1) Meniru; melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
2) Persaingan keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
3) Simpati menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)
4) Empati menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
5) Dukungan sosial: dukungan dari orang sekitar
6) Berbagi memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian
7) Perilaku akrab hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebaya
     Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:
1) Negatifisme perilaku melawan otoritas orang dewasa
2) Agresif perilaku menyerang jika diganggu orang lain
3) Perilaku berkuasa menganggap semua benda miliknya
4) Memikirkan diri sendiri mementingkan keinginan sendiri
5) Merusak membanting atau menghancurkan barang-barang.
     Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
     Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
       Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan. sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam memperoleh pekerjaan.
4. Pentingnya Mengarahkan Perkembangan Emosi.Â
     Kemampuan emosional menitikberatkan pada kondisi anak untuk dapat mengenali, mengekspresikan dan mengelola rentang emosi. Anak yang mampu mengelola perasaan nantinya akan mampu mengembangkan citra diri yang positif dan jadi pribadi yang percaya diri. Sejak bayi, seseorang bisa mengenali emosi seperti bahagia, sedih, takut, dan marah. Lalu saat menjadi anak-anak, emosi ini pun berkembang menjadi rasa malu, terkejut, bersalah, bangga dan empati. Seiring dengan pengalamannya, emosi ini juga akan berkembang dan tiap anak berbeda pula cara penanganannya. Inilah pentingnya peran orang tua untuk mengarahkan perkembangan emosi anak.
     Orang tua bisa melakukan beberapa hal untuk membangun kecerdasan emosional anak sejak dini, diantaranya:
a. Mengenali Emosi Anak
     Orang tua adalah sosok yang paling berpengaruh dalam. membantu anak mengenalkan berbagai macam emosi yang dirasakan anak. Anda bisa membantu anak untuk mengidentifikasi emosinya sendiri seperti senang, marah, sedih, kecewa, dan lainnya.
      Anda bisa menjelaskan apa dan bagaimana setiap emosi itu dan dampaknya bagi orang lain. Misalnya jika anak marah, apa dampaknya bagi orang di sekitarnya. Mengenalkan emosi ini bisa dengan tulisan dan gambar yang bisa dipahami oleh nalar anak usia dini. Usahakan untuk tetap berpikir positif untuk setiap emosi yang dirasakan anak seperti marah atau sedih untuk mengajarkan setiap emosi adalah baik untuk diterima.
b. Mengenalkan Emosi Orang Tua
      Setelah anak memahami emosi yang dirasakannya, lalu. kembangkan informasi tentang emosi yang dirasakan orang tua, Ceritakan hal yang membuat orang tuanya senang atau sedih untuk melatih kecerdasan emosional dan empati terhadap orang lain. Untuk emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa, Moms bisa mengajarkan juga cara mengendalikan emosi tersebut dan bagaimana harus bersikap di depan orang.
c. Kenali Kaitan Suasana dan Perasaan
      Perkembangan emosi sangat erat kaitannya dengan suasana. yang ada di sekitarnya. Anak bisa bosan berada di rumah seharian sehingga membuatnya gelisah atau marah. Bisa jadi anak sangat senang dengan mainan baru atau suasana rumah yang berbeda dari biasanya seperti kedatangan anggota keluarga dari luar. Dengan mengenali kaitan antara perasaan dan suasana, Anda bisa mengajarkan pada anak tentang emosi yang muncul karena faktor di luar dirinya sendiri.
d. Kenali Emosi Anak dengan Suasana Berbeda di Berbagai Tempat
     Jika anak sudah memahami tentang perubahan suasana di dalam rumah, tentunya akan sangat berbeda jika anak berada di luar rumah dan tempat yang berbeda-beda. Suasana yang cepat berubah dan berhubungan dengan orang yang berbeda-beda pula akan merangsang kepekaan emosinya.
      Perhatikan emosi anak ketika berada di keramaian, di tempat.sepi, bertemu dengan orang tak dikenal, atau tempat yang membuatnya nyaman dan bahagia. Dengan mengenali berbagai kondisi ini, anak akan belajar mengelola emosi secara cepat.
     Ada beberapa kondisi umum yang bisa dijadikan patokan bagaimana perkembangan emosi anak usia dini mempengaruhi setiap pribadi anak.
a). Ekspresi emosi yang baik dan tidak baik yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dekat ataupun guru di sekolah
b). Temperamen bawaan dari anak sejak lahir
c). Kondisi kesehatan anak yang baik akan mendorong perkembangan emosi anak usia dini yang menyenangkan.
d). Lingkungan rumah yang berisi emosi positif termasuk pola asuh dalam keluarga
     Jika perkembangan emosi anak usia dini mendapatkan perhatian. penuh, maka akan muncul dampak positif pada anak, yaitu pengarahan pengelolaan emosi yang baik akan membuat anak tersebut berkembang dengan kontrol emosi yang baik dan merangsang kemampuan intelektual anak, memiliki kemampuan berimajinasi, dan mencintai dirinya sendiri.
     Sebaliknya, jika anak tidak mampu mengontrol emosi dan perkembangan emosi yang buruk, maka anak bisa mendapatkan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dan mempengaruhi kemampuan berbicara dan terhambatnya perkembangan intelektualnya.