Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengapa Momentum yang Kita Tunggu Tidak Kunjung Datang?

27 Mei 2021   14:37 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:40 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Momentum. Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Pernahkah kamu merasa ada satu momen yang mendatangi kamu dan kemudian momen tersebut mengubah hidup kamu selamanya?

Atau pernahkah kamu mengalami satu hal yang tidak disangka-sangka, kemudian hal tersebut mengubah perilaku sosial kamu?

Momen yang sekejap mata datangnya dan mengejutkan. Inspirasi yang ditunggu-tunggu selama ini. Inspirasi untuk lebih baik.

Terkadang, inspirasi untuk berubah adalah sesuatu yang dikatakan oleh teman atau orang yang dicintai. Di lain waktu, inspirasi untuk berubah adalah sesuatu yang kita baca di buku (atau di Kompasiana!). 

Terkadang, itu adalah hasil dari refleksi diri kita sendiri, atau bahkan refleksi kegagalan atau keberhasilan dari orang-orang yang bersinggungan jalan hidup dengan kita.

Ada satu momen di mana inspirasi tersebut datang begitu cepat. Tanpa diduga-duga dan kita pun mengalami efek seperti orang yang tersambar petir.

Dalam behavioral science, ini disebut dengan Lightning Bolt Moment. Momen dimana inspirasi itu datang tiba-tiba yang secara radikal mengubah sikap dan perilaku kita selamanya.

Apa Itu Lightning Bolt Moment?

Lightning Bolt Moment adalah satu momen di mana otak kita menciptakan perubahan instan dalam pola pikir, biasanya disebabkan oleh realisasi kebenaran yang sulit kita terima dan datangnya tiba-tiba.

Saya pribadi dua tahun yang lalu mengalami lightning bolt moment ini. Secara singkat cerita, waktu itu tanpa disadari saya mengalami kenaikan berat badan yang cukup signifikan.

Lingkar pinggang saya semakin membesar dan berita buruknya adalah saya tidak sadar bahwa itu membesar. Semua celana dan baju mendadak tidak muat. Saya pun panik, karena sebelumnya semuanya baik-baik saja.

Lantas kemudian saya mulai mencari-cari referensi mengenai diet dan olahraga. Mulai dari Youtube sampai Instagram. Saya list down ada beberapa yang menarik dan sepertinya cocok. Tekad pun saya bulatkan, saya harus berubah!.

Tiga bulan berikutnya.....

Saya do nothing. List itu hanyalah tinggal selembar kertas yang saya tempel di pintu kulkas. Alih-alih saya kerjakan. Ternyata memang otak kita itu di buat cenderung panas diawal dan melempem di akhir.

Tapi kenapa saya do nothing? Apakah saya tidak yakin dengan diri sendiri? Atau bagaimana yang seharusnya? Jawabannya adalah. Saya belum mendapatkan my lightning bolt moment saat itu.

My lightning bolt moment hit my head tiga bulan setelah periode hiatus saya yang do nothing itu.

Momen itu mendatangi saya ketika saya melihat satu video di youtube (tanpa saya sengaja) yang isinya adalah seorang kakek-kakek yang usianya sudah hampir 70 tahun, tapi perawakannya masih seperti umur 40 tahun.

Saya pun tersentak. Padahal enam bulan yang lalu saya sudah searching di seantero youtube tapi kenapa bisa saya tidak menemukan video tersebut. Saya masih 38 tahun kala itu. Akhirnya saya pun membuat list baru mengenai pola diet dan olahraga yang cocok menurut saya. 

Finally, singkat cerita, berat badan saya pun berhasil turun 12 kilogram dalam waktu 2 tahun. Memang lambat, tapi bagi saya pola diet ini yang cocok dan tetap menjaga kesehatan saya.

Saya tidak mau terjebak dalam social proof yang hanya ikut-ikutan tren diet yang belum tentu cocok untuk saya. Jadi dari cerita saya tersebut, menjadi jelas bahwa memang ada alasan science dibalik orang-orang yang terkesan "tidak mau berubah". 

Mungkin karena momentum tersebut memang belum mendatangi mereka. Ironisnya, terkadang momentum itu sudah mendatangi kita namun kita yang menolaknya.

Momen. Sumber: Foto oleh Hà Nguyễn di Unsplash
Momen. Sumber: Foto oleh Hà Nguyễn di Unsplash
Lightning Bolt Moment Bisa Menciptakan Awal yang Baru

Kita memang sudah dibiasakan dari kecil untuk menciptakan "resolusi baru" di setiap momen-momen spesial. Misalnya, ulang tahun dan perayaan tahun baru.

Tapi sebenarnya bukan "resolusi" semacam itu yang kita butuhkan. Yang kita butuhkan adalah lightning bolt moment. Kita butuh momentum.

Dalam cerita saya diatas, my lightning bolt yang saya alami mampu memberikan awal yang baru. A Fresh Start.

Lightning bolt menciptakan "periode mental" baru yang unik bagi orang-orang. Dengan kata lain, kehidupan terbagi menjadi dua periode: sebelum lightning bolt, dan sesudahnya. 

Hasilnya adalah orang dapat berubah dalam semalam, dan biasanya berpegang teguh pada perubahan ini. Jadi, apakah ini berarti perubahan harus selalu radikal? Bagi saya jawabannya adalah - Harus. 

Ketika kita memutuskan untuk berubah namun perubahan tersebut kurang "radikal", efek dari perubahan tersebut tidak akan bisa menimbulkan awal yang baru.

Apa alasannya? Bagi saya, perubahan "biasa-biasa saja" tidak akan berhasil karena kita akan merasa "we changed for nothing".

Untuk mendorong kita memulai satu awalan baru, perubahan yang kita lakukan harus radikal dan memiliki efek kejut. Jika dua faktor ini terpenuhi, maka perubahan tersebut akan mampu bertahan dalam jangka panjang.

Perubahan. Sumber: Foto oleh Alexas Fotos dari Pexels
Perubahan. Sumber: Foto oleh Alexas Fotos dari Pexels
Bagaimana Cara Kita Mendapatkan Lightning Bolt Moment Ini?

Hal yang harus diperhatikan mengenai lightning bolt moment adalah bahwa momen tersebut tidak dapat diprediksi kapan datangnya.

Lightning bolt moment itu memiliki satu kelemahan utama: Kita tidak menemukannya, Momen tersebut yang menemukan kita.

Sama seperti kita tidak dapat memanggil petir dari langit saat kita membutuhkannya, kita juga tidak dapat membuat momen ini untuk diri kita sendiri.

Tetapi kita dapat menempatkan diri dalam situasi yang meningkatkan peluang untuk "tersambar" petir.

Tiga langkah di bawah ini adalah pengalaman saya tersambar lightning bolt moment yang mungkin bisa dicoba:

1. Harus berani menari dalam badai: Tidak mungkin kita "tersambar" petir jika sewaktu badai kita berteduh di tempat yang aman. 

Untuk mendapatkan lightning bolt moment ini kita harus berani menari dalam badai. Hadapilah kenyataan. Artinya adalah, kita harus mencoba mengatasi permasalahan yang datang. Jangan menghindar dan jangan pula langsung mengambil keputusan.

Take your time, breath, and decide.

2. Jangan menunggu datangnya inspirasi: Permasalahannya adalah, kita terlalu percaya bahwa inspirasi bisa datang dan jatuh dari langit.

No way! Ferguso....inspirasi harus dicari. Harus diusahakan dan dikejar. Jika kita sudah berusaha mencari inspirasi tapi lightning bolt moment belum mendatangi kita, percayalah, momentum itu pasti datang.

3. Terima konsekuensi: Nah, ini yang paling penting. Biasanya orang gagal berubah karena takut menerima konsekuensi yang tidak enak.

Padahal ketika kita bicara konsekuensi, maka kita bukanlah bicara mengenai enak atau tidak enak.Bicara konsekuensi adalah bicara mengenai tanggung jawab. Kalau kita masih takut menerima tanggung jawab atas pilihan kita, maka saya sarankan buang saja niat berubah tersebut.

Terkadang seperti yang saya sebutkan di awal artikel ini, lightning bolt moment biasanya mendatangi kita sebagai hasil dari refleksi terhadap suatu kebenaran yang tidak bisa kita pungkiri.

Dalam contoh kasus saya, kebenaran tersebut adalah fakta dimana baju dan celana saya sudah tidak muat lagi dipakai.

Kesimpulan

Perubahan memang tidak terjadi dalam semalam, tetapi keputusan untuk berubah bisa terjadi dalam sekejap. Lightning bolt moment dapat membuat kita keluar dari kehidupan lama kita dan menghasilkan kebiasaan baru seumur hidup.

Tetapi kita harus bersedia juga menerima konsekuensinya. Di sisi lain, bersiaplah untuk menerima lightning bolt moment. Pantaskanlah diri kita ketika perubahan tersebut datang.

Yang harus diingat adalah, sambaran petir terkuat pun tidak cukup membuat diri kita berubah, tapi momentum tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Direspon dengan cepat supaya kita mendapatkan momentum terbaik yang akan bisa mengubah diri kita. Terakhir, bagi saya momentum yang terbaik adalah momentum yang kita ciptakan, kita jalani dan kita berani menghadapi konsekuensinya.

Salam Hangat.

Referensi: Bastos, W., & Levy, S. J. (2012). A history of the concept of branding: practice and theory. Journal of Historical Research in Marketing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun