"Dulu sebelum banyak yang mahir tatah sungging, saya belajar membuat wayang pada guru saya. Setelah itu, saya tularkan kepada warga sekitar," kata Mbah Saiman, saat ditemui di rumahnya pada Jumat (16/8/2024).
Salah satu putra Mbah Saiman, Pandi, sejak kecil mengaku sudah belajar membuat wayang pada bapaknya.
Namun ia mengaku tidak fokus dalam mengembangkan wayang dan memilih kuliah di jurusan komputer. Setelah lulus kuliah dan mengaku terbentur masalah ekonomi, Pandi mulai serius menekuni tatah sungging.
"Selain ikut terjun membuat wayang, saya juga mengembangkan strategi marketingnya," kata Pandi.
Strategi marketing yang ia terapkan, terbukti ampuh dan tidak tergoyahkan saat corona menyerang.
Pasangan anak dan bapak ini terus memproduksi wayang, meskipun tidak ada yang memesan. Dalam artian, bila ada orang yang mau membeli untuk koleksi, maupun untuk souvenir atau untuk hadiah, di tempatnya selalu ada tanpa harus menunggu lama.
Dengan cara seperti ini, terbukti banyak suruhan pejabat yang datang membeli wayang untuk hadiah perpisahan.
Harga yang ia banderol antara Rp850.000 sampai Rp2 juta.
Beberapa dalang kondang, sudah sering memesan wayang di tempatnya. Seperti Bayu Aji, Cahyo Kuntadi, Seno Nugroho (almarhum), dan lain-lain.
Dari sikap konsistennya, pesanan wayang yang masuk cukup banyak. Agar cepat selesai, pembuatan wayang dibantu beberapa warga, yang dibawa pulang. Ada sekitar 20 orang yang mengambil pekerjaan pembuatan wayang tersebut. Secara langsung, keluarganya sudah menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Sehingga bisa dikatakan, keluarganya berkarya sesuai salah satu pilar KBA yaitu Pilar Kewirausahaan.
Pandi mengatakan, ketika Astra Internasional memilih desanya menjadi Kampung Berseri Astra (KBA), dampak yang dirasakan bagi perajin sangat luar biasa.