Mohon tunggu...
nanik kartika
nanik kartika Mohon Tunggu... Jurnalis - menulislah, maka engkau ada!

wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

C e m b u r u

14 Maret 2020   11:29 Diperbarui: 14 Maret 2020   11:40 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amanda meraih ransel. Ia pakai jaketnya dan ransel segera dinaikkan ke punggung. Ia melangkah menuju motor trailnya. Inu membuntutinya.

''Bicaralah apa saja tentang kesalahanku, plisss...'', Inu menahan motor.

Amanda menyibakkan rambut ke belakang. Ia bersiap memakai helmed.

''Pertemuan kita senja ini percuma, tak menghasilkan apa-apa. Sejak tadi kau diam saja. Saya yang bicara A sampai Z penuh dengan kesabaran. Ya Tuhaaaaaaannn, mengapa semua ini bisa terjadi seperti ini? Apa salah saya?''.

Amanda mendekap helmed-nya. Menatap wajah Inu.

''Tunjukkan apa salah saya. Setelah itu, bebas. Kau bebas. Kamu boleh tak bicara apapun dengan saya''.

''Saya tidak suka dengan mbak-mbak yang rambutnya kruwel-kruwel itu. Saya tidak sukaaa...!'' Amanda akhirnya buka mulut. Ia bergegas menghidupkan mesinnya.

Inu tertegun. Ia tidak menyangka kalau Amanda membuka mulut, berbicara tentang Berbie. Yaa...gadis itu bernama Berbie yang tanpa sengaja bertemu Amanda, saat tengah ngobrol dengannya di ruang unit.

Berbie adalah teman Dony yang bertugas di Satlantas. Dony kala itu tidak ada, terus bertanya kepada Inu. Tak ada salahnya kalau Inu lalu mempersilakan masuk di ruang unit, yang kebetulan hanya ada dia sendiri. Tak lama kemudian Amanda datang. Sejak saat itu, atau tepatnya sejak empat hari yang lalu, Amanda tak pernah menghubunginya lagi.

Setiap ia hubungi, jawabannya selalu sibuk, sibuk, dan sibuk. Inu tahu, pekerjaan wartawan memang sibuk. Tapi kemarin-kemarin dulu, sesibuk apapun, Amanda tidak pernah sesulit ini dihubungi. Mereka biasanya janjian ketemu usai pekerjaan keduanya selesai, clear. Sekedar menikmati nasi goreng di warung depan mess atau ngobrol di ruang tamu mess-nya. Bercerita apa saja, penuh canda dan tawa.

Diakui Inu, sosok Amanda telah menghipnotisnya. Di hadapan banyak orang, ia memang sulit tertawa atau sekedar tersenyum. Tapi di depan Amanda, gadis tomboy yang tidak mengenal make up itu, ia bisa tertawa lepas, tidak jaim, dan bisa menghiba. Dan ia merasa, harga dirinya tidak jatuh. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Jatuh cinta dengan segala kerumitannya. Seperti senja ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun