Pernahkah kamu berpikir kenapa hidup dan karir kamu mandek padahal dulu kamu adalah selalu juara kelas. Kamu dulu adalah lulusan terbaik. Kamu selalu rangking teratas. Kamu selalu belajar keras. Tidak ada istilah sistem kebut semalam bagi kamu. Kamu adalah panutan teman-teman kamu.Â
15 tahun berlalu, kamu masih di tempat yang sama, padahal teman-teman kamu sudah melesat. Teman-teman yang dulu kamu selalu bantu dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah.
Kamu bertanya-tanya setiap saat setiap hari apa yang salah. Apakah seharusnya dulu kamu tidak usah belajar saja? Atau harusnya dulu kamu hura-hura saja?
Jadi apa yang salah dengan kamu?
Well, kamu tidak sendirian. Banyak sekali orang-orang yang sewaktu sekolah dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi sering merasa seperti hal di atas.
Termasuk saya. Namun, setelah lebih 15 tahun berlalu, ada satu hal yang saya pahami. Cerdas sekolah dan cerdas dunia nyata, bukanlah hal yang sama.Â
Sangat mungkin untuk menyelesaikan setiap ujian di perguruan tinggi dan berjuang dalam hidup setelah kita lulus.Â
Jika kamu berpikir fakta ini cukup masuk akal, selamat! Artinya kamu tahu bahwa selain cerdas dalam hal akademik, kita perlu cerdas dalam situasi yang nyata.
Hal tersebut bisa diraih dengan cara berpikir inovatif. Cara dan pola pikir yang mengatakan pada diri sendiri "ini saatnya saya melakukan ekplorasi", atau "saya tahu ini jalan buntu, saya harus memutar menemukan jalan baru."
Mari kita urai satu persatu benang merah berpikir inovatif ini dengan logis agar kita bisa melihat dengan perspektif baru.
Apa Itu Berpikir Inovatif?