Pemerintah harus mendorong semua pihak untuk terus memberikan edukasi dan tindakan preventif dengan cara membangun kepercayaan publik dan mengoreksi berita bohong dan disinformasi sesegera mungkin sebelum hoax tersebut viral dan membunuh nalar serta merusak mental.
Selain pemerintah, Institusi pendidikan juga harus menjadikan sosialisasi kepada masyarakat tentang literasi berita sebagai prioritas utama dan membentuk generasi cerdas logika yang tidak dengan mudah terjebak hoax.
Namun pada akhirnya harus diakui bahwa kewajiban setiap individu untuk berpikir kritis dalam mengikuti keragaman sumber berita, dan bersikap skeptis terhadap apa yang mereka baca dan tonton.
Pentingnya Kapasitas Berpikir Kritis di Era Media Sosial
Karena lanskap media sosial secara keseluruhan telah berubah, ada beberapa perkembangan yang suka atau tidak harus dihadapi ketika terjadi bencana.
Alih-alih menggunakan alat digital untuk menginformasikan berita secara benar, beberapa individu yang patut dipertanyakan moralitasnya telah memanfaatkan platform sosial dan digital untuk menipu, menyesatkan, atau merugikan orang lain dengan membuat atau menyebarkan hoax dan disinformasi yang jelas bertujuan untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
Hoax dihasilkan oleh individu atau kelompok yang memang berniat menyesatkan dan menipu publik terhadap konteks suatu kejadian.
Ketika kegiatan ini beralih dari upaya sporadis dan serampangan menjadi upaya terorganisir dan sistematis, individu dan kelompok ini akan berpotensi mengganggu tidak hanya Kesehatan mental segelintir orang namun bisa menghancurkan mental seluruh anak bangsa ini.
Kecepatan media sosial memang membuat keinginan untuk segera menekan layar sentuh “'teruskan” dan “bagikan” menjadi berlipat-lipat.
Padahal sangat penting untuk berhenti sejenak untuk melakukan klarifikasi ulang mengenai berita atau video-video yang belum tentu benar.