Mohon tunggu...
Nanda Lutfi
Nanda Lutfi Mohon Tunggu... Peternak - petani

mancing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan pH Tanah, Kandungan Bahan Organik, dan penyeimbang Unsur Hara untuk Keberlanjutan Pertanian

7 Desember 2024   08:55 Diperbarui: 7 Desember 2024   08:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tanah merupakan salah satu sumber daya utama sistem pertanian berkelanjutan. Kesehatan tanah sangat menentukan produktivitas pertanian dan keberlanjutan ekosistem. Tiga faktor utama yang sering diperhatikan dalam pengelolaan tanah adalah pH tanah, kandungan bahan organik, dan keseimbangan unsur hara.

 Ketiga faktor tersebut saling bergantung satu sama lain untuk menjamin keberlanjutan dan produktivitas lahan pertanian. Artikel ini akan membahas pentingnya pengelolaan pH tanah, bahan organik, dan unsur hara untuk menciptakan sistem pertanian berkelanjutan.

1. Mengelola pH tanah

PH tanah adalah ukuran keasaman atau kebasaan tanah yang mempengaruhi kemampuannya dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. PH tanah yang ideal biasanya antara 6 dan 7, tergantung jenis tanamannya. Jika pH terlalu asam atau terlalu basa, tanaman akan kesulitan menyerap unsur hara meskipun unsur hara tersebut tersedia di dalam tanah.

Keasaman tanah sering kali disebabkan oleh penggunaan pupuk nitrogen, pencucian unsur hara, dan pengaruh curah hujan yang tinggi. Sebaliknya, tanah alkalin terdapat di daerah kering atau semi kering, dimana mineral alkali terakumulasi di permukaan tanah.

Pengelolaan pH tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Pengapuran: Kapur dolomit atau kalsit sering digunakan untuk menaikkan pH tanah yang terlalu asam. Kapur jenis ini tidak hanya menetralkan keasaman tetapi juga menambah kalsium dan magnesium pada tanah.

Penambahan unsur sulfur atau bahan organik yang bersifat asam: Untuk tanah yang bersifat basa, penambahan unsur sulfur atau bahan organik yang sangat asam dapat membantu menurunkan pH.

Pengamatan Reguler: Pemantauan pH tanah dengan alat uji pH atau analisis laboratorium penting dalam menentukan metode pengolahan yang tepat.

Dengan pH tanah yang optimal, tanaman akan menyerap unsur hara dengan lebih efisien, mengurangi kebutuhan penggunaan pupuk sintetis yang berlebihan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

2. Kandungan bahan organik

Bahan organik dalam tanah merupakan komponen penting yang dihasilkan dari sisa-sisa tumbuhan, hewan atau mikroorganisme yang membusuk. Bahan organik yang cukup dalam tanah memberikan berbagai manfaat seperti:

Memperbaiki struktur tanah: Bahan organik membantu mengagregasi partikel tanah, meningkatkan porositas dan meningkatkan kapasitas menahan air tanah.

Pasokan unsur hara: Selama dekomposisi, bahan organik secara perlahan melepaskan unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).

Meningkatkan aktivitas mikroba tanah: Mikroorganisme tanah memainkan peran penting dalam siklus nutrisi dan penguraian bahan organik.

Namun, banyak lahan pertanian intensif yang mengalami penurunan kandungan bahan organik akibat pengelolaan yang tidak berkelanjutan, seperti pembakaran sisa tanaman atau penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Untuk mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik, dapat dilakukan upaya sebagai berikut:

Penggunaan pupuk kandang dan pupuk organik: Pupuk, kompos dan sampah organik lainnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah.

Menanam tanaman penutup tanah: Tanaman penutup tanah seperti kacang-kacangan atau rumput tertentu dapat mencegah erosi dan meningkatkan bahan organik setelah degradasi.

Pengolahan tanah yang dikurangi (pengolahan tanah minimum): Pengolahan tanah minimum untuk mempertahankan sisa tanaman di permukaan tanah dan mencegah hilangnya bahan organik.

Kandungan bahan organik yang baik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga membantu mitigasi perubahan iklim dengan menyimpan karbon di dalam tanah.

3. Keseimbangan Gizi

Unsur hara merupakan unsur penting yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Nutrisi dibagi menjadi dua kelompok utama:

Makronutrien: Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), serta kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S).

Unsur hara mikro : Zat seperti seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan tembaga (Cu), dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi sangat penting bagi fungsi fisiologis tanaman.

Ketidakseimbangan unsur hara dapat menyebabkan defisiensi atau keracunan, sehingga mengurangi hasil panen. Pengelolaan unsur hara yang benar mencakup langkah-langkah berikut:

Gunakan pupuk berdasarkan pengujian tanah: Sebelum pemberian pupuk, pengujian tanah diperlukan untuk menentukan status unsur hara. Hal ini membantu petani menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman.

Rotasi tanaman: Rotasi tanaman mencegah habisnya unsur hara dalam tanah. Misalnya, menanam kacang-kacangan setelah panen biji-bijian dapat meningkatkan kadar nitrogen tanah.

Aplikasi pupuk hayati: Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme seperti Rhizobium atau mikoriza secara alami dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah.

Evaluasi limbah pertanian: Limbah seperti sekam padi atau jerami dapat diubah menjadi pupuk organik kaya nutrisi.

Keseimbangan nutrisi tidak hanya penting untuk produktivitas tanaman tetapi juga untuk perlindungan lingkungan. Penggunaan pupuk yang tidak terkontrol dapat mencemari air tanah dan menyebabkan eutrofikasi air.

Pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan tanah

Mengelola pH tanah, bahan organik, dan unsur hara mempunyai implikasi luas terhadap keberlanjutan pertanian. Ketiga aspek ini saling bergantung, peningkatan satu faktor dapat meningkatkan faktor lainnya. Misalnya, bahan organik yang cukup tidak hanya meningkatkan kapasitas penyimpanan air tanah, tetapi juga membantu menstabilkan pH dan meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara.

Sistem pertanian berkelanjutan memerlukan pendekatan terpadu dalam pengelolaan tanah. Praktik seperti agroforestri, pertanian konservasi, dan penggunaan teknologi berbasis data dapat membantu petani mengoptimalkan pengelolaan lahan.

Selain itu, peran pemerintah dan lembaga penelitian sangat penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Pendidikan tentang pentingnya pengelolaan lahan, dorongan praktik ramah lingkungan, dan pengembangan teknologi lokal dapat mendorong penerapan praktik terbaik.

Kesimpulan

Mengelola pH tanah, kandungan bahan organik, dan keseimbangan unsur hara merupakan pilar utama keberlanjutan pertanian. Dengan menjaga pH tanah tetap optimal, meningkatkan kandungan bahan organik, dan menyeimbangkan unsur hara, petani dapat meningkatkan produktivitas tanah tanpa merusak lingkungan. 

Langkah-langkah tersebut bukan hanya merupakan investasi jangka panjang dalam kelestarian ekosistem, namun juga merupakan strategi untuk beradaptasi terhadap tantangan perubahan iklim. Melalui upaya kolaboratif antara petani, ilmuwan, dan pembuat kebijakan, pertanian berkelanjutan dapat dicapai untuk generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun