Kesimpulannya adalah Apple jelas ahli dalam membangun merek yang tidak hanya menarik bagi saya dan jutaan konsumen iPhone, tetapi juga mampu mengubah daya tarik tersebut menjadi penjualan.
Pada 2020, mereka menjadi perusahaan USD 2T pertama di dunia (ya, T-nya adalah dalam triliun) setelah hampir bangkrut pada tahun 1997.
Dan sebagian dari kesuksesan mereka adalah karena penggunaan psikologi dan ilmu perilaku, disadari atau tidak, saya dan kamu semua pengguna iPhone dan produk Apple lainnya adalah “terjebak” dalam empat psikologis di atas.
Tapi, sepertinya saya pribadi sangat menyukai “keterjebakan” diri saya di iPhone tersebut dan masih akan berlangsung lebih lama lagi.
Salam hangat saya
Referensi:
Grossman, Z. (2015). Self-signaling and social-signaling in giving. Journal of Economic Behavior & Organization, 117, 26-39.
Nanda, A., Thayb, A., & Wijayanti, Rofiaty. (2021). Customer Equity as Mediator of Customer Experience and Loyalty Relationship. Quality-Access to Success, 22(185).
Gourville, J., & Soman, D. (2002). Pricing and the psychology of consumption. Harvard business review, 80(9), 90-6.
Feldman, J. (2016). The simplicity principle in perception and cognition. Wiley Interdisciplinary Reviews: Cognitive Science, 7(5), 330-340.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H