Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Memilih Penghargaan Yang Instan?

23 Mei 2021   08:23 Diperbarui: 17 Juni 2021   21:29 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menatap Masa Depan. Sumber: Foto oleh Benjamin Davies di Unsplash

3. Buat rutinitas positif

Kita dapat menghindari bahaya hyperbolic discounting ini dengan mengurangi dilema memutuskan sesuatu hal sejak awal. 

Saat kita sudah mengotomatiskan rutinitas positif tersebut, kita mengurangi risiko bahaya hyperbolic discounting karena rutinitas positif ini sudah kita bentuk dan autopilot terulang di masa depan.

Tiga langkah yang memang tidak mudah. Saya yakin akan banyak hambatan, terutama dari otak kita yang lebih suka kenyamanan instan. Kuncinya adalah keberanian untuk berkomitmen terhadap diri kita masing-masing.

Kesimpulan

Otak kita memang tidak pernah diprogram untuk menjadi benar-benar rasional, karena terlalu banyak informasi untuk diproses. 

Jadi secara tanpa sadar, kita berevolusi untuk memproses informasi secara selektif untuk membuat keputusan dengan cepat.

Namun terkadang proses tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Proses tersebut terkadang malah membawa kita ke situasi yang tidak menguntungkan di masa depan.

Kita menunda hal-hal di masa depan karena kita berpikir itu mudah. Mudah karena kita berasumsi di masa depan energi dan motivasi kita tidak terbatas.

Namun sayangnya, visi masa depan kita yang sempurna itu tidaklah semudah yang dibayangkan.

Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan satu kesimpulan penutup bahwa setelah kita memahami bahwa kebiasaan dapat berubah, kita otomatis memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk mengubahnya kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun