Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berikut Alasan Kamu Tidak Perlu Motivasi dari Orang Lain

27 Maret 2022   15:55 Diperbarui: 9 April 2022   14:41 2271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu membaca kutipan-kutipan motivasi setiap hari agar kamu tetap merasa termotivasi?

Atau pernahkah kamu mengikuti suatu acara motivasi dan kemudian tiga hari sesudahnya kamu merasa motivasi tersebut hilang begitu saja?

Jika pernah mengalami hal-hal tersebut berarti saya dan kamu adalah manusia normal.

Namun demikian, seiring berjalannya waktu saya menyadari bahwa pola-pola tersebut di atas tidaklah tepat, setidaknya bagi saya pribadi.

Apa alasannya?

Saya ingin menyajikan satu fakta bahwa individu dengan kualitas diri sekelas Michael Jordan, Maradona, LeBron James, dan juga Valentino Rossi tidak perlu dimotivasi untuk berlatih dan berprestasi.

Seorang Serena Williams tentu tidak memerlukan kalimat-kalimat motivasi dari orang lain. Individu dengan kualitas juara tidak perlu “inspirational quotes” dari mana pun.

Individu dengan kualitas juara tidak memerlukan motivasi. Mereka sudah termotivasi. Mereka memiliki motivasi yang menyala dalam diri mereka sendiri untuk memberikan hasil yang terbaik.

Nah, fakta di atas menjadi premis dasar dari artikel saya ini mengenai alasan mengapa kamu tidak memerlukan seseorang untuk memotivasi kamu.

Banyak orang merasa dirinya perlu dimotivasi dengan berbagai macam media mulai dari visual dan kata-kata motivasi yang bertebaran saat ini di media sosial.

Padahal yang kamu perlukan adalah lingkungan dan kondisi di mana kamu menjadi tertantang untuk berlatih, berprestasi, dan berkontribusi dengan maksimal.

Foto oleh cottonbro dari Pexels
Foto oleh cottonbro dari Pexels

Saya banyak melihat saat ini bukan hanya di level individu saja namun di level perusahaan juga banyak yang berusaha “memotivasi” karyawannya agar berprestasi.

Padahal kenyataannya adalah individu dengan kualitas terbaik tidak perlu itu semua.

Individu dengan kualitas terbaik akan dengan sendirinya bergerak untuk berkontribusi.

Akhirnya, banyak sumber daya baik berupa uang atau pun waktu yang terbuang hanya untuk memotivasi individu-individu yang sebenarnya secara kualitas tidak berada pada level yang sesuai standar.

Dalam bukunya, Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us, Daniel Pink membagi motivasi menjadi dua jenis yang berbeda: ekstrinsik dan intrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi eksternal. Ini bisa berupa uang atau pujian.

Tidak sulit untuk menemukan sumber motivasi ekstrinsik ini dan untuk Sebagian besar orang, motivasi ekstrinsik ini adalah pendorong utama.

Jika kita tidak berhati-hati dengan motivasi ekstrinsik ini maka kita akan terjebak dalam usaha menghalalkan segala cara

Yang kedua adalah motivasi intrinsik, berasal dari dalam. Ini adalah keinginan untuk bertindak, bahkan ketika satu-satunya imbalan adalah aktivitas itu sendiri (atau menyelesaikan tugas).

Motivasi intrinsik menyiratkan bahwa kita bertindak untuk alasan yang otentik dan terhormat untuk mencapai tujuan kita.

Jadi, dalam istilah yang paling sederhana, motivasi sebenarnya adalah keinginan kita untuk melakukan sesuatu.

Nah, definisi ini berada dalam spektrum yang luas, dari ketiadaan minat hingga keinginan membara untuk mengambil tindakan.

Atau secara langsung ingin saya katakan ketika keinginan kita kuat, maka kita tidak perlu motivasi karena keinginan kita akan menggerakkan seluruh indrawi untuk mencapai tujuan.

Nah, yang sering terjadi adalah kita sudah mempunyai keinginan tapi tidak cukup kuat yang akhirnya memunculkan musuh terbesar dari keinginan yaitu rasa menunda-nunda.

Ketika rasa menunda-nunda ini muncul maka keinginan kita tersebut akan tertutupi dan pudar seiring waktu.

Kabar baiknya, ada beberapa cara yang biasanya saya gunakan untuk mengatasi hal tersebut.

Berikut adalah beberapa strategi yang telah membantu saya membangun pola pikir sehingga saya tidak harus bergantung pada motivasi dari orang lain.

Foto oleh Bich Tran dari Pexels
Foto oleh Bich Tran dari Pexels

1. Pilih area fokus kita dan abaikan sisanya

Fokus dan motivasi mungkin tampak seperti dua topik yang berbeda, tetapi sebenarnya keduanya saling terkait erat.

Ambil saya sebagai contoh. 2022, saya memiliki 3 prioritas misalnya sebagai berikut:

Membantu tim saya berkembang

Membuat tulisan berkualitas

Menyelesaikan Pendidikan saya

3 prioritas tersebut membuat saya sangat fokus dan berkeinginan untuk menyelesaikan ketiganya secara tuntas.

Karena saya sangat fokus maka saya tidak perlu dimotivasi atau membaca kutipan-kutipan inspirasional yang tidak penting.

2. Motivasi adalah pilihan

Yang penting diingat adalah apa yang kita rasakan tidak harus sesuai dengan tindakan kita, terutama ketika kita benar-benar ingin maju.

Sebagai contoh, mungkin perasaan kita sedang lelah untuk belajar atau bekerja, namun kita harus tetap bergerak menyelesaikannya.

Nah, itu sebabnya saya katakan motivasi itu pilihan dan tidak harus sejalan dengan “rasa” yang sedang kita rasakan.

kita mungkin merasa seperti kita lebih enak rebahan di kursi dari pada membuat presentasi, namun jika kita memilih untuk bergerak maka kita akan memilih untuk menyelesaikan presentasi.

Jadi, motivasi itu datangnya dari pilihan pribadi kita, bukan dari kutipan motivasi.

3. Nikmati prosesnya

Dulu saya juga suka membaca kutipan-kutipan motivasi namun kemudian saya berpikir bagaimana kita bisa mempertahankan api motivasi tersebut untuk jangka panjang?

Ini pertanyaan penting. Jawabannya mungkin akan terlihat sedikit berbeda untuk semua orang, tetapi menurut saya pada akhirnya, kita semua termotivasi oleh kegembiraan dan makna hidup yang kita cari.

Ini menjadi alasan penting kenapa kita harus benar-benar memahami alasan kita menjadi gembira dan apa sebenarnya makna hidup yang kita cari.

Tanpa memahami dua hal tersebut maka niscaya kita akan tersesat dalam kepungan motivasi sesaat yang membuang-buang waktu.

Kesimpulan

Secara kesimpulan, artikel saya ini bicara tentang pergeseran perspektif.

Kita semua melewati masa-masa sulit masing-masing, kemudian mungkin bekerja di pekerjaan yang tidak kita sukai, dan menanggung banyak beban hidup.

Tetapi jika kita berjuang untuk melakukan sesuatu yang sangat kita inginkan, maka tanpa mencari motivasi pun kita akan bergerak ke arah yang kita cari itu.

Cari tahu mengapa kita memulai suatu hal, atau mengapa kita tidak melakukan hal tersebut sejak awal.

Ini adalah cara yang jauh lebih elegan dan membahagiakan untuk menjalani hari-hari kita ke depan.

Salam hangat saya

Referensi:

Forbes: Motivation Doesn't Work: Here's What Does

LeBron James: The Inspiring Story of One of Basketball's Greatest Players (Basketball Biography Books)

Michael Jordan: The Inspiring Story of One of Basketball's Greatest Players (Basketball Biography Books)

Serena Williams: The Inspiring Story of One of Tennis' Greatest Legends (Tennis Biography Books)

https://marathonhandbook.com/why-you-dont-need-motivation-to-run/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun