Mohon tunggu...
Nandita Fitri Ananda
Nandita Fitri Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 43223010134 | PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS | UNIVERSITAS MERCU BUANA | DOSEN: PROF. Dr. Apollo, M. Si.,Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   15:16 Diperbarui: 21 November 2024   20:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Mengenali dan Mengendalikan Keinginan (Karep)
Langkah pertama dalam mencegah korupsi adalah mengenali keinginan yang menjadi akar dari tindakan tidak jujur. Seseorang perlu menyadari bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi, terutama jika keinginan tersebut melibatkan pelanggaran nilai-nilai moral. Misalnya, seorang pejabat yang tergoda untuk menerima suap harus bertanya pada dirinya sendiri: "Apakah keinginan ini membawa kebahagiaan sejati, atau hanya kesenangan sementara?". Menurut Ki Ageng, keinginan yang tidak terkendali akan membawa seseorang pada penderitaan. Oleh karena itu, pengendalian diri adalah langkah awal untuk mencegah tindakan korupsi. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara bermeditasi, merenungkan tujuan hidup, dan membiasakan diri untuk hidup sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

2. Menerapkan Hidup Sederhana  
Hidup sederhana adalah salah satu cara untuk menghindari gaya hidup konsumtif yang sering kali menjadi pemicu korupsi. Seseorang yang hidup sederhana tidak akan merasa perlu untuk mengejar kekayaan atau status sosial secara berlebihan. Dalam ajaran Ki Ageng, hidup sederhana berarti mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki dan tidak terlalu berambisi untuk memiliki lebih banyak.
Sebagai contoh, seorang pegawai negeri yang hidup sederhana tidak akan tergoda untuk menggunakan jabatannya demi keuntungan pribadi. Ia akan fokus pada pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bukan sebagai sarana untuk memperkaya diri.

3. Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran dan Integritas
Kejujuran adalah fondasi dari integritas, dan integritas adalah kunci dalam mencegah korupsi. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa kejujuran tidak hanya penting untuk hubungan antarindividu, tetapi juga untuk hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Seseorang yang jujur pada dirinya sendiri akan lebih mudah untuk berkata tidak pada godaan untuk melakukan korupsi. Menanamkan nilai-nilai ini dapat dimulai dari lingkungan keluarga dan pendidikan. Misalnya, anak-anak diajarkan sejak dini untuk menghargai kejujuran dan memahami konsekuensi dari tindakan tidak jujur. Dalam lingkungan kerja, pelatihan tentang etika dan integritas juga dapat membantu membangun budaya kerja yang bebas dari korupsi.

4. Mempraktikkan Kesadaran Diri (Nyawang Karep)
Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya "nyawang karep" atau melihat keinginan dari jarak tertentu. Dengan kata lain, seseorang perlu memiliki kemampuan untuk memisahkan dirinya dari keinginan atau nafsu yang muncul. Dalam konteks pencegahan korupsi, kesadaran diri ini membantu seseorang untuk tidak langsung bertindak berdasarkan dorongan emosional atau materi, tetapi mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Sebagai contoh, seorang pejabat yang ditawari suap perlu merenungkan dampak jangka panjang dari tindakan tersebut, baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakat. Dengan kesadaran ini, ia dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai moral.

5. Mengutamakan Kesejahteraan Orang Lain

Ki Ageng mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan masyarakat dan mengutamakan kesejahteraan bersama. Dalam konteks kepemimpinan, hal ini berarti seorang pemimpin harus selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Dengan cara ini, ia tidak akan tergoda untuk menggunakan jabatannya untuk keuntungan pribadi. Sebagai contoh, seorang kepala daerah yang menerapkan prinsip ini akan fokus pada program-program yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan pelayanan kesehatan, daripada mencari keuntungan pribadi melalui proyek-proyek pemerintah.

6. Berani Melawan Godaan Korupsi
Keberanian untuk melawan godaan korupsi adalah salah satu bentuk transformasi diri. Seseorang yang sudah memahami nilai-nilai kebatinan Ki Ageng Suryomentaram akan memiliki keberanian untuk berkata tidak pada godaan tersebut. Keberanian ini berasal dari keyakinan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada harta atau kekuasaan, tetapi pada kedamaian batin. Sebagai contoh, seorang karyawan yang ditawari untuk memanipulasi data demi keuntungan perusahaan dapat menolak dengan tegas, meskipun ia tahu bahwa penolakannya mungkin memiliki konsekuensi pribadi. Keberanian ini menunjukkan integritas yang tinggi dan komitmen terhadap nilai-nilai moral.



KESIMPULAN

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram memberikan pedoman yang mendalam dan relevan untuk pencegahan korupsi serta transformasi dalam memimpin diri sendiri. Ajaran ini berakar pada nilai-nilai pengenalan diri, pengendalian hasrat, serta kesederhanaan hidup yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan sejati tanpa terjebak pada ilusi kesenangan duniawi yang bersifat sementara.  

Dalam konteks pencegahan korupsi, ajaran Ki Ageng Suryomentaram menegaskan pentingnya memahami sifat dasar manusia yang selalu memiliki karep (keinginan). Keinginan ini, jika tidak dikendalikan, dapat mendorong seseorang untuk bertindak di luar batas norma dan etika, termasuk melakukan tindakan korupsi. Oleh karena itu, Ki Ageng mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada pencapaian materi semata, tetapi pada kemampuan untuk menerima hidup dengan apa adanya, secukupnya, dan seperlunya. Ajaran ini menjadi sangat relevan untuk membangun integritas pribadi yang kuat, sehingga individu mampu menolak godaan korupsi yang sering kali didorong oleh nafsu akan kekuasaan, kehormatan, dan kekayaan.  

Selain itu, dalam transformasi memimpin diri sendiri, ajaran ini mendorong setiap individu untuk bertindak sebagai pengawas atas dirinya sendiri. Konsep "aku si pengawas" mengajarkan manusia untuk mengenali jarak antara diri sejati dan hasrat yang menguasai pikiran serta tindakan. Dengan cara ini, seseorang dapat melihat hidup dari perspektif yang lebih luas dan bijaksana, sehingga tidak terjebak dalam pola pikir egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi. Hal ini sangat penting dalam membentuk karakter seorang pemimpin, baik dalam skala kecil seperti memimpin keluarga, maupun dalam skala besar seperti memimpin organisasi atau bangsa.  

Ki Ageng juga menekankan pentingnya "rasa sama",  yaitu kesadaran bahwa semua manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang serupa. Kesadaran ini menciptakan empati dan rasa keadilan, yang menjadi fondasi dalam menjalankan tugas tanpa menindas atau merugikan orang lain. Dalam konteks kepemimpinan, ajaran ini mengarahkan seorang pemimpin untuk bertindak dengan hati nurani, menjunjung tinggi kepentingan rakyat, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama, bukan pada keuntungan pribadi.  

Lebih jauh, kebatinan Ki Ageng Suryomentaram juga mengajarkan "rasa tentram" dan "rasa tabah." Rasa tentram dicapai ketika seseorang mampu menerima kenyataan bahwa hidup adalah perpaduan antara suka dan duka, tanpa merasa iri atau sombong terhadap pencapaian orang lain. Rasa tabah, di sisi lain, mencerminkan keberanian untuk menghadapi segala situasi hidup dengan sikap yang tenang dan bijaksana. Kedua nilai ini sangat relevan dalam pencegahan korupsi, karena korupsi sering kali berakar pada ketakutan akan kekurangan (sumelang) atau rasa tidak puas (getun). Dengan memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada materi, individu dapat membebaskan diri dari jebakan mental tersebut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun