Lantas kemudian saya mulai mencari-cari referensi mengenai diet dan olahraga. Mulai dari Youtube sampai Instagram. Saya list down ada beberapa yang menarik dan sepertinya cocok. Tekad pun saya bulatkan, saya harus berubah!.
Tiga bulan berikutnya.....
Saya do nothing. List itu hanyalah tinggal selembar kertas yang saya tempel di pintu kulkas. Alih-alih saya kerjakan. Ternyata memang otak kita itu di buat cenderung panas diawal dan melempem di akhir.
Tapi kenapa saya do nothing? Apakah saya tidak yakin dengan diri sendiri? Atau bagaimana yang seharusnya? Jawabannya adalah. Saya belum mendapatkan my lightning bolt moment saat itu.
My lightning bolt moment hit my head tiga bulan setelah periode hiatus saya yang do nothing itu.
Momen itu mendatangi saya ketika saya melihat satu video di youtube (tanpa saya sengaja) yang isinya adalah seorang kakek-kakek yang usianya sudah hampir 70 tahun, tapi perawakannya masih seperti umur 40 tahun.
Saya pun tersentak. Padahal enam bulan yang lalu saya sudah searching di seantero youtube tapi kenapa bisa saya tidak menemukan video tersebut. Saya masih 38 tahun kala itu. Akhirnya saya pun membuat list baru mengenai pola diet dan olahraga yang cocok menurut saya.Â
Finally, singkat cerita, berat badan saya pun berhasil turun 12 kilogram dalam waktu 2 tahun. Memang lambat, tapi bagi saya pola diet ini yang cocok dan tetap menjaga kesehatan saya.
Saya tidak mau terjebak dalam social proof yang hanya ikut-ikutan tren diet yang belum tentu cocok untuk saya. Jadi dari cerita saya tersebut, menjadi jelas bahwa memang ada alasan science dibalik orang-orang yang terkesan "tidak mau berubah".Â
Mungkin karena momentum tersebut memang belum mendatangi mereka. Ironisnya, terkadang momentum itu sudah mendatangi kita namun kita yang menolaknya.