Yang semula desanya belum punya joglo, berkat Astra Internasional, sudah berdiri joglo megah sebagai ikon desa sekaligus tempat bertemunya para perajin dan wisatawan.
Perajin muda lainnya, Sugiyarto (39), melakukan hal yang sama. Pria yang pernah bekerja di pabrik setelah lulus SMK tersebut, lebih memilih menekuni dunia wayang.
"Saya bekerja di pabrik selama 2 tahun. Karena lebih tertarik membuat wayang, saya akhirnya keluar dari pabrik sampai sekarang,'' kata bapak berputra satu tersebut.
Sugiyarto mulai serius membuat wayang sejak tahun 2006, saat usianya waktu itu masih 20 tahun. Saat itu, kenang Sugiyarto, banyak teman yang meledeknya.
"Kamu kerja membuat wayang itu penghasilannya berapa sih?,'' kata Sugiyarto menirukan ucapan temannya kala itu.
Namun pendirian Sugiyarto tidak goyah. Ia yang semula belajar menatah wayang pada Mbah Saiman, kini merasa enjoy kerja mandiri di rumah tanpa diatur oleh jam kerja.
"Selain untuk melestarikan budaya leluhur agar jangan punah, sekaligus bisa menghasilkan uang yang lumayan untuk menghidupi keluarga," kata Sugiyarto tersenyum.
(Nanik Hastuti)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H