Dalam uraian tersebut pun dikatakan betapa kuat pengaruh cinta kepada kesehatan dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, memenuhi hati dan pikiran dengan perasaan bahagia yang meliputi empat hal di atas yaitu keriangan, ketertarikan, kepuasan, dan cinta, tentulah lebih baik daripada memenuhi pikiran dan hati dengan emosi negatif semisal amarah, sedih, keinginan menghancurkan orang lain, membalas dendam. Mengapa? Â karena dihantui pemikiran negatif tersebut terasa melelahkan, bukan?
Jika kita merasa bahagia (Rahmat, 2004:81- sumber daya intelektual kita akan lebih kreatif, toleran terhadap perbedaan, terbuka kepada ide-ide baru, dan belajar pun lebih efektif.Â
Selain itu, bahagia pun membangun sumber daya fisik kita karena kekebalan tubuh maupun kebugaran akan meningkat. Kebahagiaan pun membangun daya sosial karena kita akan tertarik untuk berbagi dalam arti tidak pelit dan tidak keberatan menolong sesama yang mengalami penderitaan. Dengan kata lain, kebahagiaan sanggup membuat orang menjadi lebih penyayang dan dermawan.
Saya baru saja memasuki ruang guru setelah keluar dari kelas, karena ada dua jam kosong pada hari ini. Akan tetapi, beberapa teman beranjak berdiri sambil menyampaikan informasi dari whatsapp, bahwa ada rapat di ruang multi media. Maka, laptop pun kututup dengan harapan, uraian tentang bahagia yang saya tulis secara ringkas, saya pilih secara acak, maupun saya tambahi dengan beberapa pengalaman, dapat membekas dan mengena di hati. Wassalam. Sampai jumpa lagi dalam catatan harian berikutnya.
Â
Sidoarjo, 28 Januari 2020
Bahan Bacaan
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Meraih Kebahagiaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H