“Memangnya ada ap non kerly? Jangan bikin mbok ijah takut non”.
“Iya nich kak, ada apa sich sebenarnya?” sahut Kesya.
“sebenarnya saya mengidap tumor otak stadium lanjut, waktu saya sudah tidak banyak lagi, saya akan kembali ke pangkuan sang Ilahi.
Serentak kedua adikku dan mbok ijah langsung memelukku dengan sangat erat, seakan mereka tak mau kehilanganku. “ kalian semua jangan sedih ya, saya tidak mau melihat kalian sedih karena kondisi saya, saya akan merasa sedih jika kalian sedih”.
“ kenapa kak kerly baru bilang sekarang, kenapa kakak menyembunyikan penyakit kakak dan membiarkan kak kerly menanggung ini sendirian? Kenapa kak? Kenapa? Kata Tasya sambil terisak isak.
“kak kerly tidak mau melihat kalian semua sedih karena kakak, masa depan kalian masih sangat panjang adik-adikku, setelah kepergian kakak nanti, jaga mama dan papa baik-baik ya, bikin mereka bangga, dan bawa nama baik kedua orang tua kita”.
“Ini semua gara-gara mama dan papa yang nggak pernah ngurusin kita, meraka selalu sibuk dengan urusan mereka sendiri”.kata Tasya. Aku pun menjawab “jangan bilang seperti itu sayang, mama dan papa sangat sayang sama kita, yang penting Tasya terus berdoa ya buat mereka”.
Tak lama kemudian, kepalaku tiba-tiba terasa sangat sakit dan seperti biasa disertai dengan mimisan, sepertinya penyakitku kambuh lagi. Akhirnya mbok Ijah dan kedua adikku membawa aku ke rumah sakit, aku sempat koma selama 3 hari, tapi sebelum penyakitku kambuh dan aku dibawa ke rumah sakit, jauh hari aku telah menyiapkan sesuatu yang sangat penting dan berguna untuk kehidupan adik adikku kelak, yaitu sepucuk surat untuk mama dan papaku tersayang. Sebelum menghembuskan nafas terakhirku, aku sempat berbicara pada mbok Ijah. “ mbok Ijah aku sudah lelah, mungkin ini saat terakhirku untuk melihat mbok ijah dan kedua adik adikku, tolong jaga mereka mbok, jangan tinggalkan mereka.”
Mbok Ijah pun menjawab “ ya Allah jangan berkata seperti itu, jangan bikin mbok Ijah khawatir non, kita harus merawat adik adik non kerly berdua.” Aku pun menjawab, “ mbok ijah, segala sesutu akan kembali lagi kepada pemiliknya, aku akan menghadap Allah SWT. Tapi aku punya sesuatu yang aku simpan di laci meja kamar mbok, yaitu surat untuk mama dan papa.”
Akhirnya kerly menghembuskan nafas terakhirnya di usia 22 tahun. Dan mbok ijah pun menelfon kedua orang tua kerly yang berada di luar negeri untuk segera pulang. Dan kedua orang tua kerly pun datang, kesya dan tasya memeluk erat mama dan papa mereka dengan tangisan air mata yang telah menelaga.
SETELAH PEMAKAMAN KERLY