanaman anggrek. Jangan beri tahu lokasi detail, cukup lokasi mayor dari tanaman tersebut hidup. Misal seperti yang dilakukan tim Biodeversity Warrios  by KEHATI yang dilakukan pada bulan Januari 2024 lalu. Mereka datang ke bagian barat pulau Jawa dan mendokumentasikan anggrek disana lengkap dengan deskripsi jenis dan cara hidup anggrek tersebut. Tidak perlu membawanya pulang. Biarkan mereka lestari.  

Ketiga, sampaikan tulisan ini ke khalayak dekat dan ramai. Teruskan pesan bahwa negara kita kaya akan keanakaragaman hayati yang salah satunya anggrek. Merawat 1 tanaman sama dengan merawat oksigen untuk sekitar. Satu orang satu anggrek, maka 270 juta penduduk kita sebanding dengan keragaman anggrek dunia. Mengapa? Karena anggrek untuk generasi kini dan nanti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun