Mohon tunggu...
Nandasari Dompu
Nandasari Dompu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

( masak/ lakukan apa yang disukai/lucu )

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep dasar sosial-emosional

17 Januari 2025   21:28 Diperbarui: 17 Januari 2025   20:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI
1. Pengertian Konsep Umum Perkembagan Emosi.
        Pada diri manusia terdapat jiwa yang didalamnya ada emosi, yang tidak bisa lepas darinya, emosi merupakan perasaan manusia seperti senang, gembira, bahagia, aman, sentosa sehingga keadaan baik dan buruk didalamnya, di dalam kamus World Dictionary (1994:690), terdapat definisi emosi adalah berbagai perasaan yang kuat yang ada dalam diri manusia. Goleman (1995) menhelaskan bahwa emosi adalah suatu perasaan atau pikiran-pikiran khas dalam diri seseorang baik keadaan biologis dan psikologis orang untuk bertindak untuk melakukan sesuatu. Para psikolog mengklasifikasikan rentang emosi dengan berbagai macam klasifikasi, tetapi biasanya semua klasifikasi ini melihat emosi sebagai sesuatu yang positif atau negatif.

2. Pengertian Konsep Umum Perkembangan Sosial
         Mubihin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:50) mengutarakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan social, "sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan social". Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat terpisah dari kehidupan masyarakat disekitarnya..

3. Urgensi Perkembangan Emosi dan Perkembangan Sosial
          Di bahwa ini beberapa contoh perilaku emosi dan sosial yang menyertai generasi sekarang dan yang membuat emosi dan sosial menjadi sangat penting untuk diperhatikan:

a. Perilaku Kesepian dan Pemurung
           Hal tersebut banyak dialami dikarenakan diantaranya disebabkan semakin meningkatnya kesibukan orang tua mereka. Kedua orang tua yang sibuk bekerja diluar rumah, megakibatkan secara sosial maupun emosi menjadi kurang perhatian dan terlantar.

b. Perlikau beringas dan kasar
        Berbagaui tekanan kerap kali menghampiri para pelajar.
        mulai dari kekurangan uang jajan, berebut kendaran umum pada saat akan berangkat sekolah, terbatasnya berbagai sarana ekspresi dan aktualisasi diri dari sekolah maupun dimasyarkat, dan lain-lain.

c. Perilaku rendahnya sopan santun.
          Perilaku ini dapat dilihat pada berbagai kesempatan. dirumah, disekolah, ditempat umum, distasiun, dan sebagainya. Sudah sulit mendengar kata maaf, ucapan terima kasih, ucapan salam, dan berperilaku kesopanan lainnya lahir dan mulut-mulut anak kita, bahkan hingga generasi yang lebih dewasa.

d. Perilaku cemas dan gugup
          Tekanan-tekanan yang mengarah dengan menggiring anak menjadi cemas dan gugup sangat banyak menghampiri anak-anak dan pelajar. Berbagai beban kehidupan yang dihadapi anak, baik yang bersumber dari tekanan keluarga, tekanan dari teman bergaulnya, maupun tekanan dari lingkungan sekolah menjadikan anak lebih mudah stres dan frustasi, akibatnya menggangu emosi dan perilaku sosial anak.

4. Sasaran Pengembangan Sosial Emosi
         Seperti yang dikemukakan oleh Reynolds (1990), hal-hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
1).Anak harus mendapatkan cinta dan kasih saying dari orang tua. keluarga, guru-guru, dan teman-temannya.
2). Anak harus memiliki perasaan diinginkan, dihargai, disayangi, dan memiliki tempat didalam keluarga, sekolah, dan lingkungan.

3).Anak harus mendapatkan kesempatan merasakan rasanya berprestasi dan rasa puas atas hal-hal atau pekerjaan yang dilakukan sendiri.
4). Anak perlu diberikan kesempatan untuk mandiri dan membuat keputusannya sendiri, dengan kesempatan mencoba lagi jika ia gagal.
5). Anak harus memiliki rasa aman dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
6). Seorang anak juga harus memiliki kepercayaan diri, membangun kesadaran akan kebaikan-kebaikan yang dimilikinya..
7). Anak harus diperlakukan sebagai seseorang, tidak sebagai sebuah bagian saja dari sebuah kelompok atau keluarga, akan tetapi sebagai seseorang yang memiliki identitas.
8). Batasan Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Dini
           Menurut (Goleman, 2001) membuktikan bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor penting dan penentu (dominan faktor) keberhasilan individu dalam kehidupannya, dan nyata, berdasarkan hasil penelitiannya, terbukti secara signitifkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi. akan menjadi anak yang lebih bahagia, percaya diri, popular, dan lebih sukses dimasyarakat.
9). Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Dini

      Fungsi dari dikembangkannya sosial emosional anak adalah tentunya untuk menumbuhkan kepribadian yang baik dalam diri anak. agar dapat dengan mudah diterima di masyarakat dan dapat melatih anak mengembangkan bakatnya dalam menghadapi berbagai keadaan lingkungannya kelak (dapat menyesuaikan diri dengan baik). Tujuan perkembangan sosial emosional anak usia dini, antara lain:

a). Mencapai self of self atau pemahaman diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain
b). Bertanggung jawab terhadap diri sendiri terkait aturan dan rutinitasnya
c). Menghargai dan menghormati orang lain
d). Mengambil inisiatif
e). Berempati
i). Berbagi
g). Menunggu giliran
         Manfaat yang akan didapatkan anak jika kemampuan sosial emosionalnya berkembang dengan baik sangatlah bamyak, mengingat segala sesuatu tentang perkembangan ini akan selalu terpakai disetiap detik kehidupan anak. Mulai dari diri sendiri, jika anak dapat mengendalikan emosinya untuk lebih mendahulukan tugas daripada mementingkan kemalasan misalnya, tentu anak akan lebih terampil dalam menyelesaikan segala pekerjaan dengan segera dan tepat waktu.

B. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
    1. Perkembangan Emosi
           Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan

6), anak mulai menyedari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah terima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. marah-marah, mudah mengeluh, kecewa dan pesimis dalam menghadapi
         Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kurang control (seperti:
masalah), maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang stabil atau tidak sehat. Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku individu, dala, hal ini termasuk pula perilaku belajar (learning). Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memerhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi. mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.

2. Perkembangan Emosi
         Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi, dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.

3. Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia Dini
        Berikut perkembangan sosial dan emosional anak usia 1-5 tahun yang bisa menjadi acuan.

a. Anak usia 1-2 tahun
         Meski usia si kecil masih terbilang dini, perkembangan emosional dan sosial anak sudah terlihat semakin baik dan kemampuannya bertambah. Mengutip dar. salah satu kemampuan emosional anak usia 1-2 tahun yaitu menangis saat melihat Andal meninggalkannya. Tidak hanya itu, buah hati Anda juga sudah memiliki kepercayaan diri menunjukkan kemampuan barunya. Sebagai contoh, saat ia belajar berjalan, berdiri, atau berbicara.

b. Usia 2-3 tahun
          Di rentang umur 2-3 tahun, perkembangan emosional dan sosial anak usia dini cukup dinamis dan belum stabil, karena tantrum masih menjadi kebiasaan si kecil. Grafik perkembangan anak menunjukkan, perkembangan emosional dan sosial anak usia 2 tahun misal mau dibantu oleh orang lain saat melakukan sesuatu dan senang saat digendong oleh orang yang disukainya.
            Ketika usia balita 2 tahun 5 bulan atau 30 bulan, ia sudah bisa menyebut nama teman sepermainannya. Selain itu, usia 2 tahun adalah masa anak belajar untuk mandiri, melakukan banyak hal sendiri yang berhubungan dengan perkembangan emosional. Rasa penasaran anak meningkat cukup tajam di usia 2 tahun. Mengutip dari sebagian besar anak menghabiskan waktunya untuk mencoba memahami sejauh mana kemampuan sosial, lingkungan, dan perkembangan kognitif anak. Pendampingan Anda sangat penting dalam fase ini. Meski ia sedang ingin mencoba banyak hal sendiri, tetap temani si kecil untuk memberinya bantuan agak perkembangan. emosional dan sosial anak usia dini tetap terpantau. Ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan emosional pada anak.

c. Usia 3-4 tahun
          Bagaimana perkembangan emosional dan sosial anak usia dini rentang 3-4 tahun? Di usia ini, anak perlahan mengenali emosinya. Usia 3 tahun adalah umur yang cukup muda untuk anak mengerti dan mengendalikan emosi yang ada di dalam dirinya.
           Sebagai contoh, ketika ia menemukan sesuatu yang lucu, ia sangat histeris akan hal itu. Begitu juga ketika anak menemukan hal yang membuatnya marah, teriakan dan tangisan menjadi pelampiasan emosi si kecil.

d. Usia 4-5 tahun
           Rentang usia 4-5 tahun, anak sudah mengenal dan mengendalikan emosinya sendiri. Ia mampu menenangkan teman sedang bersedih dan bisa merasakan yang dirasakan temannya. Namun, si kecil tidak selalu bisa kooperatif, sisi egois anak juga bisa hadir ketika suasana hatinya kurang baik. Di usia ini, selera humor pada anak mulai muncul dan ia mulai berusaha melucu dalam beberapa kesempatan. Anda akan melihat anak usia 4 tahun berusaha melucu dengan melakukan hal konyol untuk membuat. orang lain tertawa. Di usia 4-5 tahun, anak sedang gemar menghibur dengan cara bicara yang berbeda-beda dan unik. Sebagai contoh, membuat wajah unik atau bertingkah lucu yang bisa menarik perhatian orang lain.

            Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.
           Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan. sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).
             Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada. usia 2,5-3,5 dan 5,5-6,4 tahun.

1) Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya..
2) Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan dengan waktu yang diinginkannya pula.
3) Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman- pengalaman hatinya.
4) Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi
5) keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan.

Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak diantaranya:

1) Meniru; melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
2) Persaingan keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
3) Simpati menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)
4) Empati menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
5) Dukungan sosial: dukungan dari orang sekitar
6) Berbagi memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian
7) Perilaku akrab hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebaya
          Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:

1) Negatifisme perilaku melawan otoritas orang dewasa
2) Agresif perilaku menyerang jika diganggu orang lain
3) Perilaku berkuasa menganggap semua benda miliknya
4) Memikirkan diri sendiri mementingkan keinginan sendiri
5) Merusak membanting atau menghancurkan barang-barang.
          Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
          Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
             Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan. sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam memperoleh pekerjaan.

4. Pentingnya Mengarahkan Perkembangan Emosi. 

          Kemampuan emosional menitikberatkan pada kondisi anak untuk dapat mengenali, mengekspresikan dan mengelola rentang emosi. Anak yang mampu mengelola perasaan nantinya akan mampu mengembangkan citra diri yang positif dan jadi pribadi yang percaya diri. Sejak bayi, seseorang bisa mengenali emosi seperti bahagia, sedih, takut, dan marah. Lalu saat menjadi anak-anak, emosi ini pun berkembang menjadi rasa malu, terkejut, bersalah, bangga dan empati. Seiring dengan pengalamannya, emosi ini juga akan berkembang dan tiap anak berbeda pula cara penanganannya. Inilah pentingnya peran orang tua untuk mengarahkan perkembangan emosi anak.
         Orang tua bisa melakukan beberapa hal untuk membangun kecerdasan emosional anak sejak dini, diantaranya:

a. Mengenali Emosi Anak
          Orang tua adalah sosok yang paling berpengaruh dalam. membantu anak mengenalkan berbagai macam emosi yang dirasakan anak. Anda bisa membantu anak untuk mengidentifikasi emosinya sendiri seperti senang, marah, sedih, kecewa, dan lainnya.
            Anda bisa menjelaskan apa dan bagaimana setiap emosi itu dan dampaknya bagi orang lain. Misalnya jika anak marah, apa dampaknya bagi orang di sekitarnya. Mengenalkan emosi ini bisa dengan tulisan dan gambar yang bisa dipahami oleh nalar anak usia dini. Usahakan untuk tetap berpikir positif untuk setiap emosi yang dirasakan anak seperti marah atau sedih untuk mengajarkan setiap emosi adalah baik untuk diterima.

b. Mengenalkan Emosi Orang Tua
            Setelah anak memahami emosi yang dirasakannya, lalu. kembangkan informasi tentang emosi yang dirasakan orang tua, Ceritakan hal yang membuat orang tuanya senang atau sedih untuk melatih kecerdasan emosional dan empati terhadap orang lain. Untuk emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa, Moms bisa mengajarkan juga cara mengendalikan emosi tersebut dan bagaimana harus bersikap di depan orang.

c. Kenali Kaitan Suasana dan Perasaan
            Perkembangan emosi sangat erat kaitannya dengan suasana. yang ada di sekitarnya. Anak bisa bosan berada di rumah seharian sehingga membuatnya gelisah atau marah. Bisa jadi anak sangat senang dengan mainan baru atau suasana rumah yang berbeda dari biasanya seperti kedatangan anggota keluarga dari luar. Dengan mengenali kaitan antara perasaan dan suasana, Anda bisa mengajarkan pada anak tentang emosi yang muncul karena faktor di luar dirinya sendiri.

d. Kenali Emosi Anak dengan Suasana Berbeda di Berbagai Tempat
         Jika anak sudah memahami tentang perubahan suasana di dalam rumah, tentunya akan sangat berbeda jika anak berada di luar rumah dan tempat yang berbeda-beda. Suasana yang cepat berubah dan berhubungan dengan orang yang berbeda-beda pula akan merangsang kepekaan emosinya.

           Perhatikan emosi anak ketika berada di keramaian, di tempat.sepi, bertemu dengan orang tak dikenal, atau tempat yang membuatnya nyaman dan bahagia. Dengan mengenali berbagai kondisi ini, anak akan belajar mengelola emosi secara cepat.
         Ada beberapa kondisi umum yang bisa dijadikan patokan bagaimana perkembangan emosi anak usia dini mempengaruhi setiap pribadi anak.

a). Ekspresi emosi yang baik dan tidak baik yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dekat ataupun guru di sekolah
b). Temperamen bawaan dari anak sejak lahir
c). Kondisi kesehatan anak yang baik akan mendorong perkembangan emosi anak usia dini yang menyenangkan.
d). Lingkungan rumah yang berisi emosi positif termasuk pola asuh dalam keluarga

         Jika perkembangan emosi anak usia dini mendapatkan perhatian. penuh, maka akan muncul dampak positif pada anak, yaitu pengarahan pengelolaan emosi yang baik akan membuat anak tersebut berkembang dengan kontrol emosi yang baik dan merangsang kemampuan intelektual anak, memiliki kemampuan berimajinasi, dan mencintai dirinya sendiri.
         Sebaliknya, jika anak tidak mampu mengontrol emosi dan perkembangan emosi yang buruk, maka anak bisa mendapatkan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dan mempengaruhi kemampuan berbicara dan terhambatnya perkembangan intelektualnya.

5. Tahapan Perkembangan Emosi
          Pada dasarnya perkembangan emosi anak usia dini akan berkembang dengan sendirinya. Namun tetap butuh dukungan penuh dari lingkungan sekitarnya terutama orang tua untuk bisa mengembangkan kecerdasan emosional ini dengan baik. Jika kecerdasan emosional ini berkembang secara positif, maka kecerdasan intelektualnya juga akan berkembang dengan optimal seperti kemampuan untuk memahami sebuah peristiwa, dan mengelola emosi sesuai dengan keadaannya.
          Perkembangan emosi anak usia dini biasanya ditunjukkan pada reaksi fisik yang kemudian berkembang dalam mengenali berbagai jenis emosi sesuai dengan umurnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi anak dalam mengenali dan mengekspresikan emosinya, seperti faktor kematangan yang dipengaruhi oleh kelenjar endokrin. Kurangnya produksi kelenjar endokrin akan berpengaruh pada reaksi fisiologis anak terhadap penanganan stress.
           Namun tentu saja faktor pembelajaran secara alami juga berpengaruh besar dalam menunjang perkembangan emosi anak usia dini. Berikut ini beberapa metode belajar anak dalam menentukan perkembangan emosi anak usia dini, yaitu:

a. Mencoba
          Cara belajar anak yang pertama adalah mempelajari dan mencoba-coba. Setiap anak akan mencoba berbagai macam perilaku yang dia tahu dan memlih mana yang memberikan kepuasan terbesar pada dirinya lalu mengeliminasi perilaku yang memberikan sedikit kepuasan.

b. Meniru
           Cara belajar meniru akan melibatkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Emosi mana saja yang mempengaruhi rangsangannya dalam kondisi tertentu. Anak akan mengamati hal apa saja yang bisa membangkitkan emosi orang lain dan menirunya seperti apa yang terjadi pada orang tersebut. Misalnya jika melihatorang marah lalu melempar barang, maka dia akan meniru hal tersebut.

c. Mengidentifikasi
         Hampir sama dengan meniru, naun mengidentifikasi ini akan berfokus pada orang yang dikagumi dan memiliki ikatan kuat dengan anak, misalnya orang tua. Hal ini akan membuat keinginan untuk meniru emosi orang tersebut lebih kuat dibandingkan meniru sembarangan orang yang dilihatnya.

d. Mengkondisikan
          Anak akan mengasosiasikan objek dan situasi yang awalnya gagal memancing reaksi emosionalnya. Cara belajar ini sangat umum terjadi pada anak usia dini karena kurangnya pengalaman dan tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan tidak rasional..

c. Melatih
          Perkembangan emosi anak yang baik dengan bimbingan orang dewasa dengan cara mengajarkan bagaimana bereaksi terhadap emosi tertentu. Anak akan melatih diri untuk memberikan reaksi pada rangsangan menyenangkan, dan mengendalikan emosi pada rangsangan yang tidak menyenangkan.

C. PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN

           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan emosional anak usia dini usia 5-6 tahun ditinjau dari Ibu yang bekerja di kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun