Bayangkan kita sedang membuat kue untuk acara yang sangat spesial. Kita pasti memastikan semua bahan berkualitas tinggi - mulai dari tepung organik sampai dengan telur terbaik.
Ternyata salah satu telur kita pecah. Kita memperhatikan baunya yang kurang enak alias agak busuk, tetapi memutuskan untuk tetap menggunakannya.
Kira-kira apa yang akan terjadi? Ah, emang perbedaan apa yang bisa dibuat oleh satu telur? Pikir kita begitu.
Kemudian kita pun sudah mengikuti saran resep kue tersebut dengan presisi dan sesuai yang disarankan.
Dengan sabar, kita membiarkan kue masak dengan tepat dan kemudian mengemasnya dengan cetakan yang sempurna. Voila! Kue kita pun telah siap disajikan.
Jadi, bagaimana rasa kue kita? Akankah itu tetap enak dan lezat? Tentu tidak. Pasti berantakan rasanya.Â
Karena satu telur yang agak buruk tadi akan merusak rasa kue yang dieksekusi dengan sempurna.
Nah, analogi yang sama seperti di contoh yang saya berikan, dalam dunia bisnis, satu telur yang buruk dapat berdampak pada kesejahteraan perusahaan secara keseluruhan.
Satu telur agak buruk inilah yang disebut dengan karyawan Toksik.
Siapa Itu Karyawan Toksik?
Saya ingin memulai dengan satu premis utama mengenai permasalahan utama dengan karyawan toksik ini, adalah mereka tidak tahu dan tidak mau tahu fakta bahwa mereka itu toksik. Seorang karyawan toksik jelas harus diwaspadai karena seringkali akan terlibat dalam perilaku yang berbahaya bagi organisasi.Â