Dalam heningnya malam tanpa ada suara kebisingan, ku menghadap kepada sang Pencipta jagat raya. Aku terbangun Sekitar pukul 03.00 pagi, aku berusaha untuk melawan rasa kantukku agar aku bisa menjalani rutinitasku melaksanakan shalat tahajud. Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat tahajud disisa waktu umurku yang sudah tidak panjang lagi.
Aku sudah divonis oleh dokter bahwa aku menderita tumor otak stadium lanjut, aku sengaja menyembunyikan penyakitku dari kedua orang tuaku dan kedua adik-adikku, mereka terlalu kecil untuk mengetahui penyakitku ini, sedangkan kedua orang tua ku sibuk dengan urusan mereka sendiri, dari kecil aku dirawat oleh mbok ijah, mbok ijah adalah pembantu sekaligus seperti ibu bagiku karena mbok ijah lah yang merawatku dari aku kecil, mama ku hanya melahirkanku tanpa memberiku perhatian dan kasih sayang kepadaku, aku seperti hidup sendiri tanpa orang tua.
Sampai hari ulang tahunku pun mereka lupa, seolah-olah mereka hidup sendiri tanpa adanya seorang anak, mereka selalu ada di luar negeri untuk menjalankan bisnisnya, setiap minggu aku selalu diberi uang untuk kebutuhanku, setiap kali aku mencoba untuk menghubungi mereka selalu jawabanya sibuk, sibuk, dan sibuk.
Saat aku dan mbok ijah di kamar aku menangis. “mbok ijah, kenapa sich kalau aku menghubungi mama dan papa selalu jawabannya sibuk? Apa mereka berdua nggak sayang sama aku ya mbok?”. “ jangan bilang seperti itu non, mama dan papa non kerly sangat sayang pada non Kerly, mereka bekerja untuk kebahagian dan masa depan non Kerly”. Dan sambil menagis aku berkata “tapi aku tidak hanya butuh materi, aku dan adik-adik juga butuh perhatian dan kasih sayang dari mereka mbok ijah, selama ini mbok ijah lah yang menjadi pengasuh sekaligus menjadi mama bagiku, aku butuh mama yang melahirkanku mbok, aku butuh dia, aku kangen, aku ingin bertemu denganya, selama ini sudah 3 tahun mereka tidak pulang, walaupun pulang hanya 2 hari dan paling lama 3 hari mbok, tidak lebih dari itu”.
Air mata ku sudah tak tertahan lagi, aku menangis sejadi-jadinya dan memeluk mbok Ijah. “sudah ya non jangan menagis lagi, kan ada mbok ijah disini, non kerly jangan sedih lagi ya, kasihan adik-adik non”.
Memang selama ini aku sering sakit kepala dan mimisan, aku mencoba untuk bertahan dan melawan rasa sakitku demi adik-adikku, kasihan mereka masih terlalu kecil yang butuh kasih sayang orang tua, tapi syukurlah adik-adikku mengerti kondisi keluarga, meskipun mereka juga sering menangis merindukan mama dan papa.
Saat aku berada di ruang tamu, tiba-tiba adikku yang kedua kesya bertanya kepadaku “kak kerly, kapan mama dan papa pulang? Kesya kangen dan rindu pada mereka kak, kenapa mama dan papa tidak pernah pulang? Apa mereka nggak sayang pada kita ya kak. Seketika itu aku langsung memeluk kesya, “adikku yang manis, mama dan papa sedang bekerja untuk kebahagiaan kita, kata siapa meraka nggak sayang kita, mereka berdua sayang pada kita kok, kesya harus sering mendoakan mama dan papa agar selalu mendapat kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaannya agar cepat pulang, dan mendoakan agar mereka diberi kesehatan selalu ya”.
“iya kak kerly, oh ya akhir-akhir ini kesya sering melihat kak kerly mimisan dan sakit kapala, kakak sakit ya? “tidak kesya, kak kerly hanya kecapean”. Aku memang selalu menjawab hanya kecapeaan setiap ditanya oleh adik-adikku maupun mbok ijah. Aku sengaja menyembunyikan penyakitku ini dari siapapun, hanya aku dan Allah lah yang mengetahui semua ini.
Sebenarnya aku sudah capek akan semua ini, aku sudah lelah melawan penyakitku, selama ini aku mencoba untuk bertahan, aku sengaja tidak ingin dioprasi, aku rasa semuanya sudah terlambat. Toh orang tuaku juga tidak perduli dengan kondisiku selama ini, disisa umurku ini aku berharap sekali kedua orang tuaku bisa sadar dan mengerti akan perlunya kasih sayang orang tua terhadap anak, tidak hanya materi yang seharusnya mereka berikan tapi juga kasih sayang.
Setelah selesai shalat isyak aku bergegas menuju ruang tamu, karena aku sudah ditunggu oleh kedua adikku dan mbok ijah, mereka semua sengaja aku kumpulkan agar aku bisa berpamitan kepada mereka semua yang aku sayangi.
“Ada apa kak kerly mengumpulkan kami disini?” kata Tasya yang begitu lirih,. “ saya sengaja mau mengumpulkan kalian disini karena ingin memberitahukan hal yang sangat penting untuk kalian, selama ini saya sudah menyembunyikan semua ini dari kalian, saya sudah tidak kuat menanggung ini semua sendirian”.
“Memangnya ada ap non kerly? Jangan bikin mbok ijah takut non”.
“Iya nich kak, ada apa sich sebenarnya?” sahut Kesya.
“sebenarnya saya mengidap tumor otak stadium lanjut, waktu saya sudah tidak banyak lagi, saya akan kembali ke pangkuan sang Ilahi.
Serentak kedua adikku dan mbok ijah langsung memelukku dengan sangat erat, seakan mereka tak mau kehilanganku. “ kalian semua jangan sedih ya, saya tidak mau melihat kalian sedih karena kondisi saya, saya akan merasa sedih jika kalian sedih”.
“ kenapa kak kerly baru bilang sekarang, kenapa kakak menyembunyikan penyakit kakak dan membiarkan kak kerly menanggung ini sendirian? Kenapa kak? Kenapa? Kata Tasya sambil terisak isak.
“kak kerly tidak mau melihat kalian semua sedih karena kakak, masa depan kalian masih sangat panjang adik-adikku, setelah kepergian kakak nanti, jaga mama dan papa baik-baik ya, bikin mereka bangga, dan bawa nama baik kedua orang tua kita”.
“Ini semua gara-gara mama dan papa yang nggak pernah ngurusin kita, meraka selalu sibuk dengan urusan mereka sendiri”.kata Tasya. Aku pun menjawab “jangan bilang seperti itu sayang, mama dan papa sangat sayang sama kita, yang penting Tasya terus berdoa ya buat mereka”.
Tak lama kemudian, kepalaku tiba-tiba terasa sangat sakit dan seperti biasa disertai dengan mimisan, sepertinya penyakitku kambuh lagi. Akhirnya mbok Ijah dan kedua adikku membawa aku ke rumah sakit, aku sempat koma selama 3 hari, tapi sebelum penyakitku kambuh dan aku dibawa ke rumah sakit, jauh hari aku telah menyiapkan sesuatu yang sangat penting dan berguna untuk kehidupan adik adikku kelak, yaitu sepucuk surat untuk mama dan papaku tersayang. Sebelum menghembuskan nafas terakhirku, aku sempat berbicara pada mbok Ijah. “ mbok Ijah aku sudah lelah, mungkin ini saat terakhirku untuk melihat mbok ijah dan kedua adik adikku, tolong jaga mereka mbok, jangan tinggalkan mereka.”
Mbok Ijah pun menjawab “ ya Allah jangan berkata seperti itu, jangan bikin mbok Ijah khawatir non, kita harus merawat adik adik non kerly berdua.” Aku pun menjawab, “ mbok ijah, segala sesutu akan kembali lagi kepada pemiliknya, aku akan menghadap Allah SWT. Tapi aku punya sesuatu yang aku simpan di laci meja kamar mbok, yaitu surat untuk mama dan papa.”
Akhirnya kerly menghembuskan nafas terakhirnya di usia 22 tahun. Dan mbok ijah pun menelfon kedua orang tua kerly yang berada di luar negeri untuk segera pulang. Dan kedua orang tua kerly pun datang, kesya dan tasya memeluk erat mama dan papa mereka dengan tangisan air mata yang telah menelaga.
SETELAH PEMAKAMAN KERLY
Mbok ijah pun berbicara kepada semua orang rumah di ruang tamu, “maaf tuan, nyonya.. saya hanya ingin sampaikan amanat dari non kerly saat dia menghembuskan nafas terakhir, ini ada sebuah surat dari non kerly untuk tuan dan nyonya.” Dan kedua orang tua kerly pun membaca surat itu
Untuk mama dan papaku tersayang.......
Mama, papa....
Kerly minta maaf sebelumnya, jika selama ini kerly belum bisa membahagiakan mama dan papa, kerly juga tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk kesya dan tasya. Kerly percaya bahwa Mama dan papa adalah orang tua yang baik. mungkin saat mama dan papa membaca surat ini kerly sudah ada di surga, kerly hanya ingin sampaikan ke mama dan papa untuk lebih perhatian sama adik adik,,,, kasihan mereka berdua, mereka masih sangat perlu perhatian dari orang tua, selama ini hanya materi yang mama dan papa kasih untuk kami, kami juga butuh perhatian dan kasih sayang,,, dan itu sangat penting, itu semua tidak dapat dibeli dengan uang. Kerly sangat memahami mama dan papa selama ini, tapi mama dan papa yang tidak bisa memahami keadaan kami. Setiap kerly mau kasih tau mama dan papa bahwa kerly sakit, selalu jawabannya sibuk, sibuk, dan sibuk..... kerly sakit ma,, kerly sakit,,
Setiap hari kerly harus merasakan sakit sendirian, kerly harus menanggung semua sendiri ma, kemana mama dan papa ketika kerly sakit? Kemana kalian? Tak bisakah kalian merasakan apa yang kerly rasakan?
Sebenarnya kerly tidak kuat akan semua ini, tapi kerly tetap bertahan demi kesya dan tasya....
Tolong ma,, pa,,, sisihkan waktu mama dan papa untuk adik adik,,, ini pesan terakhir kerly untuk mama dan papa........
Kerly akan selalu sayang kalian,,,,,,,
Kedua orang tua kerly pun sadar atas perlakuan mereka yang kurang memperhatikan anak anaknya,,,
Akhirnya tasya, kesya, dan mbok ijah pun tinggal diluar negeri agar mereka semua bisa memperbaiki tali keluarga dan agar bisa lebih dekat antara satu sama lain,,,
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H