Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Tidak Jujur

12 November 2020   08:19 Diperbarui: 12 November 2020   12:35 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah adik- adikku menikah, tinggal si bungsu, aku baru mencoba mencari pasangan, setelah persiapan masa depan anakku kelak sudah tidak lagi membuatku cemas. 

Penderitaan yang kualami sebagai anak sulung yang serba harus mengalah tentang keuangan dengan adik-adik, misalnya rela tidak mengikuti les, membuatku cemas kelak anak-anakku mengalami hal serupa. Aku mulai mencari- cari kenalan di dunia maya. Seseorang yang begitu terbuka dengan datanya, sopan pula, telah memikat hatiku, membuat kami sepakat untuk bertemu di kafe ini. Namun apa yang terjadi? Dia sangat kecewa dengan data yang tidak lengkap.

"Bukan karena Kamu tampak tua. Tapi aku kecewa mengapa kamu tidak jujur dari awal? Sejak awal bukankah kita telah sepakat berkenalan untuk mencari pasangan hidup, bukan mencari pasangan hura-hura? Jika untuk hura-hura, mengapa aku menuntut sedetail itu, mengapa pula kuberikan data yang juga detail? Bukankah cukup dengan merasa saling tertarik secara fisik, kita pun bisa jalan? Sudah kukirim pesan dalam perjalanan ke sini, ada data yang belum diisi. 

Umur. Mengapa tidak segera diisi?  Jangan katakan itu bagian dari ujian cinta. Menurut psikolog, cinta sejati justru akan tumbuh wajar dari simbiosis mutualisme. Bukan dengan cara curang begini. Itu namanya enak di Kamu nggak enaknya di aku."

Aku tidak menjawab sepatah kata pun,  mencoba memaklumi pula. Betapa kecewa dirinya karena data yang masih belum lengkap saat ia meluangkan waktu sempitnya untuk bertemu denganku, padahal ia terbuka tentang semua datanya. Ia memang  layak memprotes dan kecewa dengan ketidakjujuranku itu.

Masalahnya, bukan aku tak mau jujur, tapi aku begitu gembira saat ia menelepon akan datang kira- kira empat jam lagi dan minta kujemput di bandara, sehingga aku lupa bertanya basa- basi, misalnya tidak kecewakah  kalau ia tahu umurku? Bagaimanapun, sejujurnya aku gentar juga jika ia mengetahui umurku lalu kecewa, kan? Oleh karena itu, aku tidak segera mengisi data tentangnya, ternyata ia begitu tiba-tiba ingin datang untuk bertemu selagi ada waktu.

 "Okelah. Tidak percaya diri. Lalu, kalau tak percaya diri, bisa  dengan seenaknya tidak jujur? Rumah tangga bagaimanakah yang akan dibentuk berlandaskan ketidakjujuran?" 

Setelah itu, tiba- tiba ia pamit pergi, kembali ke bandara meninggalkan aku yang termangu sendirian di kafe ini senja itu.

Bukan kehilangan dia yang membuatku sedih. tapi perasaan terluka merasa dianggap tidak jujur, padahal tak ada niatku sedikitpun memalsu data sekadar untuk meraih hatinya yang tengah dipromosikan sebagai manager bank itu. Aku hanya lupa. Itu saja, karena aku juga sependapat bahwa cinta akan tumbuh jika simbiosis mutualisme berjalan seimbang..Aku lupa! Maafkan aku,hanya itu yang selalu kuteriakkan dalam hati,tatkala senja mulai turun.

Bukan kehilangan dia yang membuatku terluka, namun sejujurnya tidak mudah bertemu dengan seseorang dari dunia maya yang sedemikian jujur tentang data dirinya, jujur mengutarakan upayanya mencari pasangan hidup, bukan sekadar mencari teman hura-hura. Akan tetapi, kesempatan itu hilang begitu saja karena keteledoranku tidak segera menuliskan umurku, yang akhirnya dimaknainya sebagai ketidakjujuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun