Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengingat Kembali Bahaya Hoax Pasca-Pandemi

10 Desember 2022   19:49 Diperbarui: 11 Desember 2022   07:56 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Nijwam Swargiary on Unsplash   

Secara logika, ini berarti hoax yang memanipulasi konten di luar konteks dan informasi yang salah dengan mudah mendorong kebohongan yang mereka ingin orang percayai.

Dalam konteks kesehatan nalar, hoax mengenai apa yang sebenarnya tidak terjadi akan menciptakan realitas palsu yang tidak hanya diterima oleh satu atau dua orang, tetapi ribuan dan bahkan jutaan, dan ini menciptakan realitas yang dapat dimanipulasi oleh mereka yang membuat hoax menjadi apa pun yang mereka inginkan. 

Kebohongan tersebut, jika terus dilakukan, dapat mematikan nalar dan mendistorsi akal. Selain itu dengan mudahnya memercayai hoax secara perlahan fungsi otak akan meredup dan daya nalar menjadi hilang.

Solusi untuk hoax sebenarnya sederhana, yaitu dengan mau sedikit saja berusaha untuk mencari tahu dari berbagai macam sumber mengenai fakta sebuah narasi. 

Hal yang sesungguhnya tidak sulit di era media sosial dan digital seperti saat ini. 

Faktanya justru tidak demikian, dengan era internet dan media sosial saat ini hoax justru dengan mudahnya disebarkan melalui media sosial dan kelompok-kelompok di berbagai aplikasi perpesanan.

Menimbang Kembali Peran Pemerintah dan Institusi Pendidikan

Hoax dan disinformasi yang saat ini demikian canggih sangat bermasalah untuk kesehatan mental. Orang yang terlalu sering terpapar hoax akan besar kemungkinan untuk selalu cemas dan stres. 

Bahkan, di titik yang ekstrim hoax bisa memicu kekerasan yang menjurus pada kejahatan.  

Perlu ada diskursus tentang bagaimana mengatasi masalah ini tanpa merusak manfaat media digital yang seharusnya menjadi katalisator perubahan yang baik. 

Oleh karena demikian, untuk mempertahankan keterbukaan informasi yang bertanggung jawab, pemerintah harus bekerja sama dengan semua pihak untuk memecahkan masalah ini. 

Pemerintah harus mempromosikan literasi dan edukasi pada masyarakat mengenai bahaya hoax tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun