"Jangan pernah merasa sendiri ya, Senja anakku. Kalau kamu pikir tidak ada orang yang mendukungmu barang satu pun. Ingat, kamu punya mama. Mama akan selalu berusaha untuk selalu mendukung dan tetap berada di sisi Senja---sampai kapanpun."
Betul, mama selalu berpesan agar aku tidak terpuruk sendirian dalam kesedihan yang dalam. Lama setelahnya aku mulai menceritakan apa-apa saja yang mengganggu pikiranku saat ini. Aku mulai menceritakan apa yang menganggu pikiran ku saat ini, apa yang aku takuti, apa yang saat ini sedang ku perjuangkan, dan kemungkinan apa yang mungkin saja tidak bisa aku hadapi.Â
Ku ceritakan semuanya tanpa kurang dan lebih... sejujur-jujurnya sesuai apa yang hatiku rasakan. Aku ceritakan semua hal yang membuatku tidak percaya pada diriku sendiri dan hal mengganggu lainnya. Dan sesuai dengan apa yang aku kira... tangisku pecah---terjun bebas.Â
Mama selalu mengajarkan kami untuk selalu menatap  dan memperhatikan siapa yang kami ajak dan siapa yang mengajak kami bicara, sebagai bentuk menghargai lawan bicara kami.Â
Dan ya, mama tidak lagi menonton tayangan sinetron itu, beliau mendengarkanku dengan seksama, perhatiannya ia pusatkan padaku---selalu seperti itu. Sambil menangis aku luapkan semua hal yang aku sembunyikan, tentang keresahan pada diriku sendiri, tentang ketakutan dan kegelisahanku akan masa depan yang belum tentu terjadi.Â
Aku tidak bisa menahan isak tangisku. Suasana malam ini dipenuhi tangis dan kesedihan yang sengaja ku luapkan. Aku tidak memperdulikan apapun selain perasaanku, saat ini. Mama belum mengeluarkan sepatah kata pun dan memilih membiarkanku menangis sampai aku merasa puas.Â
Aku berhenti karena sudah menangis cukup lama dan lelah, tenggorokanku pun mulai kering. Satu hal yang aku rasakan setelah meluapkan semuanya hanya satu, lega.Â
Perasaan lega dan malu mendominasi suasana kali itu, setelah aku menangis. Aku malu karena aku merasa menangis terlalu berlebihan... tapi tidak apa apa.Â
Aku tertawa sembari menatap mama dan dengan segera ia merengkuhku ke dalam pelukannya dengan sayang, mengusap rambutku dan tidak lupa memberikan kalimat penenang untukku. Diusapnya sisa air mata yang menggenang di pipi lalu mama berkata, "Senja-ku yang hebat, terimakasih karena sudah bersedia menceritakannya pada mama ya. Kamu hebat dan akan selalu seperti itu," mama berucap dengan nada lembut.Â
"Tidak apa apa untuk merasa demikian, rasa takut, rasa gelisah, dan semua rasa-rasa yang kamu rasakan saat ini itu normal dan tidak salah sama sekali," Lanjutnya. "...namun mama harap, tolong jangan berlarut dalam rasa itu, ya? Ayo bangkit, jika kamu kesusahan untuk memulai semuanya, mama akan membantumu dan memapahmu dari awal, mama akan selalu mendukungmu, dan mama akan berusaha membantumu bangkit." aku kembali menangis dan mama malah menertawakanku.Â
Yang mama lakukan setelah mendengar ceritaku adalah, tentunya memberikan nasihat. Nasihat mama tidak pernah ada yang salah, aku selalu mengingatnya satu satu karena aku tau, mama tau apa yang terbaik untukku dan anak anaknya. Lalu, tidak lupa mama juga memberikan solusi, mama selalu bisa untuk tidak menghakimi-ku akan segala rasa yang aku alami, tidak pernah sama sekali mama menghakimi apa yang kami rasakan.