Potensi
Sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia sangat menggoda dalam dunia perdagangan. Maka, beragam produk akan membanjiri pasar. Tentu, kita bersama berharap produk dalam negeri mampu berdikari termasuk tanaman anggrek dalam negeri.
Contoh sederhana, ketika memasuki hotel atau bandara hampir bisa dipastikan ada tanaman anggrek yang menghias meja atau sudut tertentu. Tanaman ini berfungsi sebagai tanaman penyejuk mata dan ruangan. Ketika lelah dan penat dari perjalanan, siapapun akan terasa rileks apabila memandang tanaman anggrek yang menjuntai indah. Inilah manfaat tanaman anggrek dari sudut estetika.
Diranah publik dan kenegaraan, juga hampir setiap rapat kenegaraan maupun konferensi pers kepala atau pejabat negara akan ditemui tanaman anggrek di sudut tertentu. Hal ini menandakan bahwa tanaman anggrek juga berfungsi sebagai diplomasi politik yang menyejukan.
Selain itu tanaman anggrek juga dapat dikonsumsi seperti jenis vanili (vanilla planifolia). anggrek juga dapat digunakan untuk bahan parfum, rasa dan aroma pada makanan, kosmetik maupun pelengkap upacara keagamaan. Artinya, tanaman anggrek selain sebagai tanaman hias yang berfungsi menghias lingkungan tertentu juga memilki segudang kebermanfaatan lain yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi nilai ekonomi dan nilai tambah lain.
Tantangan
Habitat asli tanaman anggrek di hutan. Mereka tidak disiram rutin juga tidak dipupuk atau pestisida. Mereka hidup berdampingan dengan tanaman lain dalam ekosistem hutan. Tentu sudah terlintas apa permasalahannya bukan? Deforestry dan semakin berkurangnya luas hutan dinegara kita tentu berdampak pada habitat dan kelangsungan tanaman anggrek. Anggrek asli dari hutan tentu akan banyak tergusur. Apalagi memang pengetahuan masyarakat berkaitan dengan anggrek juga masih terbatas. Banyak yang tidak tahu mana tanaman anggrek dan bukan, karena memang jenis dan bentuk beragam.
Misal jenis anggrek tebu raksasa (Grammatophyllum speciosum) yang hidup menempel di kayu yang tinggi. Ketika pembukaan hutan untuk lahan komersil, tentu tanaman anggrek tebu akan bergeser dan dibuang atau dibakar guna melindungi tanaman utama yang ditumpangi. Selain itu, anggrek tebu juga dianggap gulma (tumbuhan penggangu) di perkebunan sawit. Seperti di daerah Jambi dan Sumatra Selatan yang beberapa kali dilakukan pemangkasan tanaman anggrek tebu karena dianggap mengganggu tumbuh kembang pohon sawit.
Hal serupa juga terjadi pada beberapa jenis anggrek vanda yang endemik di Sumatra seperti Vanda helvola dan Vanda foetida. Kedua anggrek ini sering hidup menempel di batang pohon kopi. Oleh petani dan warga lokal, tanaman anggrek dianggap gulma yang menggangu tumbuh kembang kopi. Akibatnya, mau tidak mau anggrek akan dibuang atau dibakar.
Perubahan dan alih fungsi hutan menjadi areal pertanian juga sangat mengancam habitat tanaman anggrek.hal ini sering terjadi di aeral leren atau kaki gunung yang terkenal sejuk dan subur untuk bertani sayur dan buah. Pembukaan lahan tersebut, mau tidak mau memang harus menggeser tanaman anggrek dari habitatnya. Jika pohon dan hutan semakin berkurang tentu perubahan iklim tidak terhindarkan..
Perubahan iklim dan pemanasan global juga mempengaruhi habitat dan perkembangan anggrek. Beberapa jenis anggrek dataran tinggi yang memang menyukai udara lembab dan sejuk mengalami kesulitan tumbuh dan berbunga. Misal jenis Dendrobium tobaense dan Dendrobium jacobsonii. Kedua jenis ini sekarang mulai langka ditemukan karena keduanya menyukai tempat yang relatif dingin.