Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kemampuan Berpikir Inovatif Itu Penting?

18 Juni 2021   15:35 Diperbarui: 21 Juni 2021   00:25 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perspektif baru | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Pernahkah kamu berpikir kenapa hidup dan karir kamu mandek padahal dulu kamu adalah selalu juara kelas. Kamu dulu adalah lulusan terbaik. Kamu selalu rangking teratas. Kamu selalu belajar keras. Tidak ada istilah sistem kebut semalam bagi kamu. Kamu adalah panutan teman-teman kamu. 

15 tahun berlalu, kamu masih di tempat yang sama, padahal teman-teman kamu sudah melesat. Teman-teman yang dulu kamu selalu bantu dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah.

Kamu bertanya-tanya setiap saat setiap hari apa yang salah. Apakah seharusnya dulu kamu tidak usah belajar saja? Atau harusnya dulu kamu hura-hura saja?

Jadi apa yang salah dengan kamu?

Well, kamu tidak sendirian. Banyak sekali orang-orang yang sewaktu sekolah dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi sering merasa seperti hal di atas.

Termasuk saya. Namun, setelah lebih 15 tahun berlalu, ada satu hal yang saya pahami. Cerdas sekolah dan cerdas dunia nyata, bukanlah hal yang sama. 

Sangat mungkin untuk menyelesaikan setiap ujian di perguruan tinggi dan berjuang dalam hidup setelah kita lulus. 

Jika kamu berpikir fakta ini cukup masuk akal, selamat! Artinya kamu tahu bahwa selain cerdas dalam hal akademik, kita perlu cerdas dalam situasi yang nyata.

Hal tersebut bisa diraih dengan cara berpikir inovatif. Cara dan pola pikir yang mengatakan pada diri sendiri "ini saatnya saya melakukan ekplorasi", atau "saya tahu ini jalan buntu, saya harus memutar menemukan jalan baru."

Mari kita urai satu persatu benang merah berpikir inovatif ini dengan logis agar kita bisa melihat dengan perspektif baru.

Apa Itu Berpikir Inovatif?

Beberapa tahun terakhir ini saya pribadi merasakan betapa cepatnya sesuatu dapat mengubah rencana saya bahkan yang paling hati-hati saya susun sekalipun.

Mungkin bukan hanya saya, tapi banyak orang juga mengalami yang sama. Bukan hanya di level individu, tapi perubahan juga mendera di level organisasi.

Tahun-tahun terakhir membuktikan bahwa hanya individu dan organisasi yang mampu berpikir inovatif yang akan bertahan.

Ketika permasalahan dan tantangan baru menghampiri kita, hanya ada 2 pilihan. Pilihan pertama, kita bertahan dengan cara-cara lama kita atau pilihan kedua adalah kita memberikan perspektif baru dalam cara-cara lama kita.

Kedua cara tersebut tentunya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan baru ini, kita membutuhkan kemampuan berpikir inovatif dan fokus membangun masa depan yang lebih baik.

Secara sederhana, menurut saya berpikir inovatif adalah melakukan hal-hal yang benar-benar baru atau melakukan hal-hal lama dengan cara baru.

Inovasi adalah bagaimana cara kita melihat dunia melalui sudut pandang yang baru dan segar. Yang dibutuhkan di sini adalah mindset, kemampuan, perilaku dan sistem.

Berpikir inovasi tanpa perubahan mindset adalah hal yang percuma. Mindset sudah berubah namun perilaku masih sama itu juga tidak berguna.

Mindset berubah, perilaku berubah, namun kemampuan dan sistem tidak ditingkatkan juga percuma. Berpikir inovasi adalah pola pikir yang komprehensif terhadap 4 hal tersebut.

Dalam contoh cerita saya di atas, ketika pada satu titik saya merasa bahwa saya pada titik buntu dalam karir saya, kemudian yang saya lakukan adalah merubah mindset saya.

Saya melakukan perubahan mindset bahwa saya tidak cukup hanya punya IPK tinggi, saya harus menguasai hal-hal baru. Akhirnya, saya pun mengambil banyak kursus-kursus baru.

Kemudian, setelah mindset, yang saya lakukan adalah mengubah perilaku. Saya yang biasanya suka menghabiskan waktu tidak jelas, saya ubah menjadi saya mengambil sekolah lagi di tingkat pasca sarjana.

Setelah saya benahi mindset dan perilaku, kemampuan saya otomatis meningkat. Secara sistem, saya pun menjadi mampu berpikir komprehensif dan logis.

Ketika semua itu saya miliki, perlahan demi perlahan terjadi perbaikan-perbaikan dan akhirnya membawa saya ke titik saya berada saat ini.

Sebagai contoh lain di level organisasi misalnya, Kompasiana. Saya salut terhadap perubahan yang dilakukan tim Kompasiana terkait dengan user interface, sangat fresh.

Ini artinya Kompasiana paham bahwa untuk bertahan di era searchlight intelligence perlu inovasi. Kompasiana memberikan contoh presisi bahwa inovasi tidak perlu mahal.

Dengan perubahan ini, Kompasiana mengubah mindset, perilaku dan sistem secara bersamaan.

Perspektif baru | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Perspektif baru | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Mengapa Kemampuan Berpikir Inovatif Ini Penting?

Inilah masalahnya. Tidak ada orang yang benar-benar ingin gagal. Cepat atau lambat, itu merupakan hasil dari pilihan-pilihan kita.

Saya pikir tidak ada orang yang bangun setiap pagi dengan harapan kegagalan yang mengecewakan terjadi. Namun itu adalah bagian dari proses yang tidak dapat dihindari. 

Alternatifnya adalah dengan berpikir mengenai inovasi-inovasi yang kita harus coba setiap hari. Tanpa kemampuan berinovasi, kita tidak akan mampu menyusun sintesa-sintesa baru. Padahal untuk berkembang, apalagi di era penuh ketidakpastian, perlu  kemampuan menghasilkan sintesa-sintesa baru.

Tanpa kemampuan melakukan inovasi, kapasitas kita akan terhenti pada titik tertentu. Model bisnis atau cara kerja kita akan menjadi kuno tanpa inovasi. Ketika model bisnis dan cara kerja kita menjadi kuno, maka kita akan terlambat dalam mengantisipasi perubahan.

Ketika kita baru sadar akan keterlambatan tersebut, kereta perubahan sudah terlanjur jauh meninggalkan kita. Dengan inovasi akan lahir kolaborasi. Kolaborasi yang solid akan menghasilkan kekuatan disrupsi yang maksimal.

Segera temukan the second s-curve yang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas kita untuk bergerak maju.

Inovasi mulai dari hal kecil | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Inovasi mulai dari hal kecil | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Inovatif?

Kita tahu bahwa ide-ide bagus itu bisa, dan memang, datang dari mana saja. Tapi berdasarkan pengalaman saya, ide-ide cemerlang sepertinya jarang datang sendiri. 

Hanya menaruh kotak saran di sekitar kantor tidak mendorong orang untuk mengemukakan pemikiran mereka. Ini perlu melibatkan kekuatan dan kerjasama tim.

Berpikir inovatif adalah proses yang aktif dan berkelanjutan. Ironisnya, banyak orang merasa sudah berpikir inovatif padahal mereka hanya berputar-putar pada tikungan yang sama.

Berdasarkan pengalaman saya bekerja di bidang yang menuntut saya berpikir inovatif dan komprehensif, beberapa cara dapat dilakukan, sebagai berikut:

1. Otak harus terbuka terhadap perubahan dan ketidakpastian
Saya sadar bahwa perubahan dan ketidakpastian itu memang tidak mengenakkan. Semua orang saya pikir pasti tetap ingin tinggal di titik kenyamanan tertinggi.

Begitupun saya. Namun, saya sadar bahwa orang-orang di sekitar saya sudah berubah dan berlari, maka saya harus ikut berubah dan berlari.

Pertanyaannya adalah, apakah saya harus ikut berlari pada jalur yang sama? Tentu tidak, saya harus berlari dan berubah pada jalur saya sendiri.

Berpikir inovatif bukan berarti inovasi dengan cara meniru. Berpikir inovatif artinya adalah berinovasi dengan otentik.

2. Mau belajar kemampuan baru
Ini yang sulit. Banyak orang terjebak dengan perasaan bahwa saya sudah di atas, saya sudah paling tahu, atau saya paling dulu memahami.

Ini berbahaya. Blackberry mengalami kejatuhan karena mereka tidak sadar dan belajar dengan cepat ketika iphone datang.

Mereka terlambat menyadari. Ketika mereka sadar, semuanya sudah terlambat.

Belajarlah, dengan belajar kita akan sadar bahwa ternyata begitu cepat dan begitu luas perubahan dan kesempatan yang ada di hadapan kita.

3. Berpikir jangka panjang
Jangan mudah yakin dengan solusi jangka pendek. Yang harus dipikirkan adalah solusi jangka panjang. Solusi permanen.

Buat apa menambal kebocoran hanya di satu titik, jika yang perlu diganti adalah satu perahu.

Sulit memang berpikir jangka panjang. Kebanyakan dari kita memang suka solusi instan dan mudah. Padahal jika kita mau meluangkan sejenak berpikir, mungkin ceritanya bisa berbeda.

Berpikir inovatif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Berpikir inovatif | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Kesimpulan

Jika kamu melakukan sesuatu yang baru, tidak semua orang akan setuju dengannya. Ini adalah risiko yang melekat pada inovasi. 

Beberapa orang akan memberi tahu kamu bahwa kamu terlalu cepat. Orang lain akan memberi tahu bahwa kamu terlalu lambat. 

Dan jika beruntung, beberapa orang akan menawarkan segala macam keberatan mengapa kamu tidak boleh membuang-buang waktu sama sekali.

Saya percaya bahwa inovasi bukan milik orang-orang jenius saja. Inovasi membutuhkan kerja sama yang solid, bekerja secara bersama-sama.

Inovasi tidak bicara kita butuh satu-satunya orang jenius yang ada di ruangan. Inovasi adalah bicara soal mindset, kemampuan, perilaku, dan sistem.

Inovasi adalah soal bagaimana kita melakukan pemberdayaan dan sinergi terhadap semua sumber daya yang kita miliki ke arah yang jelas dan dengan fokus yang tajam.

Tanpa inovasi, otak dan pikiran kita akan membeku. Berpikirlah inovatif agar kelak dunia berterima kasih kepada kita karena inovasi yang kita lakukan telah menghangatkan kembali rasa dan cara yang tadinya dingin dan hambar.

Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun