Ini menjelaskan kenapa banyak orang (atau malah semua orang, termasuk saya) selalu mengharapkan "happy ending" dan "memorable".
Ini sebabnya Tony Stark di Avengers End Game "terpaksa" harus berkorban demi umat manusia. Untuk memberikan moment finale yang tidak akan pernah dilupakan sekaligus sebagai penutup kisah 10 tahun perjalanan.Â
Latar Belakang Peak-End Rule
Untuk memahami konsep Peak-End Rule ini tentunya kita harus belajar latar belakang yang mendasari konsep ini dan hubungannya dengan bias kognitif.Â
Kita mulai dulu dengan definisi bias kognitif, yaitu kesalahan pemikiran sistematis atau rasionalitas dalam penilaian yang mempengaruhi persepsi kita tentang dunia dan kemampuan pengambilan keputusan. Pertama kali diperkenalkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1972.Â
Bias kognitif sebenarnya merupakan jalan pintas untuk meningkatkan efisiensi otak dengan memungkinkan kita membuat keputusan cepat tanpa perlu menganalisis situasi secara menyeluruh.Â
Dasarnya adalah supaya kita lebih cepat dalam mengambil keputusan. Alih-alih lambat dalam mengambil keputusan, kita dapat terbantu oleh suatu respon otomatis di alam bawah sadar untuk membantu mempercepat berbagai hal.Â
Tapi pada kenyataannya sering terbalik. Bias kognitif seringkali merusak pemikiran dan persepsi kita, yang pada akhirnya mengarah pada penilaian yang tidak akurat dan keputusan yang buruk.Â
Apa Hubungannya Peak-End Rule dengan Bias Kognitif?
Peak-End Rule juga merupakan anggota keluarga besar bias kognitif. Dikenal juga sebagai bias memori, karena merusak daya ingat. Â
"Merusak daya ingat?" Yep, karena kita mengingat peristiwa yang sangat emosional lebih dari peristiwa yang kurang emosional. Nah, ini berpengaruh pada cara kita memandang suatu pengalaman: kita mengingat bukan dari apa yang kita rasakan sepanjang pengalaman tersebut.