"Karena aku nggak tahu harus berkata apa menghadapi interogasimu."
        "Tapi menyebut seseorang dengan kata ratuku itu menjengkelkan, tahu. Ia bisa GR,"serunya sambil mencubiti lengan suaminya. Perasaan rindu dan marah yang membaur jadi satu membuatnya ingin mencium suaminya kalau saja pesanan makanan tidak segera datang. Tempat mereka memang tampak gelap dari tempat lain. Seolah memang didesain untuk berduaan.
        "Karena Kamu sok mesra begitu, makanya si cewek berani mengejarmu," gerutunya kemudian, sambil menuangkan teh panas yang cangkirnya telah diberi gula batu.
        "Tahu darimana Kamu kalau si cewek mengejarku."
        "Foto kalian berdua itu.  Dia bukan Tania, kan?"
        "Siapa bilang ia bukan Tania," Ade mencoba berkilah tapi akhirnya diam, karena Nayla tentu sudah bertanya kepada Tania.
        "Gadis itu bukan Tania kan?"
        "Bukan,"jawab Ade kemudian.
        "Aku kenal dia ketika Kamu nggak menemaniku pindahan tempo hari,"jawabnya ringan.
        "Kamu sibuk terus sih, dimanfaatkan Bang Dori yang tengah mencoba usaha baru. Kamu selalu rapat dan rapat."
        "Alasan yang dicari-cari,"gerutu Nayla sambil melihat kembali foto gadis itu.